Senin, 23 Juni 2008

Islam Dan Iman, Apa Bedanya ?

Kumpulan Artikel Islami

Islam Dan Iman, Apa Bedanya ? Islam Dan Iman, Apa Bedanya

Kategori Fatawa 'Arkanil Islam

Minggu, 22 Februari 2004 06:07:43 WIBISLAM DAN IMAN, APA BEDANYA ..OlehSyaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

>> Pertanyaan :Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : "Apa definisi Iman itu dan apa perbedaannya antara Iman dan Islam ."?

>> Jawaban :Islam dalam pengertiannya secara umum adalah menghamba [beribadah] kepada Allah dengan cara menjalankan ibadah-ibadah yang disyari'atkan-Nya sebagaimana yang dibawa oleh para utusan-Nya sejak para rasul itu diutus hingga hari kiamat.Ini mencakup apa yang dibawa oleh Nuh 'Alaihis sallam berupa hidayah dan kebenaran, juga yang dibawa oleh Musa 'Alaihis sallam, yang dibawa oleh Isa 'Alaihis sallam dan juga mencakup apa yang dibawa oleh Ibrahim 'Alaihis sallam, Imamul hunafa' [pimpinan orang-orang yang lurus], sebagaimana diterangkan oleh Allah dalam berbagai ayat-Nya yang menunjukkan bahwa syari'at-syari'at terdahulu seluruhnya adalah Islam kepada Allah 'Azza wa Jalla.Sedangkan Islam dalam pengertiannya secara khusus setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah ajaran yang dibawa oleh beliau. Karena ajaran beliau menasakh [menghapus] seluruh ajaran yang sebelumnya, maka orang yang mengikutinya menjadi seorang muslim dan orang yang menyelisihinya bukan muslim karena ia tidak menyerahkan diri kepada Allah, akan tetapi kepada hawa nafsunya.Orang-orang Yahudi adalah orang-orang muslim pada zamannya Nabi Musa 'Alaihis salllam, demikian juga orang-orang Nashrani adalah orang-orang muslim pada zamannya Nabi Isa 'Alaihis sallam. Namun ketika telah diutus Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian ia mengkufurinya, maka mereka bukan jadi orang muslim lagi.Oleh karena itu tidak dibenarkan seseorang berkeyakinan bahwa agama yang dipeluk oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani sekarang ini sebagai agama yang benar dan diterima di sisi Allah sebagaimana Dienul Islam.Bahkan orang yang berkeyakinan seperti itu berarti telah kafir dan keluar dari Dienul Islam, sebab Allah Ta'ala berfirman."Artinya : Sesungguhnya Dien yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam". [Ali-Imran : 19]."Artinya : Barangsiapa mencari suatu dien selain Islam, maka tidak akan diterima [dien itu] daripadanya". [Ali-Imran : 85]Islam yang dimaksudkan adalah Islam yang dianugrahkan oleh Allah kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan umatnya. Allah berfirman."Artinya : Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepada nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai islam itu jadi agamamu". [Al-Maidah : 3]Ini adalah nash yang amat jelas yang menunjukkan bahwa selain umat ini, setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihis sallam, bukan pemeluk Islam. Oleh karena itu, agama yang mereka anut tidak akan diterima oleh Allah dan tidak akan memberi manfaat pada hari kiamat. Kita tidak boleh menilainya sebagai agama yang lurus. Salah besar orang yang menilai Yahudi dan Nashrani sebagai saudara, atau bahwa agama mereka pada hari ini sama pula seperti yang dianut oleh para pendahulu mereka.Jika kita katakan bahwa Islam berarti menghamba diri kepada Allah Ta'ala dengan menjalankan syari'at-Nya, maka dalam artian ini termasuk pula pasrah atau tunduk kepada-Nya secara zhahir maupun batin. Maka ia mencakup seluruh aspek ; aqidah, amalan maupun perkataan. Namun jika kata Islam itu disandingkan dengan Iman, maka Islam berarti amal-amal perbuatan yang zhahir berupa ucapan-ucapan lisan maupun perbuatan anggota badan. Sedangkan Iman adalah amalan batiniah yang berupa aqidah dan amal-amalan hati. Perbedaan istilah ini bisa kita lihat dalam firman Allah Ta'ala."Artinya : Orang-orang Arab Badui itu berkata :'Kami telah beriman'. Katakanlah [kepada mereka] :'Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, 'kami telah tunduk, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu". [Al-Hujurat : 14].Mengenai kisah Nabi Luth, Allah Ta'ala berfirman."Artinya : Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri". [Adz-Dzariyat : 35-36].Di sini terlihat perbedaan antara mukmin dan muslim. Rumah yang berada di negeri itu zhahirnya adalah rumah yang Islami, namun ternyata di dalamnya terdapat istri Luth yang menghianatinya dengan kekufurannya. Adapun siapa saja yang keluar dari negeri itu dan selamat, maka mereka itulah kaum beriman yang hakiki, karena keimanan telah benar-benar masuk kedalam hati mereka.Perbedaan istilah ini juga bisa kita lihat lebih jelas lagi dalam hadits Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu, bahwa Jibril pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihis sallam mengenai Islam dan Iman. Maka beliau menjawab :"Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan berhaji ke Baitullah". Mengenai Iman beliau menjawab :"Engkau beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Utusan-utusan-Nya, hari Akhir, serta beriman dengan qadar yang baik dan yang buruk".Walhasil, pengertian Islam secara mutlak adalah mencakup seluruh aspek agama termasuk Iman. Namun jika istilah Islam itu disandingkan dengan Iman, maka Islam ditafsirkan dengan amalan-amalan yang zhahir yang berupa perkataan lisan dan perbuatan anggota badan. Sedangkan Iman ditafsirkan dengan amalan-amalan batiniah berupa i'tiqad-i'tiqad dan amalan hati.[Disalin dari kitab Fatawa Anil Iman wa Arkaniha, yang di susun oleh Abu Muhammad Asyraf bin Abdul Maqshud, edisi Indonesia Soal-Jawab Masalah Iman dan Tauhid, hal 50-52 Pustaka At-Tibyan]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=270&bagian=0


Artikel Islam Dan Iman, Apa Bedanya ? diambil dari http://www.asofwah.or.id
Islam Dan Iman, Apa Bedanya ?.

Bolehkah Buang Air Kecil [Kencing] Berdiri

Kumpulan Artikel Islami

Bolehkah Buang Air Kecil [Kencing] Berdiri Bolehkah Buang Air Kecil [Kencing] Berdiri

Kategori Al-Masaa'il

Kamis, 10 Juni 2004 20:41:11 WIBBOLEHKAH BUANG AIR KECIL [KENCING] BERDIRIOlehSyaikh Muhammad Nashiruddin Al-AlbaniPertanyaan.Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : "Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam melarang buang air kecil sambil berdiri sebagaimana diriwayatkan oleh sayyidah Aisyah. Tetapi kemudian beliau buang air kecil sambil berdiri, bagaimana mengkompromikannya "Jawaban.Riwayat bahwa beliau melarang kencing sambil berdiri tidak shahih. Baik riwayat Aisyah ataupun yang lain.Disebutkan dalam sunan Ibnu Majah dari hadits Umar, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata :"Artinya : Janganlah engkau kencing berdiri".Hadits ini lemah sekali. Adapun hadits Aisyah, yang disebut-sebut dalam pertanyaan tadi sama sekali tidak berisi larangan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kencing sambil berdiri. Hadits tersebut hanya menyatakan bahwa Aisyah belum pernah melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kencing sambil berdiri.Kata Aisyah Radhiyallahu 'anha."Artinya : Barangsiapa yang mengatakan pada kalian bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah buang air kecil sambil berdiri maka janganlah kalian membenarkannya [mempercayainya]".Apa yang dikatakan oleh Aisyah tentu saja berdasarkan atas apa yang beliau ketahui saja.Disebutkan dalam shahihain dari hadits Hudzaifah bahwa beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam melewati tempat sampah suatu kaum, kemudian buang air kecil sambil berdiri.Dalam kasus-kasus seperti ini ulama fiqih berkata : "Jika bertentangan dua nash ; yang satu menetapkan dan yang lain menafikan, maka yang menetapkan didahulukan daripada yang menafikan, karena ia mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh pihak yang menafikan.Jadi bagaimana hukum kencing sambil berdiri Tidak ada aturan dalam syari'at tentang mana yang lebih utama kencing sambil berdiri atau duduk, yang harus diperhatikan oleh orang yang buang hajat hanyalah bagaimana caranya agar dia tidak terkena cipratan kencingnya. Jadi tidak ada ketentuan syar'i, apakah berdiri atau duduk. Yang penting adalah seperti apa yang beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sabdakan."Maksudnya : Lakukanlah tata cara yang bisa menghindarkan kalian dari terkena cipratan kencing".Dan kita belum mengetahui adakah shahabat yang meriwayatkan bahwa beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah kencing sambil berdiri [selain hadits Hudzaifah tadi, -pent-]. Tapi ini bukan berarti bahwa beliau tidak pernah buang air kecil [sambil berdiri, -pent-] kecuali pada kejadian tersebut.Sebab tidak lazim ada seorang shahabat mengikuti beliau ketika beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam buang air kecil. Kami berpegang dengan hadits Hudzaifah bahwa beliau pernah buang air kecil sambil berdiri akan tetapi kami tidak menafikan bahwa beliaupun mungkin pernah buang air kecil dengan cara lain.[Disalin dari kitab Majmu'ah Fatawa Al-Madina Al-Munawarah, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Al-Bani, hal 135-137, Pustaka At-Tauhid]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=802&bagian=0


Artikel Bolehkah Buang Air Kecil [Kencing] Berdiri diambil dari http://www.asofwah.or.id
Bolehkah Buang Air Kecil [Kencing] Berdiri.

Jual Beli Anjing

Kumpulan Artikel Islami

Jual Beli Anjing Jual Beli Anjing

Kategori Fatawa Jual Beli

Kamis, 3 Juni 2004 17:30:25 WIBJUAL BELI ANJINGOlehAl-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal IftaPertanyaan.Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta ditanya : Apakah hukum jual beli anjing penjaga yang memiliki jenis khusus Jawaban.Tidak diperbolehkan menjual anjing dan hasil penjualannya pun tidak halal, baik itu anjing penjaga, anjing untuk berburu atau lainnya. Yang demikian itu didasarkan pada apa yang diriwayatkan Abu Mas’ud Uqbah Ibnu Amr Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata.â€Å"Artinya : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang hasil penjualan anjing, mahar [hasil] pelacur, dan upah dukun â€Å" [1]Telah disepakati keshahihannya.Wabillaahit Taufiq. Dan mudah-mudahan Allah senantiasa melimpahkan kesejahteraan dan keselamatan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya.[Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta, Pertanyaan ke-1 dari Fatwa Nomor 6554, Disalin dari Fataawaa Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyyah Wal Ifta, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Jual Beli, Pengumpul dan Penyusun Ahmad bin Abdurrazzaq Ad-Duwaisy, Terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi’i]_________Foote Note.[1] Diriwayatkan oleh Imam Malik di dalam kitab Al-Muwatha II/656, Ahmad IV/118-119, 120, Al-Bukhari III/43,54, VI/188, VII/28. Muslim III/198 nomor 1567. Abu Dawud III/753 nomor 3481. At-Tirmidzi III/439, 575.IV/402 nomor 1133, 1276, 2071. An-Nasaa-i VII/309 nomor 4666, Ibnu Majah II/730 nomor 2159. Ad-Darimi II/255. Ibnu Abi Syaibah VI/243. Ath-Thabrani XVII/265-267 nomor 726-732. Ibnu Hibban XI/562 nomor 5157 dan Al-Baihaqi VI/6]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=774&bagian=0


Artikel Jual Beli Anjing diambil dari http://www.asofwah.or.id
Jual Beli Anjing.

Janji Bertemu Di Surga

Kumpulan Artikel Islami

Janji Bertemu Di Surga Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaqbin Ibrahim dari Raja' bin Amr An-Nakha'i, ia berkata: Adalah diKufah, terdapat pemuda tampan, dia kuat beribadah dan sangat rajin.Suatu saat dia mampir berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha'. Diamelihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dankasmaran. Dan ternyata, si wanita cantik ini pun begitu juga padanya.Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorangmelamarnya dari ayahnya. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinyatelah dijodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya takbisa padam bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesanlewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya, 'Aku telah tahu betapabesar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu.Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudahjalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku'. Dijawab oleh pemudatadi melalui orang suruhannya, 'Aku tidak setuju dengan dua alternatifitu:

''Sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbkuakan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar. [Yunus: 15].

Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidakpernah padam kobarannya.'

Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata: Walaudemikian, rupanya dia masih takut kepada Allah Demi Allah, tak adaseseorang yang lebih berhak untuk bertakwa kepada Allah dari oranglain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu. Kemudian diameninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatanburuknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akantetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda.Tubuhnya mulai kurus dan kurus menahan perasaan rindunya, sampaiakhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan si pemuda itu seringkaliberziarah ke kuburannya, dia menangis dan mendo'akannya. Suatu waktudia tertidur di atas kuburannya. Dia bermimpi berjumpa dengankekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempatbertanya: Bagaimana keadaanmu Dan apa yang kau dapatkan setelahmeninggal

Dia menjawab: Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya adalahcintamu. Sebuah cinta yang dapat menggiring menuju kebaikan .

Pemuda itu bertanya: Jika demikian, kemanakah kau menuju

Dia jawab: Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang takberakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernahrusak.

Pemuda itu berkata: Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebabaku di sini juga tidak melupakanmu. Dia jawab: Demi Allah, aku jugatidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu [AllahSubha-nahu wa Ta'ala] agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulahaku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah.

Si Pemuda bertanya: Kapan aku bisa melihatmu Jawab si wanita: Taklama lagi kau akan datang melihat kami. Tujuh hari setelah mimpi ituberlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggaldunia.

Artikel Janji Bertemu Di Surga diambil dari http://www.asofwah.or.id
Janji Bertemu Di Surga.

Sebuah Azab Dari Allah

Kumpulan Artikel Islami

Sebuah Azab Dari Allah Syaikh Ahmad Syakir, salah seorang Ahli Haditskontemporer dari Mesir bercerita tentang salah seorang penceramah diMesir yang fasih lidahnya, orator dan piawai. Suatu ketika saat hendakberkhuthbah, dia ingin memuji salah seorang penguasa Mesir atassambutan dan penghormatannya kepada Thaha Husein, dia berkata, “Telahdatang seorang yang buta, namun dia tidak cemberut dan tidak berpalingdarinya.”

Yang dimaksudnya dengan orang buta di sini adalah Thaha Husein,seorang sastrawan sekuler terkenal yang memang buta mata dan jugahatinya. Perkataan penceramah itu sebenarnya sebagai bentuk Iqtibas[pengutipan] terhadap makna ayat al-Qur’an, surat ‘Abasa.

Mendengar hal itu, Syaikh Muhammad Syakir, ayahanda syaikh AhmadSyakir berdiri di hadapan para jema’ah begitu shalat usai serayamengumumkan kepada mereka bahwa shalat yang mereka lakukan tersebutbatal, tidak sah hukumnya dan mereka harus mengulanginya sebab sikhathib tersebut telah kafir dengan caciannya terhadap Rasulullah [Karenaitu artinya bahwa Thaha Husein, sebagai orang buta yang disinggungnyaitu, menurutnya lebih baik dan lebih mulia ketimbang Rasulullah karenabeliau bersikap cemberut dan berpaling ketika seorang buta bernamaIbnu Ummi Maktum datang dimana karenanya turun surat ‘Abasa itu yangmerupakan teguran buat Rasulullah sedangkan Thaha Husein, si buta itutidak demikian, na’udzu billah min dzâ lik-red.,].

Syaikh Ahmad Syakir mengutarakan,

“Akan tetapi Allah tidak membiarkan kejahatan si penjahat ini di duniaini sebelum mengazabnya kelak di akhirat. Aku bersumpah, Demi Allah,sungguh aku telah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri hidup hinadan merana menjadi jongos di salah satu masjid sebagai penjaga titipansandal-sepatu. Hal ini terjadi setelah beberapa tahun kemudian dansetelah orang tersebut berada di puncak kehidupan, meraih kesenanganduniawi dan merasa bangga hidup di bawah ketiak para penguasa danpembesar. Karena kondisinya itu, aku merasa malu kalau dia melihatkusebab kami sama-sama saling mengenal. Sikapku ini bukan karena kasihanterhadapnya karena sudah ada tempat kasihan terhadap orang yangseperti itu dan juga bukan karena ingin mencacinya sebab orang yangmulia dan luhur biasa mulia dengan cacian orang lain akan tetapikarena betapa pelajaran dan makna yang dapat saya lihat daripemandangan itu.”

[SUMBER: Qashash Wa Mawâqif Dzât ‘Ibar karya ‘Adil bin MuhammadAli ‘Abdil ‘Aly, h.11-12]

Artikel Sebuah Azab Dari Allah diambil dari http://www.asofwah.or.id
Sebuah Azab Dari Allah.

Zakat Barang Yang Disewakan

Kumpulan Artikel Islami

Zakat Barang Yang Disewakan Zakat Barang Yang Disewakan

Kategori Zakat

Sabtu, 3 April 2004 08:32:56 WIBZAKAT BARANG YANG DISEWAKANOlehSyaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-JibrinPertanyaan.Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya : Saya mempunyai gedung yang disewakan. Apakah saya menzakati harga pokoknya atau cukup menzakati hasil penyewaannya Tolong beritahu saya, semoga Anda mendapat pahala.JawabanZakatnya hanya pada hasil penyewaan saja jika telah dimiliki selama satu tahun. Jika menggunakannya sebelum genap setahun, maka gugurlah kewajiban zakat itu. Adapun untuk harga bangunan tersebut, tidak ada zakatnya, karena bangunan itu tidak diproyeksikan untuk dijual.Demikian juga setiap barang yang diproyeksikan untuk digunakan atau disewakan, tidak ada zakat pada harganya, adapun zakatnya adalah pada hasil penyewaannya.[Fatawa Al-Lu’lu Al-Makin min Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin, hal 140-141][Disalin dari. Kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, hal 270-271 Darul Haq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=581&bagian=0


Artikel Zakat Barang Yang Disewakan diambil dari http://www.asofwah.or.id
Zakat Barang Yang Disewakan.

Perbedaan Nabi Dan Rasul

Kumpulan Artikel Islami

Perbedaan Nabi Dan Rasul Perbedaan Nabi Dan Rasul

Kategori Fatawa 'Arkanil Islam

Minggu, 22 Februari 2004 21:20:33 WIBPERBEDAAN NABI DAN RASULOlehSyaikh Muhammad bin Shalih Al-UtsaiminPertanyaan.Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : 'Apakah terdapat perbedaan antara Nabi dan Rasul ."?

>> Jawaban :Memang benar, ada perbedaan antara Nabi dan Rasul. Ulama mengatakan bahwa Nabi adalah seorang yang diberi wahyu oleh Allah dengan suatu syari'at namun tidak diperintah untuk menyampaikannya, akan tetapi mengamalkannya sendiri tanpa ada keharusan untuk menyampaikannya.Sedangkan Rasul adalah seorang yang mendapat wahyu dari Allah dengan suatu syari'at dan ia diperintahkan untuk menyampaikannya dan mengamalkannya. Setiap rasul mesti nabi, namun tidak setiap nabi itu rasul. Jadi para nabi itu jauh lebih banyak ketimbang para rasul. Sebagian rasul-rasul itu dikisahkan oleh Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an dan sebagian yang lain tidak dikisahkan.Allah Ta'ala berfirman."Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada [pula] yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mu'jizat melainkan dengan seizin Allah". [Ghafir : 78].Bertolak dari ayat ini, maka dapat disimpulkan bahwa setiap nabi yang disebutkan di dalam Al-Qur'an adalah juga sebagai rasul.Pertanyaan.Apakah para rasul yang ada itu memiliki keutamaan yang sama di antara mereka Jawaban.Rasul-rasul yang ada tidak memiliki keutamaan yang sama, Allah telah berfirman :"Artinya : Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian [dari] mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata [langsung dengan dia] dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat". [Al-Baqarah : 253]."Artinya : Sungguh telah Kami utamakan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian yang lain". [Al-Isra : 55].Kita semua wajib beriman dengan seluruh rasul itu bahwa mereka itu benar dan jujur dalam membawa risalah serta membenarkan apa yang diwahyukan kepada mereka, Allah berfirman :"Artinya : Katakanlah [hai orang-orang mu'min] :"Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'kub dan anak cucunya, dan apa yang telah diberikan kepada Musa dan 'Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabb-nya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". [Al-Baqarah : 136]Dan ini adalah yang diyakini oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang yang beriman. Allah Ta'ala berfirman."Artinya : Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya ". [Al-Baqarah : 285].Maka kita tidak membedakan salah seorangpun dari rasul-rasul itu dalam hal mengimaninya ; masing-masing benar dan dibenarkan serta risalah yang dibawa adalah haq.Akan tetapi kita boleh membedakan dalam dua hal :Pertama :Dalam keutamaan. Kita mengutamakan sebagian dari para rasul atas sebagian yang lain sebagaimana Allah juga mengutamakan sebagian atas sebagian yang lain serta mengangkat sebagian dari mereka beberapa derajat. Akan tetapi kita tidak menyatakannya dengan nada membanggakan atau menyatakannya dengan nada membanggakan atau meremehkan yang diungguli.Dalam hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Al-Bukhari disebutkan bahwa seorang Yahudi telah bersumpah :"Tidak ! Demi yang memilih Musa atas sekalian manusia". Maka seorang laki-laki dari Anshar menempeleng muka laki-laki Yahudi itu ketika mendengar ucapannya seraya mengatakan :"Jangan kau katakan demikian sedangkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berada di tengah-tengah kami !". Maka si Yahudi itu datang menghadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan mengadu kepada beliau. "Aku punya dzimmah [jaminan perlindungan] dan perjanjian. Lalu apa gerangan yang membuat si fulan menempeleng mukaku " Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian bertanya kepada laki-laki Anshar tadi :"Kenapa kamu menempeleng mukanya ". Maka ia pun mengutarakan permasalahannya, dan Nabi akhirnya murka sampai terlihat sesuatu di muka beliau. Beliau kemudian bersabda, "Janganlah engkau melebihkan di antara nabi-nabi Allah!".Dalam hadits Shahih Al-Bukhari dan yang lain juga disebutkan riwayat dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda :"Tidak layak bagi seorang hamba untuk mengatakan, Aku lebih baik daripada Yunus bin Mata !".Kedua :Dalam hal ittiba'. Kita tidak boleh mengikuti rasul kecuali yang memang diutus untuk kita, yaitu Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena syari'at Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menasakh seluruh syari'at yang sebelumnya. Allah Ta'ala berfirman :"Artinya : Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab [yang diturunkan sebelumnya] dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu ; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan [syari'at] dan jalan yang terang [minhaj]" [Al-Maidah : 48][Disalin dari kitab Fatawa Anil Iman wa Arkaniha, yang di susun oleh Abu Muhammad Asyraf bin Abdul Maqshud, edisi Indonesia Soal-Jawab Masalah Iman dan Tauhid, Pustaka At-Tibyan]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=276&bagian=0


Artikel Perbedaan Nabi Dan Rasul diambil dari http://www.asofwah.or.id
Perbedaan Nabi Dan Rasul.

Bentuk-Bentuk Berbakti Kepada Orang Tua

Kumpulan Artikel Islami

Bentuk-Bentuk Berbakti Kepada Orang Tua Bentuk-Bentuk Berbakti Kepada Orang Tua

Kategori Birrul Walidain

Rabu, 5 Mei 2004 07:19:56 WIBBENTUK-BENTUK BERBAKTI KEPADA ORANG TUAOlehUstadz Yazid bin Abdul Qadir JawasBentuk-bentuk berbuat baik kepada kedua orang tua adalah :Pertama.Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberikan kegembiraan kepada seorang mu'min termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberikan kegembiraan kepada kedua orang tua kita.Dalam nasihat perkawinan dikatakan agar suami senantiasa berbuat baik kepada istri, maka kepada kedua orang tua harus lebih dari kepada istri. Karena dia yang melahirkan, mengasuh, mendidik dan banyak jasa lainnya kepada kita.Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad [dalam hal ini fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka fardhu 'ain] dengan meninggalkan orang tuanya dalam keadaan menangis, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Kembali dan buatlah keduanya tertawa seperti engkau telah membuat keduanya menangis" [Hadits Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i] Dalam riwayat lain dikatakan : "Berbaktilah kepada kedua orang tuamu" [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]KeduaYaitu berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua, tidak boleh mengucapkan 'ah' apalagi mencemooh dan mencaci maki atau melaknat keduanya karena ini merupakan dosa besar dan bentuk kedurhakaan kepada orang tua. Jika hal ini sampai terjadi, wal iya 'udzubillah.Kita tidak boleh berkata kasar kepada orang tua kita, meskipun keduanya berbuat jahat kepada kita. Atau ada hak kita yang ditahan oleh orang tua atau orang tua memukul kita atau keduanya belum memenuhi apa yang kita minta [misalnya biaya sekolah] walaupun mereka memiliki, kita tetap tidak boleh durhaka kepada keduanya.KetigaTawadlu [rendah diri]. Tidak boleh kibir [sombong] apabila sudah meraih sukses atau mempunyai jabatan di dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan. Kedua orang tualah yang menolong dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.Seandainya kita diperintahkan untuk melakukan pekerjaan yang kita anggap ringan dan merendahkan kita yang mungkin tidak sesuai dengan kesuksesan atau jabatan kita dan bukan sesuatu yang haram, wajib bagi kita untuk tetap taat kepada keduanya. Lakukan dengan senang hati karena hal tersebut tidak akan menurunkan derajat kita, karena yang menyuruh adalah orang tua kita sendiri. Hal itu merupakan kesempatan bagi kita untuk berbuat baik selagi keduanya masih hidup.KeempatYaitu memberikan infak [shadaqah] kepada kedua orang tua. Semua harta kita adalah milik orang tua. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala surat Al-Baqarah ayat 215."Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, "Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah maha mengetahui"Jika seseorang sudah berkecukupan dalam hal harta hendaklah ia menafkahkannya yang pertama adalah kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tua memiliki hak tersebut sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Al-Baqarah di atas. Kemudian kaum kerabat, anak yatim dan orang-orang yang dalam perjalanan. Berbuat baik yang pertama adalah kepada ibu kemudian bapak dan yang lain, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berikut."Artinya : Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu kemudian ibumu sekali lagi ibumu kemudian bapakmu kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat" [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 3, Abu Dawud No. 5139 dan Tirmidzi 1897, Hakim 3/642 dan 4/150 dari Mu'awiyah bin Haidah, Ahmad 5/3,5 dan berkata Tirmidzi, "Hadits Hasan"]Sebagian orang yang telah menikah tidak menafkahkan hartanya lagi kepada orang tuanya karena takut kepada istrinya, hal ini tidak dibenarkan. Yang mengatur harta adalah suami sebagaimana disebutkan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Harus dijelaskan kepada istri bahwa kewajiban yang utama bagi anak laki-laki adalah berbakti kepada ibunya [kedua orang tuanya] setelah Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan kewajiban yang utama bagi wanita yang telah bersuami setelah kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kepada suaminya. Ketaatan kepada suami akan membawanya ke surga. Namun demikian suami hendaknya tetap memberi kesempatan atau ijin agar istrinya dapat berinfaq dan berbuat baik lainnya kepada kedua orang tuanya.KelimaMendo'akan orang tua. Sebagaimana dalam ayat "Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro" [Wahai Rabb-ku kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil]. Seandainya orang tua belum mengikuti dakwah yang haq dan masih berbuat syirik serta bid'ah, kita harus tetap berlaku lemah lembut kepada keduanya. Dakwahkan kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut sambil berdo'a di malam hari, ketika sedang shaum, di hari Jum'at dan di tempat-tempat dikabulkannya do'a agar ditunjuki dan dikembalikan ke jalan yang haq oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.Apabila kedua orang tua telah meninggal maka :Yang pertama : Kita lakukan adalah meminta ampun kepada Allah Ta'ala dengan taubat yang nasuh [benar] bila kita pernah berbuat durhaka kepada kedua orang tua sewaktu mereka masih hidup.Yang kedua : Adalah mendo'akan kedua orang tua kita.Dalam sebuah hadits dla'if [lemah] yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam."Apakah ada suatu kebaikan yang harus aku perbuat kepada kedua orang tuaku sesudah wafat keduanya " Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Ya, kamu shalat atas keduanya, kamu istighfar kepada keduanya, kamu memenuhi janji keduanya, kamu silaturahmi kepada orang yang pernah dia pernah silaturahmi kepadanya dan memuliakan teman-temannya" [Hadits ini dilemahkan oleh beberapa imam ahli hadits karena di dalam sanadnya ada seorang rawi yang lemah dan Syaikh Albani Rahimahullah melemahkan hadits ini dalam kitabnya Misykatul Mashabiih dan juga dalam Tahqiq Riyadush Shalihin [Bahajtun Nazhirin Syarah Riyadush Shalihin Juz I hal.413 hadits No. 343]]Sedangkan menurut hadits-hadits yang shahih tentang amal-amal yang diperbuat untuk kedua orang tua yang sudah wafat, adalah :[1] Mendo'akannya[2] Menshalatkan ketika orang tua meninggal[3] Selalu memintakan ampun untuk keduanya.[4] Membayarkan hutang-hutangnya[5] Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari'at.[6] Menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya[Diringkas dari beberapa hadits yang shahih]Sebagaimana hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dari sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma."Artinya : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal" [Hadits Riwayat Muslim No. 12, 13, 2552]Dalam riwayat yang lain, Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma menemui seorang badui di perjalanan menuju Mekah, mereka orang-orang yang sederhana. Kemudian Abdullah bin Umar mengucapkan salam kepada orang tersebut dan menaikkannya ke atas keledai, kemudian sorbannya diberikan kepada orang badui tersebut, kemudian Abdullah bin Umar berkata, "Semoga Allah membereskan urusanmu". Kemudian Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhumua berkata, "Sesungguhnya bapaknya orang ini adalah sahabat karib dengan Umar sedangkan aku mendengar sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :"Artinya : Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman ayahnya" [Hadits Riwayat Muslim 2552 [13]]Tidak dibenarkan mengqadha shalat atau puasa kecuali puasa nadzar [Tamamul Minnah Takhrij Fiqih Sunnah hal. 427-428, cet. III Darul Rayah 1409H, lihat Ahkamul Janaiz oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani hal 213-216, cet. Darul Ma'arif 1424H][Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, terbitan Darul Qolam - Jakarta]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=689&bagian=0


Artikel Bentuk-Bentuk Berbakti Kepada Orang Tua diambil dari http://www.asofwah.or.id
Bentuk-Bentuk Berbakti Kepada Orang Tua.

Nasehat Dalam Meghadapi Ikhtilaf Di Antara Ikhwah Salafiyyin 3/3

Kumpulan Artikel Islami

Nasehat Dalam Meghadapi Ikhtilaf Di Antara Ikhwah Salafiyyin 3/3 Nasehat Dalam Meghadapi Ikhtilaf Di Antara Ikhwah Salafiyyin 3/3

Kategori Nasehat

Minggu, 8 Februari 2004 22:43:34 WIBNASEHAT DALAM MENGHADAPI IKHTILAF DI ANTARA IKHWAH SALAFIYINOlehSyaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzohullahSyaikh Dr.Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaily hafidzohullahBagian Terakhir dari Tiga Tulisan [3/3]II. Nasehat Syaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaily hafidzohullah[11]. Pertanyaan.Syaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaily ditanya : Fadhilatus Syaikh adakah perbedaan antara hajr dan tahdzir, jika ada perbedaan, apakah setiap orang yang kita tahdzir itu harus dihajr ?

>> Jawaban :Ya, ada perbedaan, tahdzir adalah memperingatkan manusia dari kesalahan atau dari orang yang bersalah, adapun hajr yaitu memboikot [mengucilkan] seseorang untuk kemaslahatan baik itu kemaslahatan agama kamu atau kemaslahatan dakwah dan ummat, tapi tidak setiap yang kita tahdzir itu harus dihajr. Terkadang teman kita bersalah kemudian kita tahdzir dari kesalahannya dan tidak kita hajr, kita katakan: si fulan seorang yang baik, mempunyai keutamaan dan ilmu, tapi dia salah dalam masalah ini . Banyak para ulama yang mentahdzir kesalahan sebagian ulama yang lain, Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah pernah ditanya tentang kesalahan sebagian ulama dalam beberapa masalah, beliau menjawab: Alim fulan salah dalam masalah ini, tapi beliau tidak menghajr dia, tidak juga mencelanya, tapi beliau menjelaskan kesalahannya, demikian pula para ulama sebelum beliau ketika ditanya tentang suatu masalah, mereka menjawab: ini salah, tapi tidak mengharuskan orang yang salah itu dihajr.[12]. Pertanyaan.Syaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaily ditanya : Fadhilatus Syaikh seberapa jauh kebenaran perkataan bahwa fulan ikhwany tapi aqidahnya salafy, atau tablighy tapi aqidahnya salafy, jika perkataan ini benar, lantas apa makna perkataan itu ?

>> Jawaban :Ikhwanul Muslimin mempunyai penyimpangan yang banyak dalam aqidah, termasuk kesalahan mereka yang paling besar dalam manhaj adalah menyatukan manusia [tanpa memilah aqidah] dan kaidah mereka yang salah yaitu saling memberikan udzur sesama kita dalam hal-hal yang diperselisihkan, dan bersatu dalam hal-hal yang kita sepakati, ini sangat bertentangan dengan aqidah ahlussunnah waljamaah. Jamaah Tabligh pun mempunyai banyak kesalahan. Bagaimana mungkin bisa dikatakan fulan manhajnya tablighy tapi aqidahnya salafy. Karena aqidah dan manhaj ahlussunnah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, aqidah dan manhaj tidak mungkin dipisahkan satu sama lainnya, tapi [jika seorang sunny] salah, kita katakan: fulan salah dalam masalah ini tapi dia masih di atas pokok-pokok ahlussunnah, seperti halnya kita katakan murjiah fuqoha, maknanya bahwa mereka adalah fuqoha dan ahlul ilmi serta murjiah ahlussunnah, artinya dia ahlussunnah, tapi dalam masalah ini dia salah, ini bisa dikatakan jika kesalahannya bersifat juziy [cabang].Adapun jika fulan menyimpang dari manhaj secara keseluruhan, tidak bias kita katakan: dia manhajnya begini tapi aqidahnya begini, tapi kita harus mengetahui bahwa aqidah ahlussunnah dan manhajnya tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya.[13]. PertanyaanSyaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaily ditanya : Jazakumullohu khairan atas nasihat ini, sekarang kami merasa sangat kurang dalam usaha untuk mendamaikan antara ikhwah apalagi dalam berdoa untuk kebaikan mereka, terutama mendoakan orang yang menyelisihi kami agar mendapatkan hidayah, juga masalah niat, terkadang ketika menasehati, kami tidak ikhlas karena Allah tapi karena tujuan duniawi, maka apakah nasihat Anda pada kami, dan bagaimanakah Salaf dalam menjaga niat mereka serta keinginan kuat mereka untuk mendoakan saudara-saudaranya ?

>> Jawaban :Wajib bagi setiap muslim untuk mengikhlaskan niatnya karena Allah dalam amalannya, manusia dalam setiap amalannya bertujuan untuk mewujudkan keselamatan dirinya. Sebelum kita berusaha untuk mendamaikan dan memberikan petunjuk [hidatul irsyad, peny.] pada manusia, kita harus berusaha menyelamatkan diri kita, dan ini tidak bisa kita lakukan kecuali dengan mengikhlaskan niat karena Allah semata serta menginginkan wajah Allah di setiap amalan kita, juga merasa bahwa Allah senantiasa mengawasi kita, mungkin manusia tidak tahu niat kita karena niat itu tersembunyi, sehingga kita bisa membohongi diri kita dan manusia dengan memperlihatkan nasihat, padahal Allah mengetahui apa yang ada dalam hati kita:Dan apa yang kalian perlihatkan serta sembunyikan dalam diri kalian Allah akan hisab kalian. [Al-Baqarah: 284], maka wajib atas setiap muslim untuk mengikhlaskan niatnya.Kaum Salaf sangat berkeinginan untuk memberi hidayah pada manusia, dan bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah teladan yang pertama dalam hal ini. Saya akan menceritakan pada kalian sebuah contoh dari sejarah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: Abdullah bin Ubay adalah termasuk orang yang paling banyak menyakiti Nabi shallallahu alaihi wasallam. Ketika dia mati, anaknya, yaitu Abdullah bin Abdullah bin Ubay radhiyallahuanhu [dan dia adalah seorang sahabat] datang pada Nabi shallallahu alaihi wasallam agar Nabi shallallahu alaihi wasallam memohon ampun untuk ayahnya, Nabipun bergegas untuk memohonkan ampun baginya, tapi Umar radhiyallahuanhu melarang beliau, kemudian Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: Aku dilarang untuk memohonkan ampun mereka sebanyak tujuh puluh kali, maka aku akan mohon lebih dari tujuh puluh kali, kemudian turunlah ayat:Janganlah kalian menshalati orang yang mati dari mereka selamanya, dan jangan kamu berdiri [mendoakan] di kuburnya, sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. [At-Taubah: 84] [lihat Shahih Bukhari 1/427 no. 1210 dan Shahih Muslim 4/1865 no. 2400. pent]Lihatlah bagaimana keinginan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, seorang munafik yang menyakiti beliau dan menghalang-halangi dakwah beliau, beliau katakan: Akan saya mohonkan ampunan beginya lebih dari tujuh puluh kali, karena besarnya keinginan beliau shallallahu alaihi wasallam untuk memberikan hidayah kepada manusia dan ini adalah termasuk nasihat karena Allah Taala.Wajib atas setiap muslim untuk tidak bermaksiat terhadap Allah di bumi-Nya, dan senang bila tidak ada penyimpangan di muka bumi dan tidak boleh gembira dengan penyimpangan orang lain. Karena jika kita cinta kepada Allah, tentu senang jika Allah ditaati dan tidak dimaksiati, dan ini pada setiap orang, ketika kamu cinta pada seseorang, tentu kamu tidak senang jika dia berbuat maksiat dan dibicarakan kejelekannya, tapi jika kita senang dengan kesalahan orang lain maka ini bukan nasihat karena Allah, karena seorang mukmin senang jika Allah ditaati dan tidak dimaksiati, sampai orang Yahudi dan Nasrani pun kita senang jika mereka beriman.Karena itu kita harus tamak untuk memberi hidayah kepada manusia, lebih-lebih pada ikhwah kita. Oleh karena itu Abdullah bin Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata pada ayahnya: Wahai ayahku, saya senang jika saya dan ayah dimasak dalam kuali yang mendidih di jalan Allah, artinya keduanya dimasukkan dalam kuali yang penuh minyak atau air yang mendidih sehingga badan mereka pun hancur di jalan Allah, dan ini adalah nasihat karena Allah. Demikianlah kewajiban setiap muslim untuk mengikhlaskan amalannya karena Allah.Termasuk dari contoh kekuatan nasihat dan ikhlas pada sejarah Salaf, apa yang terjadi pada Ali radhiyallahuanhu dalam perang tanding sebelum dimulainya peperangan, beliau mengalahkan lawannya dan menjatuhkannya ke tanah, ketika beliau hendak memukulnya dan membunuhnya dengan pedang, orang itu meludahi muka beliau, maka beliau pun tidak jadi membunuhnya, lantas ditanya mengapa Anda tidak membunuhnya. Jawab beliau: Tadinya saya ingin membunuhnya karena Allah, tapi orang itu meludahi saya, sehingga saya pun marah, saya takut jika saya membunuhnya karena kepentingan pribadi [bukan karena Allah], lihat bagaimana salaf menahan diri, ini adalah taufik dari Allah yang tidak akan didapatkan kecuali dengan muroqobah [merasa diawasi oleh] Allah sehingga bisa menahan diri dengan baik. Ini semua berasal dari kekuatan ikhlas karena Allah. Ketika Allah tahu kejujuran niat dan keikhlasannya, Allah pun melindunginya dari segala sesuatu.Maka dari itu sangat sulit bagi seseorang untuk mengambil sikap dan menghadirkan niatnya dalam keadaan seperti ini. Lihatlah ! Beliau tidak senang untuk membunuh orang kafir itu setelah beliau mampu mengalahkannya padahal beliau dalam keadaan jihad. Salah seorang dari kita bisa saja untuk mengatakan: saya membunuh karena Allah, padahal pada dirinya ada niat lain yang tersembunyi, dia membunuhnya kerena kepentingan pribadi. Maka merupakan keharusan bagi kita untuk mengikhlaskan niat karena Allah serta mendoakan saudara-saudara kita, dan memohonkan bagi mereka hidayah, di waktu kita shalat malam dan pada waktu-waktu dikabulkannya doa, juga menjadikan maksud kita setiap berbicara dan berbuat hanya karena Allah semata, kita ikhlas ketika berbicara, ikhlas ketika diam, ikhlas ketika uzlah [mengasingkan diri], sehingga dalam keadaan bagaimanapun kamu dalam kebaikan yang agung [besar]. Adapun jika kita kehilangan niat ikhlas mudah-mudahan Alah melindungi kita darinya-, walaupun kita berbicara haq, memberi nasihat dan Allah damaikan dengan sebab kita, serta terwujud kebaikan, sementara orang-orang memuji kita, maka amalan kita akan sia-sia, karena tidak terpenuhi niat yang ikhlas. Kita ambil pelajaran dari sebuah hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:Sesungguhnya pada hari kiamat nanti Allah turun pada hamba-Nya untuk memutuskan, dan seluruh manusia berlutut, orang yang pertama kali dipanggil adalah orang yang membaca Al-Quran, orang yang beperang di jalan Allah, dan orang yang mempunyai banyak harta. Allah berfirman kepada pembaca Al-Quran: bukankan Aku telah ajarkan padamu apa yang Aku turunkan pada Rasul-Ku jawab orang itu: benar ya Robbi, firman-Nya: apa yang kamu amalkan orang itu menjawab: saya membacanya siang malam, firman-Nya: bohong.!! Kata malaikat: kamu bohong!! firman-Nya: kamu membacanya karena ingin disebut qori, dan telah dikatakan padamu. Kemudian didatangkan orang yang mempunyai banyak harta, Allah berfirman padanya: bukankan Aku telah meluaskan rizkimu sehingga kamu tidak butuh pada seorangpun jawabnya: benar ya Robbi, firman-Nya : Lantas apa yang kamu amalkan dengan pemberianku itu, jawabnya: dulu saya menyambung silaturahmi dan bersedekah, firman-Nya: kamu bohong!!, kata malaikat: kamu bohong!!, firman-Nya: kamu berinfaq karena ingin disebut dermawan dan telah dikatakan padamu. Kemudian didatangkan orang yang terbunuh di jalan Allah, Allah berfirman padanya: Apa yang kamu perangi, Jawabnya: Saya diperintahkan untuk berjihad di jalan-Mu, saya pun berperang hingga terbunuh, firman-Nya: kamu bohong!!, kata malaikat: kamu bohong!!, firman-Nya: kamu berperang karena ingin disebut pemberani dan telah dikatakan padamu.. Berkata Abu Hurairah radhiyallahuanhu : Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memukul lututnya seraya bersabda: Tiga orang ini adalah makhluk yang neraka disulut pertama kali untuk mereka.Yang perlu kita garis bawahi adalah sabda beliau shallallahu alaihi wasallam waqad qiila ini menunjukkan bahwa kebanyakan yang dikatakan di dunia sebagai alim atau dermawan atau pemberani tidak menginginkan wajah Allah, kita takut atas diri kita, terkadang orang mengatakan tentang kita: fulan alim, atau fulan ahlussunnah, dan Allah tahu hati kita, maka kita wajib untuk menyadari dalam keadaan ini, karena jika niat dimasuki riya akan dikatakan pada kita di hadapan seluruh makhluk [pada hari kiamat]: kamu berbuat itu karena ingin dikatakan begini dan sudah dikatakan begitu [di dunia], sehingga kita pun dilempar ke neraka, ini perkara yang sangat berbahaya. Hendaklah seorang insan memohon pada Allah keikhlasan dalam perkataan dan perbuatan dia di setiap waktu, tidak ada seorang manusia pun kecuali dia lemah, tapi apabila Allah mengetahui kekuatan ikhlas, kesungguhan dan kesabaran seorang hamba, maka Allah akan memberinya taufiq, sebagaimana dalam hadits:"Artinya : Senantiasa seorang hamba bertaqorrub kepada-Ku dengan nawafil [amalan-amalan sunnat] sehingga Aku mencintainya. [Hadits iwayat Bukhari 5/2384 no. 6137. Pent]Dan sebagai pelindung bagi kita dari hal itu adalah dengan memperbanyak amal shalih dan ketaatan, jangan sampai kita disibukkan oleh ilmu dan melupakan amal, karena ilmu itu sarana untuk beramal. Jika kita disibukkan oleh ilmu dan melupakan amal, maka ilmu kita itu tidak bermanfaat. Berkata Ali bin Abi Thalib radhiyallahuanhu:Hubungilah ilmu dengan amal, jika dia menjawab [maka kebaikan untuknya] dan jika tidak, maka ilmu itu akan pergi.Ketika kamu semakin istiqamah dalam ketaatan pada Allah, maka Allah akan melindungimu dari fitnah, jika kamu menjaga shalat, dzikir-dzikir dan amalan baik, [Allah akan melindungimu] ketika fitnah melanda manusia, dan kamu mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah. Bukankah Allah berfirman dalam hadits qudsi: Jika seorang hamba senantiasa bertaqorrub pada-Ku sehingga Aku mencintainya, maka Aku pendengarannya yang dia mendengar dengannya, pandangannya yang dia melihat dengannya, tangannya yang dia memukul dengannya, dan kakinya yang dia berjalan dengannya. Mengapa Karena Allah melindunginya, maka setiap orang yang ingin selamat dari fitnah hendaklah memperbanyak ketaatan dan ibadah, inilah yang bermanfaat.Demi Allah !! ilmu saja tidak akan bermanfaat. Bisa saja kamu orang yang paling alim tapi kamu terfitnah dalam agamamu karena kamu tidak bisa mengambil manfaat kecuali dengan ilmu dan fiqih dalam agama serta istiqomah dalam ketaatan. Karena itu jika kalian perhatikan, siapakah yang selamat ketika fitnah melanda ummat dan manusia Ulamalah yang selamat, tapi apakah mereka selamat karena ilmu saja Tidak, mereka selamat karena mereka ahlul ibadah, Allah melindungi mereka karena ibadah, dan berjatuhanlah dalam fitnah itu para ulama-ulama suu [jelek] dan orang-orang yang berbuat karena riya, kita berlindung kepada Allah dari hal ini, karena seseorang terkadang menjadi hina disebabkan amalannya. Inilah kewajiban yang harus dilakukan oleh penuntut ilmu, untuk sungguh-sungguh melakukan ishlah, tapi sebelumnya kita harus memperbaiki diri kita, apakah kita akan mengishlah manusia sementara diri kita sakit, akankah kita memperbaiki rumah orang sementara rumah kita roboh Kita perbaiki hati dan amalan kita serta selalu merasa diawasi oleh Allah, sibukkanlah diri kita dengan hal yang mendekatkan kita pada Allah, perkara itu sungguh besar, sungguh berbahaya, karena kita akan datang nanti untuk dihisab, Allah akan menghisab setiap orang apa yang ada pada dirinya Pada hari diperlihatkan seluruh rahasia [At-Thoriq: 9]. Akan diperlihatkan pada kita catatan amalan kita yang bagaikan gunung, kemudian dihadapkan amalan itu kepada Allah kemudian dikatakan ini [amalan] karena Allah dan ini [amalan] karena selain Allah dan tidak tersisa [dari amalan] kecuali amalan yang karena Allah.Kita doakan saudara-saudara kita dan memohon pada Allah. Jika melihat kesalahan maka kita katakan: Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanku dari kesalahan yang menimpa dia, dan Dia lah yang memberikan keutamaan padaku di atas kebanyakan makhluk-Nya dengan keutamaan yang besar, kita mohonkan bagi mereka hidayah dan kita melihat orang yang menyimpang itu bagaikan seorang pasien, sebagaimana kata Ibnu Taimiyah: Ahlul bidah itu bagaikan orang sakit, maka bolehkah kita memperolok orang yang sedang sakit badannya Jika kita melihat orang yang buntung tangannya, apakah kita perolok Orang yang berakal tak akan melakukannya. Mereka [ahlul bidah] itu fitnahnya lebih besar, karena mereka diuji dalam agama mereka, kasihan mereka itu. Maka sayangilah dan kasihanilah dia, jangan kamu cela, jangan suka membicarakannya dan menyebarkan kesalahannya, tapi kita mohon pada Allah agar memberinya hidayah dan menyelamatkannya dari apa yang sedang menimpa dia, serta meminta perlindungan kepada Allah dari musibah ini.[14].

>> Pertanyaan :Syaikh Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaily ditanya : Jazakumullahu khairan mudah-mudahan Allah memberikan kebaikan pada Anda di dunia dan akhirat, apakah point-point penting dari nasihat tadi Jawaban.Point-Point Penting Dari Nasihat Tadi Adalah:[a]. Mengikhlaskan niat karena Allah dalam perkataan dan perbuatan.[b]. Menambah bekal ilmu syariat serta mengetahui apa yang bermanfaat bagi kita, dan ilmu itu ada yang wajib hukumnya ada juga yang sunnat, maka kita memulai dari apa yang Allah wajibkan atas kita, kemudian baru yang sunnat.[c]. Memperbanyak ketaatan dan istiqomah dalam ketaatan pada Allah.[d]. Menjauhi bidah dalam perkataan dan perbuatan kita.[e]. Mempersedikit majelis yang tidak ada manfaatnya, bahkan menjauhi majelis tersebut dan menyibukkan diri dengan ketaatan pada Allah. Setiap majelis yang mendekatkan diri kita kepada Allah, kita duduk di dalamnya, dan setiap majelis yang menjauhkan diri kita dari Allah kita jauhi. Ini adalah hal yang dapat dirasakan oleh setiap orang, terkadang kamu merasa imanmu berkurang setelah bangkit dari suatu majelis, tapi sebagian majelis lagi justru sebaliknya malah menambah keimanan. Maka duduklah di majelis seperti itu.Demikianlah . Saya memohon pada Allah agar memberikan taufiq pada kita semua, shalawat dan salam serta barakah semoga tercurah atas Nabi shallallahu alaihi wasallam .[Risalah ini disusun Oleh Abu Abdirrahman Abdullah Zaen [Mhs Universitas Islam Madinah] dan Abu Bakr Anas Burhanuddin dkk [Mhs Universitas Islam Madinah]]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=154&bagian=0


Artikel Nasehat Dalam Meghadapi Ikhtilaf Di Antara Ikhwah Salafiyyin 3/3 diambil dari http://www.asofwah.or.id
Nasehat Dalam Meghadapi Ikhtilaf Di Antara Ikhwah Salafiyyin 3/3.

Wasiat Untuk Keluarga Dan Anak-Anak

Kumpulan Artikel Islami

Wasiat Untuk Keluarga Dan Anak-Anak Wahai saudaraku muslim! Allah Subhannahu wa Ta'alaberfirman,

ÇáÃ'øöÌóÇáõ ÞóæøóÇãõæäó Úóáóì ÇáäøöÃ"óÂÁö ÈöãóÇ ÝóÖøóáó Çááåõ ÈóÚúÖóåõãúÚóáóì ÈóÚúÖò æóÈöãóÂÃóäÝóÞõæÇ ãöäú ÃóãúæóÇáöåöãú

Artinya, “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, olehkarena Allah telah melebihkan sebagian mereka{laki-laki}atas sebagianyang lain {wanita}dan karena mereka [laki-laki] telah menafkahkansebagian dari harta mereka.” [An-Nisa: 34]

Allah telah menjadikan laki-laki sebagai pemimpin bagi para wanita danini sesuai dengan fitrah dan naluri manusia, agar alam ini berjalansesuai dengan hukum-hukum Allah Subhannahu wa Ta'ala .

Maka bagi laki-laki memiliki kewajiban untuk mendidik istri dananak-anaknya dengan pendidikan yang baik dan benar yang akan menjaminkebahagian dunia dan akhirat. Dan pendidikan yang paling pentingadalah mengajarkan mereka agama dan adab-adab Islam sebagai realisasidalam meneladani Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam dan menitikehidupan sesuai dengan ajarannya. Wahai para ayah ajarkan dandidiklah anak-anak kalian dengan ilmu yang bermanfaat dan amal yangsholih.

Ajarkan juga pokok-pokok keimanan yang telah diterangkan olehAl-Qur‘an dan biasakanlah mereka untuk berpegang teguh denganrukun-rukun Islam. Ajarkan kepada istri dan anak-anak kalian untukmencintai Allah, tancap-kan keimanan, kecintaan, penghormat-an, danpengagungan terhadap Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam di dalamhati mereka. Mereka wajib untuk menaati apa yang diperin-tahkanRasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam, membenarkan setiap beritayang beliau sampaikan dan menjauhi apa yang dilarangnya dan tidakberibadah kepada Allah, melain-kan sesuai dengan apa yang diasyariatkan. Barang siapa yang berpaling dari petunjuknya, maka diatermasuk ahlul bid’ah.

Ajarkan mereka untuk mencintai sahabat Rasulullah Shallallaahu alaihiwa Salam yang mulia sebagai imam yang telah mendapatkan petunjuk yanglurus. Terangkan kepada mereka bagaimana sahabat beribadah, berakhlakdengan akhlak yang mulia, berilmu yang luar biasa, bersungguh-sungguhdalam beragama. Dan terangkan juga tentang jihad dan perjuangan merekadi jalan Allah Subhannahu wa Ta'ala. Hingga akhirnya melalui merekaAllah membuka hati dan telinga umat manusia, membuka negara-negara dankerajaan-kerajaan, dan menghukum orang orang kafir dan munafik dengankehinaan.

Dan terangkan juga tentang sejarah hidup mereka yang luar biasa,bagai-mana kebenaran Iman mereka dan sempurnanya mereka di dalammengikuti Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam , dalam beribadah,berjihad dan menginfaqkan harta yang amat banyak dalam rangka untukmencari ridha Allah Subhannahu wa Ta'ala .

Dan tanamkan kepada mereka bahwa orang yang berbahagia adalah orangyang mau mengikuti Sahabat Rasullah Shallallaahu alaihi wa Salam danorang yang celaka adalah yang mencela, mendiskreditkan mereka sertamenempuh jalan kehidu-pan selain jalan mereka.

Dan perintahkan kepada mereka untuk menunaikan shalat ketika merekaberumur tujuh tahun, perintahkan anak laki-laki supaya berjamaah dimasjid bersama kaum muslimin, dan yang perempuan supaya berjamaahbersama ibu mereka di rumah. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman,

Artinya,“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat danbersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizkikepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepa-damu. Dan akibat[yang baik]itu adalah bagi orang yang bertaqwa. [Thaha: 132]

Dan juga pisahkan tempat tidur antara anak laki-laki dan perempuanketika mereka berumur sepuluh tahun, jauhkan mereka dari kawan yangjelek. Tumbuhkanlah mereka dengan ahklaq ahlu iman, seperti berbaktikepada orang tua, silaturahim, bergaul dengan baik terhadap saudaraseagama, senang bersedekah, berbuat yang ma‘ruf dan kebaikan,menghormati tetangga dan tamu, dan mencegah dari perbuatan jelek sertamenyakiti sesama manusia.

Dan ajarkan juga tentang keimanan kepada qadla dan qadar, ajarkan agarselalu menghadapi takdir dengan menyerahkannya kepada Allah Subhannahuwa Ta'ala sebagai Rabb yang mengatur seluruh alam. Karena sesungguhnyaAllah yang memberi dan Allah yang memgambil, segala sesuatu datangdari sisi-Nya sesuai dengan waktu yang ditentukan-Nya. Orang yangberbahagia adalah orang yang beriman kepada Allah dan bertawakalkepada-Nya serta berusaha keras mencari jalan-jalan [wasilah] yangdapat mendekatkan diri kepada-Nya. Orang yang celaka adalah orang yangmenuyelisihi-Nya, bermaksiat terhadap perintah-Nya, menentang-Nya,kufur terhadap-Nya, benci terha-dap ketentuan-Nya dan berpaling daritakdir-Nya.

Jauhilah perkara-perkara yang mengantarkan kepada kemurkaan AllahSubhannahu wa Ta'ala yang mengakibatkan dimasuk-kan ke dalam apineraka bersama orang-orang kafir Allah Ta‘ala berfirman,

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dankeluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia danbatu, penjaganya malaikat yang kasar dan keras yang tidak mendurhakaiAllah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalumenger-jakan apa yang diperintahkan.” [At-Tahrim: 6]

Jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka, dengan membukapintu-pintu kebaikan kepada anak dan istri kalian dan selalumengarahkan mereka kepada kebaikan-kebaikan tersebut, selalu memberidorongan kepada mereka untuk melaksanakannya, dan hendaknya kalianmenjadi teladan bagi seluruh anggota keluarga.

Jangan sekali-kali meremehkan pendidikan terhadap keluarga kalian, danjangan menganggap ringan dalam mengarahkan dan menunjuki merekadidalam kebaikan, karena kalian bertanggung jawab atas mereka.

Bersabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam ,

“Sesungguhnya Allah akan menanyakan kepada setiap pemimpin amanahyang diembankan kepadanya; apakah dia menjaganya ataumenyia-nyiakannya, sampai seseorang ditanyai tentang keluarganya”[HR. An-Nasai]

Dan bersemangatlah dalam mendidik mereka di dalam kebaikan dunia danakhirat. Semoga Allah menjadikan kita seperti orang-orang yang Allahfirmankan,

Artinya, “Yaitu surga 'Adn yang mereka masuk kedalamnyabersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya,istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ketempat-tempat mereka dari semua pintu; [sambil mengucapkan] Salamun 'alaikumbima shabartum . Maka alangkah baiknya tempat kesuda-han itu.” [Ar-Ra’d: 23-24]

Dan bersungguh-sungguhlah dalam mengajarkan mereka tentang Kitabullahdan as-Sunnah serta atsar-atsar [perikehidupan] salafusholih, makaAllah akan memberikan kemuliaan kepada kalian lebih dari yang kalianharapkan, dan akan mengamankan kalian dari mara bahaya apa pun,akhirnya Allah akan mengumpulkan kalian bersama anak dan istri kaliandisurga-surga dan akan duduk ditempat orang-orang yang terhormat.Allah berfirman,

Artinya, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu merekamengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu merekadengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amalmereka, tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”[At-Thur : 21]

Sesungguhnya seorang ayah apabila memberikan perhatian serius di dalammendidik anak dan istrinya serta orang-orang yang menjadi tanggungjawab-nya, maka ia ibarat seseorang yang menebarkan di atas bumi yangsubur benih-benih yang paling bermanfaat dan paling baik, yang kelakdengannya akan mendatangkan buah yang melim-pah dan hasil [panen] yangbaik.

Tetapi apabila meremehkan pendidikan keluarga dan merasa cukup dengansekedar memberikan makan, minum, pakaian dan lainnya, kemudian iatinggalkan begitu saja seperti bina-tang ternak, tidak mengetahui yanghalal dan yang haram, dan tidak menunaikan kewajiban dan tanggungjawab, dan tidak ada rasa penghormatan kepada yang tua dan tidak adabelas kasihan terhadap yang muda, maka yang seperti itu justru akanmenjadi azab bagi diri mereka, keluarga dan masyarakat seluruhnya.

Padahal setiap muslim akan ditanya di hadapan Allah Subhannahu waTa'ala tentang beban tanggung jawab yang dipikulnya. Apakah iatunaikan dan pelihara atau malah justru melalaikan danmenyia-nyiakannya.

Sesungguhnya anak-anak kita, belahan hati kita adalah pemuda-pemuda dihari ini dan merupakan generasi penerus untuk masa depan, jangankalian melupakan doa untuk mereka, supaya mendapatkan hidayah dantaufik dari Allah Subhannahu wa Ta'ala agar menempuh jalan yangdicintai Allah dan diridhai-Nya.

Artinya, “Ya Rabb kami, anugerah-kanlah kepada kami isteri-isteri kamidan keturunan kami sebagai penyenang hati [kami] dan jadikanlah kamiimam bagi orang-orang yang bertaqwa.”

Sumber : Buletin, “al-Washiah bil Ahl wal Aulad.”

[Azhar Khalid Saif, Lc.]

Artikel Wasiat Untuk Keluarga Dan Anak-Anak diambil dari http://www.asofwah.or.id
Wasiat Untuk Keluarga Dan Anak-Anak.

Tidak Boleh Melakukan Isbal Sama Sekali

Kumpulan Artikel Islami

Tidak Boleh Melakukan Isbal Sama Sekali Tidak Boleh Melakukan Isbal Sama Sekali

Kategori Ahkam

Minggu, 11 April 2004 20:02:36 WIBHUKUM ISBAL [MENURUNKAN PAKAIAN DIBAWAH MATA KAKI]OlehSyaikh Abdullah Bin Jarullah Al-JarullahBagian Kelima dari Tujuh Tulisan [5/7]TIDAK BOLEH MELAKUKAN ISBAL SAMA SEKALI

>> Pertanyaan :Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Bila seseorang melakukan Isbal pada pakaiannya tanpa diiringi rasa sombong dan angkuh, apakah itu juga diharamkan baginya Dan apaakah hukum Isbal itu juga berlaku pada lengan pakaian?

>> Jawaban :Isbal tidak boleh dilakukan secara mutlak berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam :"Apa yang berada di bawah mata kaki berupa sarung, maka itu tempatnya di neraka." [Hadits Riwayat Bukhari dalam shahihnya]Dan juga karena sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam dalam hadits yang diriwayatkan dari Jabir Ibn Sulaim:"Jauhilah Isbal olehmu, karena itu tergolong kesombongan." [Hadits Riwayat Abu Daud dan Turmudzi dengan sanad yang shahih]Dan juga karena sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam yang tsabit dari beliau :"Ada tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak dilihat dan tidak disucikan dari dosa serta mereka akan mendapat azab yang sangat pedih, yaitu pelaku Isbal, pengungkit pemberian dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu." [HR Muslim dalam shahihnya]Tidak ada beda apakah dia melakukan karena sombong atau tidak. Itu berdasarkan keumuman banyak hadits. Dan juga karena secara keumuman itu dilakukan karena sombong dan angkuh, walau dia tidak bermaksud demikian. Perbuatannya adalah perantara menuju kesombongan dan keangkuhan. Dan dalam perbuatan itu juga ada mengandung unsur meniru wanita dan mempermudah pakaian dikenai kotoran dan najis. Serta perbuatan itu juga menunjukkan sikap berlebih-lebihan.Siapa yang melakukannya karena sombong, maka dosanya lebih besar. Berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam :"Siapa yang menyeret pakaiannya karena sombong, Allah tidak akan melihatnya di hari kiamat." [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]Adapun sabda Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam kepada Abu Bakar Ash Shiddiq Radliyallah'anhu ketika dia mengatakan kepada beliau bahwa sarungnya sering melorot kecuali kalau dia benar-benar menjaganya:"Sesungguhnya engkau tidak termasuk orang yang melakukannya karena sombong." [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]Ini adalah bantahan bagi orang yang melakukannya, tapi berdalil dengan apa yang dilakukan Abu Bakar Ash Shiddiq. Bila dia memang benar-benar menjaganya dan tidak sengaja membiarkannya, itu tidak mengapa.Adapun lengan baju, maka sunnahnya tidak melewati pergelangan Dan Allah adalah sebaik-baik pemberi taufiq.[Fatwa Syaikh Abdul Aziz Ibn Abdullah Ibn Bazz dinukil dari Majalah Ad Da'wah hal 220][Disalin dari kitab Tadzkiirusy Syabaab Bimaa Jaa’a Fii Isbaalis Siyab, edisi Indonesia Hukum Isbal Menurunkan Pakaian Dibawah Mata Kaki, alih bahasa Muhammad Ali bin Ismail, hal 20- 22 Terbitan Maktabah Adz-Dzahabi]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=613&bagian=0


Artikel Tidak Boleh Melakukan Isbal Sama Sekali diambil dari http://www.asofwah.or.id
Tidak Boleh Melakukan Isbal Sama Sekali.

Apakah Lailatul Qadar Itu Sudah Pasti Pada Suatu Malam Atau Berpindah-Pindah Pada Setiap Tahunnya

Kumpulan Artikel Islami

Apakah Lailatul Qadar Itu Sudah Pasti Pada Suatu Malam Atau Berpindah-Pindah Pada Setiap Tahunnya Apakah Lailatul Qadar Itu Sudah Pasti Pada Suatu Malam Atau Berpindah-Pindah Pada Setiap Tahunnya

Kategori Puasa - I'tikaaf

Minggu, 23 Oktober 2005 21:04:51 WIBAPAKAH MALAM LAILATUL QADAR ITU SUDAH PASTI PADA SUATU MALAM ATAUKAH BERPINDAH DARI SUATU MALAM KE MALAM LAINNYA PADA SETIAP TAHUNNYAOlehSyaikh Muhammad bin Shalih Al-UtsaiminPertanyaan,Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah malam Lailatul Qadar itu suah pasti pada suatu malam ataukah berpindah dari suatu malam ke malam lainnya pada setiap tahunnya JawabanTidak diragukan lagi bahwa Lailatul Qadar terjadi pada bulan Ramadhan. Allah berfirman."Artinya : Sesungguhnya kami telah menurunkan [Al-Qur'an] pada malam kemuliaan" [Al-Qadar : 1]Allah Subhanahu wa Ta'ala juga menjelaskan dalam ayat yang lain bahwa Dia telah menurunkan Al-Qur'an pada bulan Ramadhan."Artinya : [Beberapa hari yang ditentukan itu ialah] bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan [permulaan] Al-Qur'an" [Al-Baqarah : 185]Rasulullah pernah beri'tikaf pada sepuluh malam pertama bulan Ramadhan untuk mencari Lailatul Qadar, lalu beri'tikaf pada sepuluh malam pertengahan, hingga beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat Lailatul Qadar ini pada sepuluh malam terkahir pada bulan Ramadhan.[1]. Kemudian terjadi persamaan mimpi di antara beberapa sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa ia terjadi tujuh malam terakhir dari Ramadhan. Lalu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :"Artinya : Saya melihat bahwa mimpi kalian saling bersesuaian terjadi pada tujuh malam terakhir. Maka barangsiapa yang ingin mencarinya hendaklah ia mencarinya pada tujuh malam terakhir"Inilah pembatasan yang paling minimal dari penentuan dalam waktu tertentu.Jika kita memperhatikan dalil-dalil tentang Lailatul Qadar, akan jelas bagi kita bahwa Lailatul Qadar itu berpindah dari satu malam ke malam lainnya. Ia tidak terbatas dengan satu hari tertentu pada setiap tahunnya. Nabi pernah diberi tahu dalam tidurnya tentang Lailatul Qadar. Sedangkan pagi harinya beliau sujud di atas tanah yang tergenang air yang mana malam itu adalah malam ke dua puluh satu [3] Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda."Artinya : Carilah Lailatul Qadar pada hari ganjil di sepuluh malam terakhir dari Ramadhan" [4]Hal ini menujukkan bahwa Lailatul Qadar tidak terbatas pada satu malam tertentu. Dari sini terkumpullah dalil-dalilnya, sehingga seyogyanya seseorang selalu mengharap turunnya Lailatul Qadar pada setiap malam dari sepuluh malam terakhir. Dan pahala Lailatul Qadar itu diperoleh oleh siapa saja yang menghidupkan malam itu dengan penuh iman dan ikhlas, baik itu mengetahuinya atau tidak. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda."Artinya : Barangsiapa bangun shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan keikhlasan maka dosanya yang telah lalu diampuni" [5]Di sini tidak dikatakan, jika ia tahu waktu turunnya. Jadi tidak disyaratkan untuk mendapatkan pahala Lailatul Qadar orang yang beribadah harus mengetahui waktunya dengan pasti. Tetapi barangsiapa beribadah pada setiap malam dari sepuluh malam terkahir bulan Ramadhan, karena keimanan dan keikhlasan maka kami yakin bahwa ia pasti mendapatkan Lailatul Qadar sama saja apakah terjadi di awalnya, pertengahannya ataupun akhirnya. Allah lah yang memberi taufik.[Disalin dari kitab Majmu Fatawa Arkanil Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah dan Ibadah, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penerbit Pustaka Arafah]________Foote Note[1]. Hadits Riwayat Bukhari dalam "Fadhlu Lailatul Qadri" Bab Mencari Lailatul Qadar [2016]. Dan Muslim dalam "Shiyam" Bab Keutamaan Lailatul Qadar.[2]. Hadits Riwayat Bukhari dalalm "Fadhilah Lailatul Qadar" Bab Mencari Lailatul Qadar [2015]. Dan Muslim Dalam "Shiyam" Bab Keutamaan Lailatul Qadar [215].[3]. Sudah ditakhrij[4] Hadits Riwayat Bukhari Dalam "Shalat Tarawih" Bab Mencari Lailatul Qadar Pada Malam Ganjil Dari Sepuluh Malam Terakhir [1913]. Dan Muslim Dalam "Shiyam" Bab Keutamaan Lailatul Qadar [1169][5] Hadits Riwayat Bukhari "Kitab Iman" Bab Sunnah Shalat Bulan Ramadhan Termasuk Dari Iman [37]. Dan Muslim "Shalat Musafirin" Bab Hasungan Untuk Shalat Bulan Ramadhan [173].

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1624&bagian=0


Artikel Apakah Lailatul Qadar Itu Sudah Pasti Pada Suatu Malam Atau Berpindah-Pindah Pada Setiap Tahunnya diambil dari http://www.asofwah.or.id
Apakah Lailatul Qadar Itu Sudah Pasti Pada Suatu Malam Atau Berpindah-Pindah Pada Setiap Tahunnya.

Derajat Hadits Bacaan Waktu Berbuka Puasa Dan Kelemahan Bebeberapa Hadits Keutamaan Puasa

Kumpulan Artikel Islami

Derajat Hadits Bacaan Waktu Berbuka Puasa Dan Kelemahan Bebeberapa Hadits Keutamaan Puasa Derajat Hadits Bacaan Waktu Berbuka Puasa Dan Kelemahan Bebeberapa Hadits Keutamaan Puasa

Kategori Al-Masaa'il

Jumat, 15 Oktober 2004 09:33:37 WIBDERAJAT HADITS-HADTS TENTANG BACAAN WAKTU BERBUKA PUASA DAN KELEMAHAN BEBERAPA HADITS TENTANG KEUTAMAAN/FADLILAH FADHILAH PUASAolehAl-Ustadz Abdul Hakim bin Amir AbdatDibawah ini akan saya turunkan beberapa hadits tentang dzikir atau do'a di waktu berbuka puasa Kemudian akan saya terangkan satu persatu derajatnya sekalian. Maka, apa-apa yang telah saya lemahkan [secara ilmu hadits] tidak boleh dipakai atau diamalkan lagi, dan mana yang telah saya nyatakan syah [shahih atau hasan] bolehlah saudara-saudara amalkan. Kemudian saya iringi dengan tambahan keterangan tentang kelemahan beberapa hadits lemah/dla'if tentang keutamaan puasa yang sering dibacakan di mimbar-mimbar khususnya di bulan Ramadhan.Hadits Pertama"Artinya : "Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Adalah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam apabila berbuka [puasa] beliau mengucapkan : Allahumma Laka Shumna wa ala Rizqika Aftharna, Allahumma Taqabbal Minna Innaka Antas Samiul 'Alim [artinya : Ya Allah ! untuk-Mu aku berpuasa dan atas rizkqi dari-Mu kami berbuka. Ya Allah ! Terimalah amal-amal kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Maha Mengetahui]". [Riwayat : Daruqutni di kitab Sunannya, Ibnu Sunni di kitabnya 'Amal Yaum wa-Lailah No. 473. Thabrani di kitabnya Mu'jamul Kabir]Sanad hadits ini sangat Lemah/DloifPertama :Ada seorang rawi yang bernama : Abdul Malik bin Harun bin 'Antarah.Dia ini rawi yang sangat lemah.[1]. Kata Imam Ahmad bin Hambal : Abdul Malik Dlo'if[2]. Kata Imam Yahya : Kadzdzab [pendusta][3]. Kata Imam Ibnu Hibban : Pemalsu hadits[4]. Kata Imam Dzahabi : Dia dituduh pemalsu hadits[5]. Kata Imam Abu Hatim : Matruk [orang yang ditinggalkan riwayatnya][6]. Kata Imam Sa'dy : Dajjal, pendusta.Kedua :Di sanad hadits ini juga ada bapaknya Abdul Malik yaitu : Harun bin 'Antarah. Dia ini rawi yang diperselisihkan oleh para ulama ahli hadits. Imam Daruquthni telah melemahkannya. Sedangkan Imam Ibnu Hibban telah berkata : "Munkarul hadits [orang yang diingkari haditsnya], sama sekali tidak boleh berhujjah dengannya".Hadits ini telah dilemahkan oleh Imam Ibnul Qoyyim, Ibnu Hajar, Al-Haitsami dan Al-Albani dan lain-lainPeriksalah kitab-kitab :[1]. Mizanul I'tidal 2/666[2]. Majmau Zawaid 3/156 oleh Imam Haitsami[3]. Zaadul Ma'ad di kitab Shiyam/Puasa oleh Imam Ibnul Qoyyim[4]. Irwaul Ghalil 4/36-39 oleh Muhaddist Al-Albani.Hadits Kedua."Artinya : Dari Anas, ia berkata : Adalah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam apabila berbuka beliau mengucapkan : Bismillahi, Allahumma Laka Shumtu Wa Alla Rizqika Aftartu [artinya : Dengan nama Allah, Ya Allah karena-Mu aku berbuka puasa dan atas rizqi dari-Mu aku berbuka]". [Riwayat : Thabrani di kitabnya Mu'jam Shagir hal 189 dan Mu'jam Awshath]Sanad hadits ini Lemah/Dlo'ifPertama :Di sanad hadist ini ada Ismail bin Amr Al-Bajaly.Dia seorang rawi yang lemah.[1]. Imam Dzahabi mengatakan di kitabnya Adl-Dhu'afa : Bukan hanya satu orang saja yang telah melemahkannya.[2]. Kata Imam Ibnu 'Ady : Ia menceritakan hadits-hadits yang tidak boleh diturut.[3]. Kata Imam Abu Hatim dan Daruquthni : Lemah ![4]. Saya berkata Dia inilah yang meriwayatkan hadits lemah bahwa imam tidak boleh adzan [lihat : Mizanul I'tidal 1/239].Kedua :Di sanad ini juga ada Dawud bin Az-Zibriqaan.[1]. Kata Al-Albani : Dia ini lebih jelek dari Ismail bin Amr Al-Bajaly.[2]. Kata Imam Abu Dawud, Abu Zur'ah dan Ibnu Hajar : Matruk.[3]. Kata Imam Ibnu 'Ady : Umumnya apa yang ia riwayatkan tidak boleh diturut [lihat Mizanul I'tidal 2/7][4]. Saya berkata : Al-Ustadz Abdul Qadir Hassan membawakan riwayat Thabrani ini di kitabnya Risalah Puasa akan tetapi beliau diam tentang derajat hadits ini Hadits Ketiga"Artinya : Dari Muadz bin Zuhrah, bahwasanya telah sampai kepadanya, sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, apabila berbuka [puasa] beliau mengucapkan : Allahumma Laka Sumtu ....." [Riwayat : Abu Dawud No. 2358, Baihaqi 4/239, Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Sunniy]Lafadz dan arti bacaan di hadits ini sama dengan riwayat/hadits yang ke 2 kecuali awalnya tidak pakai Bismillah.Dan sanad hadits ini mempunyai dua penyakit.Pertama :"Mursal, karena Mu'adz bin [Abi] Zur'ah seorang Tabi'in bukan shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. [hadits Mursal adalah : seorang tabi'in meriwayatkan langsung dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tanpa perantara shahabat].Kedua :"Selain itu, Mu'adz bin Abi Zuhrah ini seorang rawi yang Majhul. Tidak ada yang meriwayatkan dari padanya kecuali Hushain bin Abdurrahman. Sedang Ibnu Abi Hatim di kitabnya Jarh wat Ta'dil tidak menerangkan tentang celaan dan pujian baginya".Hadits Keempat"Artinya : Dari Ibnu Umar, adalah Rasulullah SAW, apabila berbuka [puasa] beliau mengucapkan : DZAHABAZH ZHAAMA-U WABTALLATIL 'URUQU WA TSABATAL AJRU INSYA ALLAH [artinya : Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan/urat-urat, dan telah tetap ganjaran/pahala, Inysa allah]. [Hadits HASAN, riwayat : Abu Dawud No. 2357, Nasa'i 1/66. Daruquthni dan ia mengatakan sanad hadits ini HASAN. Hakim 1/422 Baihaqy 4/239]Al-Albani menyetujui apa yang dikatakn Daruquhni.!Saya berkata : Rawi-rawi dalam sanad hadits ini semuanya kepercayaan [tsiqah], kecuali Husain bin Waaqid seorang rawi yang tsiqah tapi padanya ada sedikit kelemahan [Tahdzibut-Tahdzib 2/373]. Maka tepatlah kalau dikatakan hadits ini HASAN.Kesimpulan.[1]. Hadits yang ke 1,2 dan 3 karena tidak syah [sangat dloif dan dloif] maka tidak boleh lagi diamalkan.[2]. Sedangkan hadits yang ke 4 karena riwayatnya telah syah maka bolehlah kita amalkan jika kita suka [karena hukumnya sunnat saja].BEBERAPA HADITS LEMAH TENTANG KEUTAMAAN PUASAHadits Pertama"Artinya : Awal bulan Ramadhan merupakan rahmat, sedang pertengahannya merupakan magfhiroh [ampunan], dan akhirnya merupakan pembebasan dari api neraka". [Riwayat : Ibnu Abi Dunya, Ibnu Asakir, Dailami dll. dari jalan Abu Hurairah]Derajat hadits ini : DLAIFUN JIDDAN [sangat lemah].Periksalah kitab : Dla'if Jamius Shagir wa Ziyadatihi no. 2134, Faidhul Qadir No. 2815.Hadits Kedua :"Artinya : Dari Salman Al-Farisi, ia berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Pernah berkhutbah kepada kami di hari terakhir bulan Sya'ban. Beliau bersabda : "Wahai manusia ! Sesungguhnya akan menaungi kamu satu bulan yang agung penuh berkah, bulan yang didalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan yang Allah telah jadikan puasanya sebagai suatu kewajiban dan shalat malamnya sunat, barang siapa yang beribadat di bulan itu dengan satu cabang kebaikan, adalah dia seperti orang yang menunaikan kewajiban di bulan lainnya, dan barangsiapa yang menunaikan kewajiban di bulan itu adalah dia seperti orang yang menunaikan tujuh puluh kewajiban di bulan lainnya. Dia itulah bulan shabar, sedangkan keshabaran itu ganjarannya surga.... dan dia bulan yang awalnya rahmat, dan tengahnya magfiroh [ampunan] dan akhirnya pembebasan dari api neraka..." [Riwayat : Ibnu Khuzaimah No. hadits 1887 dan lain-lain]Sanad Hadits ini DLAIF. Karena ada seorang rawi bernama : Ali bin Zaid bin Jud'an. Dia ini rawi yang lemah sebagaimana diterangkan oleh Imam Ahmad, Yahya, Bukhari, Daruqhutni, Abi Hatim, dan lain-lain.Dan Imam Ibnu Khuzaimah sendiri berkata : Aku tidak berhujah dengannya karena jelek hafalannya.Imam Abu Hatim mengatakan : Hadits ini Munkar !!Periksalah kitab : Silsilah Ahaadits Dloif wal Maudluah No. 871, At-Targhib Wat-Tarhieb jilid 2 halaman 94, Mizanul I'tidal jilid 3 halaman 127.Hadits Ketiga"Artinya : Orang yang berpuasa itu tetap didalam ibadat meskipun ia tidur di atas kasurnya". [Riwayat : Tamam]Sanad Hadits ini DLA'IF. Karena di sanadnya ada : Yahya bin Abdullah bin Zujaaj dan Muhammad bin Harun bin Muhammad bin Bakkar bin Hilal. Kedua orang ini gelap keadaannnya karena kita tidak jumpai keterangan tentang keduanya di kitab-kitab Jarh Wat-Ta'dil [yaitu kitab yang menerangkan cacat/cela dan pujian tiap-tiap rawi hadits]. Selain itu di sanad hadits ini juga ada Hasyim bin Abi Hurairah Al-Himsi seorang rawi yang Majhul [tidak dikenal keadaannya dirinya]. Sebagaimana diterangkan Imam Dzahabi di kitabnya Mizanul I'tidal, dan Imam 'Uqail berkata : Munkarul Hadits !!Kemudian hadits yang semakna dengan ini juga diriwayatkan oleh Dailami di kitabnya Musnad Firdaus dari jalan Anas bin Malik yang lafadnya sebagai berikut :"Artinya :"Orang yang berpuasa itu tetap di dalam ibadat meskipun ia tidur diatas kasurnya".Sanad hadits ini Maudlu'/Palsu. Karena ada seorang rawi yang bernama Muhammad bin Ahmad bin Suhail, dia ini seorang yang tukang pemalsu hadits, demikian diterangkan Imam Dzahabi di kitabnya Adl-Dluafa.Periksalah kitab : Silsilah Ahaadist Dla'if wal Maudl'uah No. 653, Faidlul Qadir No. hadits 5125.Hadits Keempat."Artinya : Tidurnya orang yang berpuasa itu dianggap ibadah, dan diamnya merupakan tasbih, dan amalnya [diganjari] berlipat ganda, dan do'anya mustajab, sedang dosanya diampuni" [Riwayat : Baihaqy di kitabnya Su'abul Iman, dari jalan Abdullah bin Abi Aufa]Hadits ini derajadnya sangat Dla'if atau Maudlu. Karena di sanadnya ada Sulaiman bin Umar An-Nakha'i, salah seorang pendusta [baca : Faidlul Qadir No. 9293].Hadits Kelima."Artinya : Puasa itu setengah dari pada sabar" [Riwayat : Ibnu Majah].Kata Imam Ibnu Al-Arabi : Hadits [ini] sangat lemah !Hadist Keenam."Artinya : Puasa itu setengah dari pada sabar, dan atas tiap-tiap sesuatu itu ada zakatnya, sedang zakat badan itu ialah puasa" [Riwayat : Baihaqy di kitabnya Su'abul Iman dari jalan Abu Hurairah].Hadits ini sangat lemah ![1]. Ada Muhammad bin Ya'kub, Dia mempunyai riwayat-riwayat yang munkar. Demikian diterangkan oleh Imam Dzahabi di kitabnya Adl-Dluafa[2]. Ada Musa bin 'Ubaid. Ulama ahli hadits. Imam Ahmad berkata : Tidak boleh diterima riwayat dari padanya [baca : Faidlul Qodir no. 5201].Itulah beberapa hadits lemah tentang keutamaan puasa dan bulannya. Selain itu masih banyak lagi hadits-hadits lemah tentang bab ini. Hadits-hadits di atas sering kali kita dengar dibacakan di mimbar-mimbar khususnya pada bulan Ramadhan oleh para penceramah.[1][Disalin dari kitab Al-Masaa-il [Masalah-Masalah Agama]- Jilid ke satu, Penulis Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, Terbitan Darul Qolam - Jakarta, Cetakan ke III Th 1423/2002M]_________Foote Note[1]. Ditulis tanggal 7-11-1986

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1099&bagian=0


Artikel Derajat Hadits Bacaan Waktu Berbuka Puasa Dan Kelemahan Bebeberapa Hadits Keutamaan Puasa diambil dari http://www.asofwah.or.id
Derajat Hadits Bacaan Waktu Berbuka Puasa Dan Kelemahan Bebeberapa Hadits Keutamaan Puasa.

Muslim Multazim

Kumpulan Artikel Islami

Muslim Multazim Nabi dan para shahabat adalah orang orang yangmemiliki jiwa militansi sangat tinggi, mereka patut untuk kita jadikanpanutan dalam hal iltizam. Apakah pantas orang-orang yang mengikutijalan mereka selaku umat terbaik justeru dicap negatif sebagaimanadiatas

Definisi iltizam

Iltizam adalah suatu kata yang umum yang menunjukkan makna menetapidan sungguh-sungguh terhadap syari'at atau selainnya. Akan tetapidalam konteks dimasa ini lebih cenderung banyak dipakai untuk istilahorang yang berpegang teguh terhadap syari'at dan tamassuk [memegangerat] agama [Islam]. Dari sini kita katakan bahwa orang yangbersungguh-sungguh dalam agama [iltizam] adalah seorang Mustaqim [istiqamah/lurus],Almutamassik bisy syari'ah [memegang syari'at], Almuthi' lillah [taatkepada Allah], atau 'amilan bisyari'atillah wa muttabi'an lirasulillah[menjalankan syari'at Allah dan ittiba' kepada Rasulullah Shallallaahu'alaihi wa sallam ].

Hakikat iltizam

Dari ta'rif diatas maka iltizam pada prinsipnya adalah memegang teguhsyari'at, mengamalkannya dan ittiba' kepada sunnah RasulullahShallallaahu 'alaihi wa sallam , inilah hakikat iltizam. Dan kita akanmelihat bahwa seorang yang multazim aktivitas kesehariannya akanberkisar pada amalan-amalan wajib, ataupun sunnah, mungkin juganawafil [tambahan] dari bentuk-bentuk ibadah dan ketaatan, bisa jugafardhu kifayah yang mampu ia kerjakan. Demikianlah tuntutan yang harusdipenuhi oleh seseorang yang akan memposisikan dirinya sebagai orangyang multazim.

Dalil-dalil iltizam

Dari Al Qur'an

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali [agama] Allah, danjanganlah kamu bercerai berai. [QS Ali Imran : 103]

Dalam konteks ini iltizam bermakna I'tisham yaitu menetapi sesuatu danberpegang teguh kepadanya.

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepadaAllah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yangamat kuat yang tidak akan putus. [QS Al Baqarah: 256].

Di sini iltizam punya arti tamassuk yakni menggenggam sesuatu dengansangat erat sesuai kemampuan.

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman, artinya: Sesungguhnyaorang-orang yang mengatakan: Rabb kami ialah Allah kemudian merekameneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka [denganmengatakan]: Jangan-lah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasasedih; dan bergembiralah kamu dengan [memperoleh] surga yang telahdijanjikan Allah kepadamu. [QS. Fushshilat: 30]Sesunguhnya orang-orang yang mengatakan: Rabb kami ialah Allah ,kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadapmereka dan mereka tiada [pula] berduka cita. [QS. Al-Ahqaf: 13]

Dalam dua ayat di atas iltizam memiliki arti istiqamah yaitu jalanyang lurus yang tidak ada kebengkokan dan penyimpangan.

Dalil dari Assunnah

Hadits pertama:

Artinya: Dari Sufyan bin Abdillah Ats Tsaqafi berkata: aku berkata: WahaiRasulullah katakanlah kepadaku suatu perkataan dalam Islam yang takakan kutanyakan lagi kepada selain Anda, maka beliau bersabda: Ucapkanlahaku beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah! [HR Muslim dalamkitabul iman].

Hadits kedua:

Artinya: Maka wajib atas kalian semua berpegang teguh dengan sunnahkudan sunnah khulafaur rasyidin yang telah mendapatkan petunjuk,gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham. [maksud-nya berpegangteguhlah dengan sunnah sekuat tenaga, red] [HR. Ahmad, Abu Daud, IbnuMajah dan Ad-Darimi].

Hadits ketiga:

Dari Abdullah ibnu Mas'ud Radhiallaahu 'anhu berkata: RasulullahShallallaahu 'alaihi wa sallam membuat sebuah garis dengan tangannya,lalu bersabda: Ini jalan Allah yang lurus, kemudian beliau membuatgaris-garis di kanan kirinya lalu bersabda: Ini adalah jalan-jalan[as subul], tak satupun dari jalan-jalan tersebut kecuali di sana adasyetan yang mengajak kepadanya, kemudian beliau membacakan firmanAllah [QS Al An'am ayat 153]. [HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al Hakim]

Apa yang dilakukan seorang multazim

Seorang yang benar-benar multazim harus melakukan amalan-amalan yangmenjadi bukti konkrit atas kesungguhan dan komitmennya terhadap Islam.Diantara yang senantiasa dijalani oleh para multazimin dalamkehidupannya adalah sebagai berikut:

Berpegang dengan As Sunnah

Seorang yang multazim sudah barang tentu harus memegang As Sunnahdengan sungguh-sungguh, atau dengan kata lain adalah seorang ahlussunnah dan ahlus syari'ah. Dia juga aljama'ah [kelompoknya Nabi danpara shahabat] walau jumlah mereka hanya sedikit.

Giat menuntut ilmu

Muslim yang multazim haruslah selalu menuntut ilmu sehingga iaberibadah kepada Allah diatas dasar cahaya dan hujjah yang jelas,bukan diatas kejahilan dan kesesatan. Masalah ini tidak bisaditawar-tawar lagi sebab seorang yang iltizam dengan ajaran Islamotomatis akan menjadi da'i yang menyeru ke jalan Allah. Ia akanmeng-ajak orang lain untuk beristiqamah, iltizam dan menjalankansyari'at Allah dalam kehidupan. Dengan ilmu [syar'i] inilah ia akanmengajak orang ke jalan Allah dengan berlandaskan hujjah yang terang [bashirah].

Meninggalkan bid'ah, maksiat dan kesia-siaan [ lahwu]

Seorang yang istiqamah harus selalu bersemangat untuk senantiasamelakukan apa-apa yang disyariatkan Allah, belajar dan mengajarkanIslam. Ia selayaknya juga harus berusaha sekuat tenaga menjauhi segalabentuk yang bisa mencoreng harga dirinya, menodai keadilannya dan apasaja yang bisa menuurunkan martabat dan kedudukannya. Hal itu dapatdilakukan dengan cara meninggalkan bid'ah, maksiat dan segala bentukkesia-siaan.

Berdakwah menyeru ke jalan Allah

Setelah seseorang diberi rahmat oleh Allah berupa kemampuan untukberiltizam dan beristiqamah maka ia tidak boleh berhenti sampai disini. Akan tetapi ia masih punya kewajiban yang sangat penting yaituberdakwah mengajak orang ke jalan Allah. Mengajak siapa saja baik itusaudara, sahabat, teman kerja, keluarga dan siapa saja yang ada disekelilingnya. Ini merupakan salah satu kewajiban seorang muslimterhadap saudaranya seiman, sebab jika ia tidak berdakwah kepadakebaikan tentu mereka yang buruk dan sesat akan mengajak kepadakeburukan dan kesesatan yang mereka kerjakan. Bukankah kita akansenang jika banyak orang yang mengikuti jejak kebaikan yang kitalakukanBukankah kita senang jika banyak orang yang menolong danmembantu kita Kita juga akan merasa senang jika banyak orang yangsenantiasa berbuat kebajikan dan meniti agama yang lurus baik itukalangan pemuda, remaja maupun anak-anak.

Diantara cara berdakwah yang bisa dilakukan:

Khutbah atau ceramah

Hal ini sangat perlu mengingat masih banyak para khatib ataupenceramah yang kurang memadai baik dari sisi akidah, sudut pandangterhadap agama maupun manhaj mereka, sehingga tidak jarang kita jumpaikesalahan dalam khutbah atau ceramah mereka. Hendaknya para da'i yangmemiliki ilmu yang shahih menjadi seorang khatib karena dapat kitabayangkan bagaimana kondisi kaum muslimin yang hanya menerimainformasi keagamaan setiap minggu [Jum'at] itupun tak semuanya benar.

Imamah/pengelolaan masjid

Yaitu mengelola dan mengadakan kegiatan di masjid-masjid yang tidakdipakai untuk shalat jum'at [Mushalla, Langgar dsb]. Seorang da'i yangmumpuni jika mampu menjadi imam dan mengelola masjid maka akan memberibanyak manfaat kepada jama'ahnya seperti menyampaikan nasihat,wejangan serta mengadakan kajian-kajian di sana. Selain itu seorangimam masjid yang mengetahui seluk beluk ilmu syar'i dan beraqidahlurus sangat memungkinkan untuk diterimanya shalat jama'ah yangdiimaminya-dengan izin Allah-sebab ia akan senantiasa melakukan shalatdengan semaksimal mungkin memenuhi syarat, wajib dan rukun-rukunnya.

Membantu pihak-pihak lain

Termasuk medan dakwah yang dapat ditempuh ialah dengan memberi-kanbantuan baik materi maupun maknawi. Banyak lembaga-lembaga dakwah danpendidikan yang membutuhkan bantuan dan sokongan dari berbagai pihaksesuai profesi dan kemampuan yang ada.

Sifat-sifat seorang multazim

Seorang multazim memiliki sifat yang luhur sebagai pelengkap dankonsekwensi dari iltizamnya, di antara sifat-sifat itu adalah:

Baik dalam pergaulan, yaitu menunjung tinggi nilai-nilai akhlak.

Sopan santun terhadap orang lain, menghormati tetagangga dan menu-naikanamanah.

Menahan pandangan, tidak menyakiti orang lain, menjawab salam, beramarma'ruf dan nahi mungkar.

Demikian, semoga Allah memasukkan kita ke dalam golonganhamba-hambaNya yang senantiasa memegang teguh agama serta menolongkita untuk selalu berdzikir, bersyukur serta mem-perbagus ibadahkepadaNya. Amin.

Sumber: Haqiqatul iltizam, dari muhadharah Syaikh Abdullah binAbdurrahman Al-Jibrin, disusun dalam bentuk buku oleh Abu Anas Ali binHusani Abu Luz.

Artikel Muslim Multazim diambil dari http://www.asofwah.or.id
Muslim Multazim.

Kewajiban Mengikuti Cara Beragamanya Sahabat 2/2

Kumpulan Artikel Islami

Kewajiban Mengikuti Cara Beragamanya Sahabat 2/2 Kewajiban Mengikuti Cara Beragamanya Sahabat 2/2

Kategori Mabhats

Rabu, 14 Juli 2004 10:40:15 WIBKEWAJIBAN MENGIKUTI CARA BERAGAMANYA SAHABATOlehUstadz Abdul Hakim bin Amir AbdatBagian Terakhir dari Dua Tulisan [2/2]Kesembilan belas.Rasulullah telah bersabda:Sebaik-baik manusia adalah yang hidup di zamanku, kemudian yang sesudah mereka [Hadist Shahih mutawatir dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dan lain-lain]Generasi pertama adalah sahabat, yang kedua tabi’in dan yang ketiga adalah tabiut tabi’in. mereka inilah dinamakan dengan nama Salafush Shalih [generasi pendahulu yang shalih] yakni tiga generasi terbaik dari umat ini. Kepada mereka inilah kita meruju’ cara beragama kita dalam mengamalkan nash Al-Qur’an dan As-Sunnah di atas. Sedangkan orang-orang yang mengikuti mereka dinamakan Salafiyyun dari zaman ke zaman sampai hari ini.Kedua puluh.Rasulullah telah bersabda pada waktu hajjatul wada’ [haji perpisahan]:Hendaklah orang yang hadir diantara kamu menyampaikan kepada yang tidak hadir. [Hadist shahih riwayat Bukhari dan Muslim dari jalan beberapa orang sahabat]Hadist yang mulia ini meskipun bersifat umum tentang perintah tabligh dan dakwah akan tetapi para sahabatlah yang pertama kali diperintahkan oleh Rasulullah untuk bertabligh dan berdakwah, sebagai contoh bagi umat ini dan agar diikuti oleh mereka bagaimana cara bertabligh dan berdakwah yang benar di dalam menyampaikan yang hak. Oleh karena itu hadist yang mulia ini memberikan pelajaran yang tinggi kepada kita diantaranya:[a]. Bahwa dakwah mereka adalah haq dan lurus di bawah bimbingan Nabi yang mulia.[b]. Bahwa mereka adalah orang-orang kepercayaan Rasulullah. Kalau tidak, tentu Rasulullah tidak akan memerintahkan mereka untuk menyampaikan dari beliau.[c]. Bahwa mereka kaum yang benar, lawan dari dusta, yang amanat, lawan dari khianat. Bahwa mereka telah di ta’dil [dinyatakan bersifat adalah : tsiqah/ terpercaya dan dhabt/teliti] oleh Rabb mereka, Allah, dan oleh nabi mereka. Oleh karena itu Ahlussunnah Wal Jama’ah telah ijma’ bahwa mereka tidak perlu diperiksa lagi dengan sebab di atas. Keadilan dan ketsiqahan mereka tidak diragukan lagi. Allahumma! Kecuali oleh kaum Syi’ah dan Rafhidhah dari cucu Abdullah bin Saba’ si Yahudi hitam dan orang-orang mereka yang dahulu dan sekarang.[d]. Bahwa wajib bagi kita kaum muslimin mengikuti cara dakwahnya para sahabat, bagaimana dan apa yang mereka dakwahkan dan seterusnya. Adapun dalam masalah keduniaan seperti alat dan sarana mengikuti perkembangan zaman dan tingkat pengetahuan manusia, seperti menggunakan kendaraan yang ada pada zaman ini atau alat perekam dan pengeras suara dan lain-lain.Keduapuluh satu.Rasulullah telah bersabda :Janganlah kamu mencaci-maki sahabat-sahabatku! Kalau sekiranya salah seorang dari kamu menginfaqkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya Tidak akan mencapai derajat mereka satu mud-pun atau setegah mud. [Hadist Shahih riwayat Bukhari dan Muslim]Keduapuluh dua.Para sahabat secara umum telah dijanjikan jannah [sorga]. [At-Taubah : 100]Keduapuluh tiga.Secara khusus sebagian sahabat telah diberi khabar gembira oleh Nabi sebagai penghuni sorga, seperti Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali dan lain-lain.Keduapuluh empat.Para sahabat telah berhasil menguasai dunia membenarkan janji Allah di dalam Kitab-Nya yang mulia [Tafsir Ibnu Katsir surat An-Nuur ayat 55]Keduapuluh lima.Perjalanan orang-orang mu’min yang paling kuat â€Å"Ukhuwwah Islamiyyahnya” ialah para sahabat berdasarkan nash Al-Qur’an dan As-Sunnah serta Tarikh.Keduapuluh enam.Di dalam ayat yang mulia ini Allah tidaklah mencukupkan firman-Nya dengan perkataan: ”Barangsiapa yang memusuhi Rasul sesudah nyata baginya kebenaran….,niscaya akan palingkan dia….”. dan kalau Allah mencukupinya sampai disitu pasti hak/benar. Akan tetapi terdapat hikmah yang dalam ketika Allah mengkaitkan dengan â€Å"dan dia mengikuti selain jalannya orang-orang mu’min -yaitu para sahabat. Dari sini kita mengetahui, bahwa di dalam berpegang dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, harus ada jalan atau cara di dalam memahami keduanya. Jalan atau cara itu adalah â€Å"jalannya orang-orang mu’min yaitu para sahabat”. Jadi urutan dalilnya sebagai berikut : Al-Qur’an As-Sunnah. Keduanya menurut pemahaman para sahabat atau cara beragama mereka, aqidah dan manhaj.[Dikutip dari Kitab besar saya yaitu â€Å"Menanti buah hati dan hadiah untuk yang dinanti][Disalin dari Majalah As-Sunnah edisi : 02/V/1421-2001M, hal 51-53]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=908&bagian=0


Artikel Kewajiban Mengikuti Cara Beragamanya Sahabat 2/2 diambil dari http://www.asofwah.or.id
Kewajiban Mengikuti Cara Beragamanya Sahabat 2/2.

Abbad Bin Bisyir

Kumpulan Artikel Islami

Abbad Bin Bisyir SELALU DISERTAI CAHAYA ALLAH

Ketika Mush'ah bin Umeir tiba di Madinah-sebagai utusan dariRasulullah shallallahu alaihi wasalam untuk mengajarkan seluk belukAgama kepada orang-orang Anshar yang telah bai'at kepada Nabi danmembimbing mereka melakukan shalat, maka'Abbad bin Bisyir radhiallahuanhu adalah seorang budiman yang telah dibukakan Allah hatinya untukmenerima kebaikan. la datang menghadiri majlis Mush'ab danmendengarkan da'wahnya, lain diulurkan tangannya mengangkat bai'atmemeluk Islam. Dan semenjak saat itu mulailah ia menempati kedudukanutama di antara orang-olang Anshar yang diridlai oleh Allah sertamereka ridla kepada Allah ....

Kemudian Nabi pindah ke Madinah, setelah lebih dulu orang-orang Mu'mindari.Eulekah tiba di sana. Dan mulailah terjadi peperangan-peperangandalam mempertahankan diri dari serangan-serangan kafir Quraisy dansekutunya yang tak henti-hentinya memburu Nabi dan ummat Islam.Kekuatan pembawa cahaya dan kebaikan bertarung dengan kekuatan gelapdan kejahatan. Dan pada setiap peperangan itu 'Abbad bin Bisyir beradadi barisan terdepan, berjihad di jalan Allah dengan gagah berani danmati-matian dengan cara yang amat mengagumkan ....

Dan mungkin peristiwa yang kita paparkan di bawah ini dapatmengungkapkan sekelumit dari kepahlawanan tokoh Mu'min ini....

Rasulullah shallallahu alaihi wasalam dan Kaum Muslimin selesaimenghadapi perang Dzatur Riqa', mereka sampai di suatu tempat danbermalam di sana, Rasulullah shallallahu alaihi wasalam :memilihbeberapa orang shahabatnya untuk berkawal secara bergiliran. Di antaramereka terpiiih 'Ammar bin Yasir dan 'Abbad bin Bisyir yang beradapada satu kelompok.

Karena dilihat oleh 'Abbad bahwa kawannya 'Ammar sedang lelah, di usulkannyalah agar 'Ammar tidur lebih dulu dan ia akan berkawal. Dan nantibila ia telah mendapatban istirahat yang cukup, maka giliran 'Ammarpula berkawal menggantikannya.

'Abbad melihat bahwa lingkungan sehelilingnya aman. Maka timbullahfikirannya, kenapa ia tidak mengisi waktunya dengan melakukan shalat,hingga pahala yang akan diperoleh akan jadi berlipat ... Demikianlahia bangkit melakukannya ....

Tiba-tiba sementara ia berdiri sedang membaca sebuah surat Al-Quransetelah al-Fatihah sebuah anak panah menancap di pangkal lengannya.Maka dicabutnya anak panah itu dan diteruskannya shalatnya.....

Tidak lama antaranya mendesing pula anak panah kedua yang mengenaianggota badannya.

Tetapi ia tak hendak menghentikan shalatnya hanya dicabutnya anakpanah itu seperti yang pertama tadi, dan dilanjutkannya bacaan surat.

Kemudian dalam gelap malam itu musuh memanahnya lalu untuk ketigakalinya. 'Abbad menarik anak panah itu dan mengakhiri bacaan surat.Setelah itu ia ruku' dan sujud ...,sementara tenaganya telah lemahdisebabkan sakit dan lelah.

Lalu antara sujud itu diulurkannya tangannya kepada kawanya yangsedang tidur di sampingnya dan ditarik-tariknya ia sampai terbangun.

Dalam pada itu ia bangkit dari sujudnya dan membaca tasyahud, lalumenyelesaikan shalatnya.

'Ammar terbangun mendengar suara kawannya yang tak putus-putus menahansakit: Gantikan daku mengawal ..., karena aku telah kena... ! 'Ammarmenghambur dari tidurnya hingga menimbulkan kegaduhan dan takutnyamusuh yang menyelinap. Mereka melarikan diri, sedang 'Ammar berpalingkepada temannya seraya katanya: Subhanallah ... ! Kenapa saya tidakdibangunkan ketika kamu dipanah yang pertama kali tadi..., Ujar 'Abbad:-Ketika daku shalat tadi, aku membaca beberapa ayat al-Quran yang amatmengharukan hatiku, hingga aku tak ingin untuk memutuskannya ... ! Dandemi Allah, aku tidaklah akan menyia-nyiakan pos penjagaan yangditugaskan Rasul kepada kita menjaganya, sungguh, aku lebih suka matidaripada memutuskan bacaan ayat-ayat yang sedang kubaca itu ... !

'Abbad amat cinta sebali kepada Allah, kepada Rasul dan kepadaAgamanya .... Kecintaan itu memenuhi segenap perasaan dan seluruhkehidupannya. Dan semenjak Nabi shallallahu alaihi wasalam berpidatodan mengarahkan pembicaraannya kepada Kaum Ansbar, ia termasuk salahseorang di antara mereka. Sabdanya:Hai golongan Anshar... !

Kalian adalah inti, sedang golongan lain bagai kulit ari!

Maka tak mungkin aku dicederai oleh pihak kalian ..,!''

Semenjak itu, yakni semenjak 'Abbad mendengar ucapan ini dari Rasulnya,dari guru dan pembimbingnya kepada Allah, dan ia rela menyerahkanharta benda nyawa dan hidupnya di jaIan Allah dan di JaIan Rasul-Nya..., maka kita temui dia di arena pengurbanan dan di medan iaga munculsebagai orang pertama, sebaliknya di waktu pembagian keuntungan danharta rampasan, sukar untuk ditemukannya .

Di samping itu ia adalah seorang ahli ibadah yang tekun ..., seorangpahlawan yang gigih dalam berjuang ...,seorang dermawan yang relaberqurban ...,dan seorang mu'min sejati yang telah membaktikanhidupnya untuk keimanannya ini ... !

Keutamaannya ini telah dikenai luas di antara shahabat-shahabat Rasul.Dan Aisyah radhiallahu anha Ummul Mu'minin pernah mengatakan tentangdirinya: Ada tiga orang Anshar yang keutamaannya tak dapat diatasioleh seorang pun juga yaitu:

Sa'ad bin Mu'adz, Useid bin Hudlair dan 'Abbad bin Bisyir... !

Orang-orang Islam angkatan pertama mengetahui bahwa 'Abbad adalahseorang tokoh yang beroleh karunia berupa cahaya dari Allah ....Penglihatannya yang jelas dan beroleh penerangan, dapat mengetahuitempat-tempat yang baik dan meyakinkan tanpa mencarinya dengansusah-payah. Bahkan kepercayaan shahabat-shahabatnya mengenai cahayaini sampai ke suatu tingkat yang lebih tinggi, bahwa ia merupakanbenda yang dapat terlihat. Mereka sama sekata bahwa bila 'Abbadberjalan di waktu malam, terbitlah daripadanya berkas-berkas cahayadan sinar yang menerangi baginya jalan yang akan ditempuh ....

Dalam peperangan menghadapi orang-orang murtad sepeninggal Rasulullahshallallahu alaihi wasalam maka 'Abbad memikul tanggung jawab dengankeberanian yang tak ada taranya ... i Apalagi dalam pertempuranYamamah di mana Kaum Muslimin menghadapi balatentara yang paling kejamdan paling berpengalaman dibawah pimpinan Musailamatul Kaddzab, 'Abbadmelihat bahaya besar yang mengancam Islam. Maka jiwa pengurbanan danteras kepahlawanannya mengambil bentuk sesuai dengan tugas yangdibebankan oleh keimanannya, dan meningkat ke taraf yang sejajardengan kesadarannya akan bahaya tersebut, hingga menjadikannya sebagaiprajurit yang berani mati, yang tak menginginkan kecuali mati syahiddi jalan Ilahi ....

Sehari sebelum perang Yamamah itu dimulai,'Abbad mengalami suatu mimpiyang tak lama antaranya diketahui Ta'birnya secara gamblang danterjadi di arena pertempuran sengit yang diterjuni oleh Kaum Muslimin.

Dan marilah kita panggil seorang shahabat mulia Abu Sa'id al-Khudriradhiallahu anhu untuk menceritakan mimpi yang dilihat oleh 'Abbadtersebut begitu pun Ta'birnya, serta peranannya yang mengagumkan dalampertempuran yang berakhir dengan syahidnya....

Demikian cerita Abu Sa'id: 'Abbad bin Bisyir mengatakan kepadaku: -- Hai Abu

Sa'id! Saya bermimpi semalam melihat langit terbuka untukku, kemudiantertutup lagi ... !

Saya yakin bahwa ta'birnya insya Allah saya akan menemui syahidnya ...! Demi Allah! ujarku, itu adalah mimpi yang baik ... ! Dan di waktu perang Yamamah itu saya lihat ia berseru kepadaorang-orang Anshar: Pecahkan sarung-sarung pedangmu dan tunjukkankelebihan kalian .. !

Maka segeralah menyerbu mengiringkannya sejumlah empat ratus orangdari golongan Anshar hingga sampailah mereka ke pintu gerbang tamanbunga, lalu bertempur dengan gagah berani.

Ketika itu 'Abbad -- semoga Allah memberinya rahmat menemui syahidnya.Wajahnya saya lihat penuh dengan bekas sambaran pedang, dan sayamengenalnya hanyalah dengan melihat tanda yang terdapat pada tubuhnya... !

Demikianlah 'Abbad meningkat naik ke taraf yang sesuai untuk memenuhikewajibannya sebagaiseorang Mu'min dari golongan Anshar, yang telahmengangkat bai'at kepada Rasul untuk membaktikan hidupnya bagi Allahdan menemui syahid di jalan-Nya ...

Dan tatkala pada permulaannya dilihatnya neraca pertempuran sengit itulebih berat untuk kemenangan musuh, teringatlah olehnya ucapanRasulullah terhadap Kaumnya golongan Anshar:

-- Kalian adalah inti ... ! Maka tak mungkin saya dicederai olehpihak kalian!

Ucapan itu memenuhi rongga dada dan hatinya, hingga seolah-olahsekarang ini Rasulullah masih berdiri, mengulang-ulang kata-katanyaitu ... 'Abbad merasa bahwa seluruh tanggung jawab peperangan ituterpikul hanya di atas bahu golongan Anshar semata ...atau di atasbahu mereka sebelum golongan lainnya ... ! Maka ketika itu naiklah iake atas sebuah bukit lalu berseru: -- Hai golongan Anshar ... !Pecahkan sarung-sarung pedangmu, dan tunjukkan keistimewaanmu darigolongan lain... !

Dan ketika seruannya dipenuhi oleh empat ratus orang pejuang, 'Abbadbersama Abu Dajanah dan Barra' bin Malik mengerahkan rnereka ke tamanmaut, suatu taman yang digunakan oleh Musailamah sebagai bentengpertahanan…..dan pahlawan besar itu pun berjuanglah sebagai layaknyaseorang laki-laki, sebagai seorang Mu'min ..., dan sebagai seorangwarga anshar ....

Dan pada hari yang mulia itu, pergilah 'Abbad menemui syahidnya .,. !Tidak salah mimpi yang dilihat dalam tidurnya semalam ,,. Bukankahia melihat langit terbuka, kemudian setelah ia masuk ke celahnya yangterbuka itu, tiba-tiba langit

bertaut dan tertutup kembali... ! Dan mimpi itu dita'wilkannya bahwapada pertempuran yang akan terjadi ruhnya akan naik ke haribaan Tuhandan penciptanya.

Sungguh, benarlah mimpi itu dan benarlah pula ta'birnya ... !Pintu-pintu langit telah terbuka untuk menyambut ruh 'Abbad bin Bisyirdengan gembira, yakni searang tokoh yang oleh Allah diberi cahaya....

Artikel Abbad Bin Bisyir diambil dari http://www.asofwah.or.id
Abbad Bin Bisyir.