Sabtu, 28 Juni 2008

‘Urwah Bin Az-Zubair

Kumpulan Artikel Islami

‘Urwah Bin Az-Zubair [Kakinya Dibuntung Dengan Gergaji, Karena MenolakKhamar Dan Bius]Barangsiapa ingin melihat seseorang dari ahli Surga, hendaklah iamelihat 'Urwah bin az-Zubair [Abdul Malik bin Marwan]

Baru saja matahari sore itu memancarkan sinarnya di Baitul Haram danmempersilahkan jiwa-jiwa yang bening untuk mengunjungi buminya yangsuci tatkala sisa-sisa para sahabat Rasulullah SAW dan para pembesartabi'in mulai berthawaf di sekeliling Ka'bah, mengharumkan suasanadengan pekikan tahlil dan takbir dan memenuhi hamparan dengando'a-do'a kebaikan.

Dan tatkala orang-orang membuat lingkaran per-kelompok di sekitarKa'bah nan agung, yang berdiri kokoh di tengah Baitul Haram dalamkondisi yang berwibawa dan agung. Mereka memenuhi pandangan dengankeindahannya yang memikat, dan memoderator pembicaraan-pembicaraan diantara mereka tanpa keisengan dan perkataan dosa.

Di dekat Rukun Yamani, duduklah empat orang pemuda yang masih remajadan terhormat nasabnya serta berbaju harum seakan-akan mereka bagaikanmerpati-merpati masjid, berbaju mengkilat dan membuat hati jinakkarenanya.

Mereka itu adalah 'Abdullah bin az-Zubair, saudaranya; Mus'ab binaz-Zubair, saudara mereka berdua; Urwah bin az-Zubair dan Abdul Malikbin Marwan.

Terjadi perbincangan ringan dan sejuk di antara anak-anak muda ini,lalu tidak lama kemudian salah seorang di antara mereka berkata,Hendaklah masing-masing dari kita memohon kepada Allah apa yanghendak dia cita-citakan.

Maka khayalan mereka terbang ke alam ghaib nan luas, angan-anganmereka berputar-putar di taman-taman harapan nan hijau, kemudianAbdullah bin az-Zubair berkata,Cita-citaku, aku ingin menguasai Hijaz dan memegang khilafah.

Saudaranya, Mus'ab berkata,Kalau aku, aku ingin menguasai dua Irak [Kufah dan Bashrah] sehinggatidak ada orang yang menyaingiku.

Sedangkan Abdul Malik bin Marwan berkata,Jika Anda berdua hanya puas dengan hal itu saja, maka aku tidak akanpuas kecuali menguasai dunia semuanya dan aku ingin memegangkekhilifahan setelah Muawiyah bin Abi Sufyan.

Sementara 'Urwah bin az-Zubair terdiam dan tidak berbicara satukalimat pun, maka saudara-saudaranya tersebut menoleh ke arahnya danberkata,Apa yang kamu cita-citakan wahai Urwah

Dia menjawab, Mudah-mudahan Allah memberkati kalian semua terhadapapa yang kalian cita-citakan dalam urusan dunia kalian. Sedangkan akuhanya bercita-cita ingin menjadi seorang 'alim yang 'Amil [Mengamalkanilmunya], orang-orang belajar Kitab Rabb, Sunnah Nabi dan hukum-hukumagama mereka kepadaku dan aku mendapatkan keberuntungan di akhiratdengan ridla Allah dan mendapatkan surga-Nya.

Kemudian waktu pun berjalan begitu cepat, sehingga memang kemudianAbdullah bin az-Zubair dibai'at menjadi Khalifah setelah kematianYazid bin Muawiyah [Khalifah ke dua dari khilafah Bani Umayyah], dandia pun menguasai kawasan Hijaz, Mesir, Yaman, Khurasan dan Iraq.Kemudian dia dibunuh di sisi Ka'bah tidak jauh dari tempat dimana diapernah bercita-cita tentang hal itu.

Dan ternyata Mus'ab bin Az-Zubair pun menguasai pemerintahan Iraqsepeninggal saudaranya, 'Abdullah namun dia juga dibunuh di dalammempertahankan kekuasaannya tersebut.

Demikian pula, Abdul Malik bin Marwan memangku jabatan Khalifahsetelah ayahnya wafat, dan di tangannya kaum Muslim bersatu setelahpembunuhan terhadap 'Abdullah bin az-Zubair dan saudaranya, Mus'ab ditangan pasukan-pasukannya. Kemudian dia menjadi penguasa terbesar didunia pada zamannya.

Lalu bagaimana dengan 'Urwah bin Az-Zubair Mari kita mulai kisahnyadari pertama.

'Urwah bin az-Zubair dilahirkan setahun sebelum berakhirnyakekhilafahan Umar al-Faruq, di dalam keluarga paling terpandang danterhormat kedudukannya dari sekian banyak keluarga-keluarga kaummuslimin.

Ayahnya adalah az-Zubair bin al-'Awwam, sahabat dekat dan pendukungRasulullah SAW, orang pertama yang menghunus pedang di dalam Islam dansalah satu dari sepuluh orang yang dijanjikan masuk surga.

Ibunya bernama Asma` binti Abu Bakar yang bergelar berjuluk DzatunNithaqain [Pemilik dua ikat pinggang. Hal ini karena dia merobek ikatpinggangnya menjadi dua pada saat hijrah, salah satunya dia gunakanuntuk mengikat bekal Rasulullah SAW dan yang satu lagi dia gunakanuntuk mengikat bekal makanannya].

Kakeknya pancar [dari pihak] ibunya tidak lain adalah Abu Bakar ash-Shiddiq,Khalifah Rasulullah SAW dan sahabatnya ketika berada di dalam goa [Tsur].Neneknya pancar [dari pihak] ayahnya bernama Shafiyyah binti AbdulMuththalib bibi Rasulullah SAW sedangkan bibinya adalah Ummul Mukminin'Aisyah RA. Pada saat jenazah 'Aisyah dikubur, 'Urwah sendiri yangturun ke kuburnya dan meratakan liang lahadnya dengan kedua tangannya.

Apakah Anda mengira bahwa setelah kedudukan ini, ada kedudukan laindan bahwa di atas kemuliaan ini, ada kemuliaan lain selain kemuliaaniman dan kewibawaan Islam

Untuk merealisasikan cita-cita yang telah diharapkannya perkenaanAllah atasnya saat di sisi Ka'bah itu, dia tekun di dalam mencari ilmudan memfokuskan diri untuknya serta menggunakan kesempatan untukmenimba ilmu dari sisa-sisa para sahabat Rasulullah SAW yang masihhidup.

Dia rajin mendatangi rumah-rumah mereka, shalat di belakang mereka danmengikuti pengajian-pengajian mereka, sehingga dia berhasil mentrasferriwayat dari Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Zaid bin Tsabit,Abu Ayyub al-Anshari, Usamah bin Zaid, Sa'id bin Zaid, Abu Hurairah,Abdullah bin Abbas dan an-Nu'man bin Basyir. Dia banyak sekalimentransfer riwayat dari bibinya, 'Aisyah Ummul Mukminin sehingga diamenjadi salah satu dari tujuh Ahli fiqih Madinah [al-Fuqahâ` as-Sab'ah]yang menjadi rujukan kaum muslimin di dalam mempelajari agama mereka.

Para pejabat yang shaleh meminta bantuan mereka di dalam mengembantugas yang dilimpahkan Allah kepada mereka terhadap urusan umat dannegara.

Di antara contohnya adalah tindakan Umar bin Abdul Aziz ketika datangke Madinah sebagai gubernurnya atas mandat dari al-Walid bin AbdulMalik. Orang-orang datang kepadanya untuk menyampaikan salam.

Ketika selesai melaksanakan shalat dhuhur, dia memanggil sepuluh Ahlifiqih Madinah yang diketuai oleh 'Urwah bin Az-Zubair. Ketika merekasudah berada di sisinya, dia menyambut mereka dengan sambutan hangatdan memuliakan tempat duduk mereka. Kemudian dia memuji Allah 'Azza waJalla dan menyanjung-Nya dengan sanjungan yang pantas bagi-Nya, laluberkata,Sesungguhnya aku memanggil kalian semua untuk sesuatu yang kiranyakalian semua diganjar pahala karenanya dan menjadipendukung-pendukungku dalam berjalan di atas kebenaran. Aku tidakingin memutuskan sesuatu tanpa pendapat kalian semua, atau pendapatorang yang hadir dari kalian-kalian semua. Jika kalian semua melihatseseorang menyakit orang lain, atau mendengar suatu kedzalimandilakukan oleh pegawaiku, maka demi Allah, aku meminta agar kalianmelaporkannya kepadaku.

Maka 'Urwah bin az-Zubair mendo'akan kebaikan baginyanya dan memohonkepada Allah agar menganugerahinya ketepatan [dalam bertindak danberbicara] dan mendapatkan petunjuk.

'Urwah bin az-Zubair benar-benar menyatukan ilmu dan amal. Dia banyakberpuasa di kala hari demikian teriknya dan banyak shalat malam dikala malam gelap gulit, selalu membasahkan lisannya dengan dzikirkepada Allah Ta'ala.

Selain itu, dia selalu menyertai Kitab Allah 'Azza wa Jalla dan tekunmembacanya. Setiap harinya, dia membaca seperempat al-Qur'an denganmelihat ke Mushafnya.

Kemudian dia membacanya di dalam shalat malam hari dengan hafalan.

Dia tidak pernah meninggalkan kebiasaannya itu semenjak menginjakremaja hingga wafatnya, kecuali satu kali disebabkan adanya musibahyang menimpanya. Mengenai apa musibah itu, akan dihadirkan kepadapembaca nanti.

Sungguh 'Urwah bin az-Zubair mendapatkan kedamaian hati, kesejukanmata dan surga dunia di dalam shalatnya, karenanya, dia melakukannyadengan sebaik-baiknya, melengkapi syarat rukunnya dengan sempurna danberlama-lama di dalamnya.

Diriwayatkan tentangnya bahwa dia pernah melihat seorang yang sedangmelakukan shalat dengan ringan [cepat], maka ketika orang itu telahselesai shalat, dia memanggilnya dan berkata kepadanya, Wahai anaksaudaraku, Apakah Anda tidak mempunyai keperluan kepada Tuhanmu 'Azzawa Jalla! Demi Allah sesungguhnya aku memohon kepada Allah di dalamshalatku segala sesuatu bahkan garam.

'Urwah bin Az-Zubair adalah juga seorang dermawan, pema'af dan pemurah.Di antara contoh kedermawanannya, bahwa dia mempunyai sebuah kebunyang paling luas di seantero Madinah. Airnya nikmat, pohon-pohonnyarindang dan kurma-kurmanya tinggi. Dia memagari kebunnya selamasetahun untuk menjaga agar pohon-pohonnya terhindar dari gangguanbinatang dan keusilan anak-anak. Dan, jika sudah datang waktu panen,buah-buahnya siap dipetik dan siap dimakan, dia menghancurkan kembalipagar kebunnya tersebut di banyak arah supaya orang-orang mudah untukmemasukinya.

Maka mereka pun memasukinya, datang dan kembali untuk memakanbuah-buahnya dan membawanya pulang dengan sesuka hati. Dan setiap kalidia memasuki kebunnya ini, dia mengulang-ulang firman Allah, Danmengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu MASYAALLAH, LAA QUWWATA ILLA BILLAH [Sungguh atas kehendak Allah semua initerwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah] [Q.,s.al-Kahfi:39]

Dan pada suatu tahun dari kekhilafahan al-Walid bin Abdul Malik [khalifahke enam dari khalifah-khalifah Bani Umayyah, dan pada zamannyakekuasaan Islam mencapai puncaknya], Allah Azza wa Jalla berkehendakuntuk menguji 'Urwah bin az-Zubair dengan ujian yang berat, yang tidakakan ada orang yang mampu bertahan menghadapinya kecuali orang yanghatinya penuh dengan keimanan dan keyakinan.

Khalifah kaum muslimin mengundang 'Urwah bin az-Zubair supayamengunjunginya di Damaskus, lalu Urwah memenuhi undangan tersebut danmembawa serta putra tertuanya.

Dan ketika sudah datang, Khalifah menyambutnya dengan sambutan yanghangat dan memuliakannya dengan penuh keagungan. Namun saat di sana,Allah SWT berkehendak lain, tatkala putra 'Urwah memasuki kandang kudaal-Walid untuk bermain-main dengan kuda-kudanya yang tangkas, lalusalah satu dari kuda itu menendangnya dengan keras hingga diameninggal seketika.

Belum lama sang ayah yang bersedih menguburkan putranya, salah satukakinya terkena tumor ganas [semacam kusta] yang dapat menjalar keseluruh tubuh. Betisnya membengkak dan tumor itu dengan sangat cepatberkembang dan menjalar.

Karena itu, Khalifah memanggil para dokter dari segala penjuru untuktamunya dan meminta mereka untuk mengobatinya dengan segala cara. Akantetapi, para dokter sepakat bahwa tidak ada jalan lain untukmengatasinya selain memotong betis 'Urwah, sebelum tumor itu menjalarke seluruh tubuhnya dan merenggut nyawanya. Maka, tidak ada alasanlagi untuk tidak menerima kenyataan itu.

Ketika dokter bedah datang untuk memotong betis 'Urwah dan membawaperalatannya untuk membelah daging serta gergaji untuk memotong tulang,dia berkata kepada 'Urwah,Menurutku Anda harus meminum sesuatu yang memabukkan supaya andatidak merasa sakit ketika kaki Anda dipotong.

Maka Urwah berkata,O..tidak, itu tidak mungkin! Aku tidak akan menggunakan sesuatu yangharam terhadap kesembuhan yang aku harapkan.

Maka dokter itu berkata lagi,Kalau begitu aku akan membius anda.

Urwah berkata,Aku tidak ingin, kalau ada satu dari anggota badanku yang diambilsedangkan aku tidak merasakan sakitnya. Aku hanya mengharap pahala disisi Allah atas hal ini.

Ketika dokter bedah itu mulai memotong betis, datanglah beberapa orangtokoh kepada 'Urwah, maka 'Urwah pun berkata,Untuk apa mereka datang.

Ada yang menjawab,Mereka didatangkan untuk memegang anda, barangkali Anda merasakansakit yang amat sangat, lalu Anda menarik kaki Anda dan akhirnyamembahayakan Anda sendiri.

Lalu 'Urwah berkata,Suruh mereka kembali. Aku tidak membutuhkan mereka dan berharapkalian merasa cukup dengan dzikir dan tasbih yang aku ucapkan.

Kemudian dokter mendekatinya dan memotong dagingnya dengan alat bedah,dan ketika sampai kepada tulang, dia meletakkan gergaji padanya danmulai menggergajinya, sementara 'Urwah membaca, Lâ ilâha illallâh,wallâhu Akbar.

Dokter terus menggergaji, sedangkan 'Urwah tak henti bertahlil danbertakbir hingga akhirnya kaki itu buntung.

Kemudian dipanaskanlah minyak di dalam bejana besi, lalu kaki Urwahdicelupkan ke dalamnya untuk menghentikan darah yang keluar danmenutup luka. Ketika itulah, 'Urwah pingsan sekian lama yangmenghalanginya untuk membaca jatah membaca Kitab Allah pada hari itu.Dan itu adalah satu-satunya kebaikan [bacaan al-Qur'an] yang terlewatiolehnya semenjak dia menginjak remaja. Dan ketika siuman, 'Urwahmeminta potongan kakinya lalu mengelus-elus dengan tangannya danmenimang-nimangnya seraya berkata,Sungguh, Demi Dzat Yang Mendorongku untuk mengajakmu berjalan ditengah malam menuju masjid, Dia Maha mengetahui bahwa aku tidak pernahsekalipun membawamu berjalan kepada hal yang haram.

Kemudian dia mengucapkan bait-bait sya'ir karya Ma'n bin Aus,

Demi Engkau, aku tidak pernah menginjakkan telapak tanganku padasesuatu yang meragukan

Kakiku tidak pernah mengajakku untuk melakukan kekejian

Telinga dan mataku tidak pernah menggiringku kepadanya

Pendapatku dan akalku tidak pernah menunjuk kepadanya

Ketahuilah, sesungguhnya tidaklah musibah menimpaku sepanjang masamelainkan ia telah menimpa orang sebelumku

Al-Walid bin Abdul Malik benar-benar merasa sedih terhadap musibahyang menimpa tamu agungnya. Dia kehilangan putranya, lalu dalambeberapa hari kehilangan kakinya pula, maka al-Walid tidak bosan-bosanmenjenguknya dan mensugestinya untuk bersabar terhadap musibah yangdialaminya.

Kebetulan ketika itu, ada sekelompok orang dari Bani 'Abs singgah dikediaman Khalifah, di antara mereka ada seorang buta, lalu al-Walidbertanya kepadanya perihal sebab kebutaannya, lalu orang itu mejawab,

Wahai Amirul mukminin, di dalam komunitas Bani 'Abs tidak ada orangyang harta, keluarga dan anaknya lebih banyak dariku. Lalu aku bersamaharta dan keluargaku singgah di pedalaman suatu lembah darilembah-lembah tempat tinggal kaumku, lalu terjadi banjir besar yangbelum pernah aku saksikan sebelumnya. Banjir itu menghanyutkan semuayang aku miliki; harta, keluarga dana anak. Yang tersisa hanyalahseekor onta dan bayi yang baru lahir. Sedangkan onta yang tersisa ituadalah onta yang binal sehingga lepas. Akibatnya, aku meninggalkansang bayi tidur di atas tanah untuk mengejar onta tersebut. Belumbegitu jauh aku meninggalkan tempat ku hingga tiba-tiba aku mendengarjeritan bayi tersebut. Aku menoleh namun ternyata kepalanya telahberada di mulut serigala yang sedang menyantapnya. Aku segeramenyongsongnya namun sayang aku tidak bisa menyelamatkannya, karenasrigala telah membunuhnya. Lalu aku mengejar onta dan ketika akuberada di dekatnya, ia menendangku dengan kakinya. Tendangan itumengenai wajahku, sehingga keningku robek dan mataku buta. Begitulahaku mendapatkan diriku di dalam satu malam telah menjadi orang yangtanpa keluarga, anak, harta dan mata.

Maka al-Walid berkata kepada pengawalnya,Ajaklah orang ini menemui tamu kita 'Urwah bin az-Zubair. Mintalahdia mengisahkan ceritanya supaya 'Urwah mengetahui bahwa ternyatamasih ada orang yang mengalami cobaan yang lebih berat darinya.

Ketika 'Urwah diangkut ke Madinah dan dipertemukan dengan keluarganya,dia mendahului mereka dengan ucapan,Jangan kalian merasa ngeri terhadap apa yang kalian lihat. Allah 'Azzawa Jalla telahmenganugerahuiku empat orang anak, lalu mengambil satudi antara mereka dan masih menyisakan tiga orang lagi. Segala pujihanya untuk-Nya. Dan Dia memberiku empat anggota badan, kemudian Diamengambil satu darinya dan menyisakan tiga untukku, maka segala pujibagi-Nya. Dia juga telah memberiku empat buah yang memiliki ujung [keduatangan dan kedua kaki-red.,], lalu Dia mengambilnya satu danmenyisakan tiga buah lagi untukku. Dan demi Allah, Jika pun Dia telahmengambil sedikit dariku namun telah menyisakan banyak untukku. Danjika pun Dia mengujiku satu kali namun Dia telah mengaruniaikukesehatan berkali-kali.

Ketika penduduk Madinah mengetahui kedatangan imam dan orang 'alimmereka, 'Urwah bin az-Zubair, mereka berbondong-bondong datang kerumahnya untuk menghibur dan menjenguknya. Di antara untaian katata'ziah yang paling berkesan adalah perkataan Ibrahim bin Muhammad binThalhah kepadanya,Bergembiralah wahai Abu Abdillah! salah satu anggota badan dan anakmutelah mendahuluimu menuju surga dan yang keseluruhannya akan mengikutiyang sebagiannya itu, insya Allah Ta'ala. Sungguh, Allah telahmenyisakan sesuatu darimu untuk kami yang sangat kami butuhkan danperlukan, yaitu ilmu, fiqih dan pendapat anda. Mudah-mudahan Allahmenjadikan hal itu bermanfaat bagimu dan kami. Allah lah Dzat YangMaha menanggung pahala untukmu dan Yang menjamin balasan kebaikanamalmu.

'Urwah bin az-Zubair tetap menjadi menara hidayah, petunjukkebahagiaan dan penyeru kebaikan bagi kaum muslimin sepanjanghidupnya. Dia sangat peduli terhadap pendidikan anak-anaknya,khususnya, dan anak-anak kaum muslimin lainnya, umumnya. Dia tidakpernah membiarkan kesempatan berlalu tanpa digunakannya untukmemberikan penyuluhan dan nasehat kepada mereka.

Di antara contohnya, dia selalu mendorong anak-anaknya untuk menuntutilmu ketika berkata kepada mereka,Wahai anakku, tuntutlah ilmu dan kerahkanlah segala kemampuan dengansemestinya. Karena, jika kamu sekarang ini hanya sebagai orang-orangkecil, mudahan-mudahan saja berkat ilmu, Allah menjadikan kamuorang-orang besar.

Penuturan lainnya,Aduh betapa buruknya, apakah di dunia ini ada sesuatu yang lebihburuk daripada orang tua yang bodoh.

Dia juga menyuruh mereka untuk menilai sedekah sebagai hadiah yangdipersembahkan untuk Allah 'Azza wa Jalla. Yaitu, dalam ucapannya,Wahai anakku, janganlah sekali-kali salah seorang di antara kamumempersembahkan hadiah kepada Rabb-nya berupa sesuatu yang dia merasamalu kalau dihadiahkan kepada tokoh yang dimuliakan dari kaumnya.Karena Allah Ta'ala adalah Dzat Yang Paling Mulia, dan Paling Dermawanserta Yang Paling Berhak untuk dipilihkan untuk-Nya.

Dia juga pernah memberikan pandangan kepada mereka [anak-anaknya]tentang tipikal manusia dan seakan mengajak mereka menembus langsungmenuju siapa inti dari mereka itu,Wahai anakku, jika kamu melihat seseorang berbuat kebaikan yang amatmenawan, maka harapkanlah kebaikan dengannya meskipun di mata oranglain, dia seorang jahat, karena kebaikan itu memiliki banyak saudara.Dan jika kamu melihat seseorang berbuat keburukan yang nyata, makamenghindarlah darinya meskipun di mata orang lain, dia adalah orangbaik, karena keburukan itu juga memiliki banyak saudara. Danketahuilah bahwa kebaikan akan menunjukkan kepada saudara-saudaranya[jenis-jenisnya yang lain], demikian pula dengan keburukan.

Dia juga berwasiat kepada anak-anaknya supaya berlaku lemah lembut,berbicara baik dan bermuka ramah. Dia berkata,Wahai anakku, sebagaimana tertulis di dalam hikmah, 'Hendaklah kamuberkata-kata baik dan berwajah ramah niscaya kamu akan lebih dicintaiorang ketimbang cinta mereka kepada orang yang selalu memberikanmereka hadiah.

Bilamana dia melihat manusia cenderung untuk berfoya-foya dan menilaibaik kenikmatan duniawi, dia mengingatkan mereka akan kondisiRasulullah SAW yang penuh dengan kesahajaan kehidupan dan kepapaan.

Di antara contohnya adalah sebagaimana yang diceritakan Muhammad binal-Munkadir [seorang tabi'i dari penduduk Madinah, wafat pada tahun130 H],Saat 'Urwah bin az-Zubair menemuiku dan memegang tanganku, diaberkata, 'Wahai Abu Abdullah.'

Lalu aku menjawab, Labbaik.

Kemudian dia berkata,Saat aku menemui Ummul mukminin 'Aisyah RA, dia berkata, 'Wahaianakku.'

Lalu aku menjawab, 'Labbaik.'

Beliau berkata lagi, 'Demi Allah, sesungguhnya kami dahulu pernahsampai selama empat puluh malam tidak menyalakan api di rumahRasulullah SAW, baik untuk lentera ataupun yang lainnya.'

Lalu aku berkata, 'Wahai Ummi, bagaimana kalian semua dapat hidup'

Beliau menjawab, 'Dengan dua benda hitam [Aswadân]; kurma dan air.'

Selanjutnya 'Urwah bin az-Zubair hidup hingga mencapai usia 71 tahun,yang diisinya dengan kebaikan, kebajikan dan ketakwaan.

Ketika ajal menjelang, dia sedang berpuasa, lalu keluarganya ngototmemintanyanya agar berbuka saja namun dia menolak. Sungguh dia telahmenolak, karena dia berharap kalau kelak dia bisa berbuka denganseteguk air dari sungai Kautsar di dalam bejana emas dan di tanganbidadari.

CATATAN :

Sebagai bahan bacaan, silahkan merujuk ke:

ath-Thabaqat al-Kubra karya Ibnu Sa'd, 1:406; 2:382, 387; 3:100;4:167; 5:334; 8:102.

Hilyatu al-Auliya` karya Abu Nuaim, 2/176.

Shifat ash-Shafwah, karya Ibnu al-Jauzi, 2:87.

Wafayat al-A'yan, karya Ibnu Khalakan, 3: 255.

Ansabu al-Asyraf, karya al-Baladziri

Jamharatu Ansabi al-'Arab, karya Ibnu Hazm

Artikel ‘Urwah Bin Az-Zubair diambil dari http://www.asofwah.or.id
‘Urwah Bin Az-Zubair.

Tidak ada komentar: