Selasa, 10 Juni 2008

Memakan Sembelihan Orang Kafir

Kumpulan Artikel Islami

Memakan Sembelihan Orang Kafir Memakan Sembelihan Orang Kafir

Kategori Sikap Kepada Kafir

Selasa, 16 Maret 2004 07:31:10 WIBMEMAKAN SEMBELIHAN ORANG KAFIROlehSyaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-JibrinPertanyaan.Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya : Kami kadang-kadang terpaksa harus makan di luar kost tempat tinggal, yaitu di salah satu restaurant Amerika cepat saji [Kentucky, Burger]. Semua makanan di siti adalah daging ayam dan daging sapi dan kami tidak tahu bagaimana hewan itu disembelih, apakah dengan cara strum listrik atau ditembak ataukah di cekik. Kami juga tidak tahu apakah disebutkan nama Allah atasnya atau tidak. Pertanyaannya adalah : Apakah boleh bagi kami makan di situ atau tidak Terima kasih.Jawaban.Kami nasehatkan agar tidak makan daging syubhat [masih diragukan] yang ada di situ, sebab boleh jadi tidak halal. Sebab biasanya orang-orang Amerika tidak mempunyai komitmen dengan penyembelihan syar’i, yaitu penyembelihan dengan pisau yang tajam, menghabiskan semua darahnya dan menyebut nama Allah atasnya. Kebanyakan penyembelihan mereka dilakukan dengan sengatan listrik atau dicelup ke dalam air panas supay kulit dan bulunya terkelupas dengan mudah agar timbangannya bertambah berat karena menetapnya darah di dalam daging. Dan di sisi lain mereka tidak mengakui adanya keharusan menyebut nama Allah di saat menyembelih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.â€Å"Artinya : Janganlah kamu memakan hewan yang disembelih tidak menyebutkan nama Allah atasnya” [Al-An’am : 121]Allah Subhanahu wa Ta’ala membolehkan kita memakan sembelihan ahlu kitab, karena dahulu mereka menyebut nama Allah ketika menyembelihnya dan mereka lakukan dengan pisau hingga darahnya habis tuntas melalui tempat sembelihan.Demikianlah dahulu kebiasaan mereka, mereka lakukan itu karena mereka komit kepada jaran yang ada di dalam Kitab Suci yang mereka akui. Sedangkan pada abad-abad belakangan ini mereka sudah tidak mengetahui ajaran yang ada di dalam Kitab Suci mereka, maka mereka menjadi seperti orang-orang murtad. Maka dari itu kami berpendapat untuk tidak memakan hewan sembelihan mereka, kecuali jika dapat dipastikan mereka menyembelihnya secara syar’i.Maka berdasar penjelesan diatas kami berpendapat : Dilarang makan daging syubhat [diragukan] yang ada di restaurant cepat saji tersebut, dan kalian memakan ikan saja di restaurant-restauran atau memilih restaurant Islam yang pemiliknya komitmen dengan sembelihan secara syar’i atau kalian sendiri yang melakukan penyembelihan hewan, seperti ayam dan hewan ternak berkaki empat lainnya.Jadi kalian tidak makan kecuali sembelihan orang yang kalin percaya dan orang Muslim atau ahlu kitab. Walahu a’lam.[Demikian dikatakan oleh Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, pada tgl 19/12/1420H][Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-1, hal 387-388 Darul Haq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=481&bagian=0


Artikel Memakan Sembelihan Orang Kafir diambil dari http://www.asofwah.or.id
Memakan Sembelihan Orang Kafir.

Rahmat Allah Bagi Umat Muhammad Dengan Dua Hari Raya [Idul Fithri Dan Idul Adha]

Kumpulan Artikel Islami

Rahmat Allah Bagi Umat Muhammad Dengan Dua Hari Raya [Idul Fithri Dan Idul Adha] Rahmat Allah Bagi Umat Muhammad Dengan Dua Hari Raya [Idul Fithri Dan Idul Adha]

Kategori Hari Raya = Ied

Kamis, 4 Nopember 2004 22:29:04 WIBRAHMAT ALLAH BAGI UMAT MUHAMMAD DENGAN DUA HARI RAYA [IDUL FITHRI DAN IDUL ADHA]OlehSyaikh Ali Bin Hasan bin Abdul Hamid Al-Halabi Al-AtsariDari Anas Radliallahu 'anhu ia berkata : "Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam datang ke Madinah sedang penduduknya memiliki dua hari raya dimana mereka bersenang-senang di dalamnya di masa jahiliyah[1]. Maka beliau bersabda :"Artinya : Aku datang pada kalian sedang kalian memiliki dua hari yang kalian besenang-senang di dalamnya pada masa jahiliyah. Sungguh Allah telah menggantikan untuk kalian yang lebih baik dari dua hari itu yaitu : hari Raya Kurban dan hari Idul Fithri". [2]Berkata Syaikh Ahmad Abdurrahman Al-Banna :"Maksudnya : Karena hari Idul Fihtri dan hari raya Kurban ditetapkan oleh Allah Ta'ala, merupakan pilihan Allah untuk mahluk-Nya dan karena keduanya mengikuti pelaksanaan dua rukun Islam yang agung yaitu haji dan puasa. Pada dua hari tersebut, Allah mengampuni orang-orang yang melaksanakan ibadah haji dan orang-orang yang berpuasa, dan Dia menebarkan rahmat-Nya kepada seluruh mahluk-Nya yang taat. Adapun hari Nairuz dan Mahrajan merupakan pilihan para pembesar pada masa itu yang tentunya disesuaikan dengan zaman, selera dan semisalnya dari keistimewaan yang akan pudar. Maka perbedaan keistimewaan dari Idul Fithri dan Idul Adha dengan hari Nairuz dan Mahrajan sangat jelas bagi siapa yang mau memperhatikannya". [Fathur Rabbani 6/119].Bolehnya Mendengarkan Rebana Yang Dimainkan Anak Perempuan KecilDari Aisyah radliaalahu 'anha, ia berkata :"Artinya : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam masuk menemuiku sedangkan di sisiku ada dua anak perempuan kecil yang sedang bernyanyi[3] dengan nyanyian Bu'ats. Lalu beliau berbaring di tempat tidur dan memalingkan wajahnya. Masuklah Abu Bakar, lalu dia menghardikku dan berkata : 'Seruling syaitan di sisi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam !' Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian menghadap ke Abu Bakar seraya berkata :'Biarkan kedua anak perempuan itu'. Ketika beliau tidur, aku memberi isyarat dengan mata kepada dua anak itu maka merekapun keluar".Dalam riwayat lain : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :"Artinya : Wahai Abu Bakar, setiap kaum memiliki hari raya, dan ini adalah hari raya kita".[4]Imam Al-Baghawi dalam "Syarhus Sunnah" [4/322] mengatakan :"Bu'ats[5], adalah hari yang terkenal di antara hari-harinya bangsa Arab. Pada hari itu suku Aus mendapatkan kemenangan yang besar dalam peperangan dengan suku Khazraj. Peperangan antara kedua suku ini berlangsung selama 120 tahun sampai datang Islam. Syair yang didendangkan oleh kedua anak perempuan itu berisi penggambaran [tentang] peperangan dan keberanian serta menyinggung upaya untuk membantu tegaknya perkara agama.Adapun nyanyian yang berisi kekejian, pengakuan berbuat haram dan menampakkan kemungkaran dengan terang-terangan melalui ucapan, adalah termasuk nyanyian yang dilarang. Tidak mungkin nyanyian seperti itu yang di dendangkan di hadapan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu dilalaikan untuk mengingkarinya.Sabda beliau : "Ini adalah hari raya kita", beliau mengemukakan alasan dari Aisyah bahwa menampakkan kegembiraan pada dua hari raya merupakan syiar [slogan] agama ini, dan tidaklah hari raya itu seperti hari-hari lain". [Selesai ucapan Imam Al-Baghawi].Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata :"Dalam hadits ini ada beberapa faedah : Disyariatkan untuk memberikan kelapangan kepada keluarga pada hari-hari raya untuk melakukan berbagai hal yang dapat menyampaikan mereka pada kesenangan jiwa dan istirahatnya tubuh dari beban ibadah. Dan sesungguhnya berpaling dari hal itu lebih utama. Dalam hadits ini juga menunjukkan bahwa menampakkan kegembiraan pada hari-hari raya merupakan syi'ar agama.[6][Disalin dari buku Ahkaamu Al' Iidaini Fii Al-Sunnah Al-Muthahharah edisi Idonesia Hari Raya Bersama Rasulullah, oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari, hal. 8-11 terbitan Pustaka Al-Haura', penerjemah Ummu Ishaq Zulfa Hussein]_________Foote Note[1]. Yaitu hari Nairuz dan hari Mahrajan. Lihat "Aunul Ma'bud" [3/485] oleh Al-Adhim Abadai.[2]. Hadits Shahih, dikeluarkan oleh Ahmad [3/103,178,235], Abu Daud [1134], An-Nasa'i [3/179] dan Al-Baghawi [1098][3]. Dalam riwayat lain ada lafadh :["dan keduanya bukanlah penyanyi"]. lihat "Syarhu Muslim" [6/182] oleh An-Nawawi.[4]. Kedua hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari 949,952,2097,3530,3931. Diriwayatkan juga oleh Muslim 892. Ahmad 6/134 dan Ibnu Majah 1898[5]. Lihat "An-Nihayah" [1/139] oleh Ibnul Atsir Al-Jaziri[6]. Fathul Bari [2/443]. Aku telah menulis sebuah risalah tentang hukum duf [rebana]. Majalah Al-Mujtama Al-Kuwaitiyah yang terbit tanggal 15 Ramadhan 1402H telah memuat suatu bagian dari risalah tersebut. Aku berbicara panjang lebar dalam risalah tersebut dan Aku tambahkan padanya yang lebih berlipat ganda dalam sebuah kitab yang rinci berjudul "Al-Jawabus Sadid 'ala Man Sa'ala an Hukmid Dufuf wal Anasyid", semoga Allah memudahkan penyelesaian kitab tersebut dan penerbitannya

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1168&bagian=0


Artikel Rahmat Allah Bagi Umat Muhammad Dengan Dua Hari Raya [Idul Fithri Dan Idul Adha] diambil dari http://www.asofwah.or.id
Rahmat Allah Bagi Umat Muhammad Dengan Dua Hari Raya [Idul Fithri Dan Idul Adha].

Bermula Dari Pengkafiran, Akhirnya Peledakan 1/4

Kumpulan Artikel Islami

Bermula Dari Pengkafiran, Akhirnya Peledakan 1/4 Bermula Dari Pengkafiran, Akhirnya Peledakan 1/4

Kategori Al-Irhab = Terorisme

Jumat, 10 September 2004 23:27:19 WIBBERMULA DARI PENGKAFIRAN, AKHIRNYA PELEDAKANBAYAN HAI’AH KIBAR AL-ULAMA FI DZAMMI AL-GHULUWWI FI AT-TAKFIR [Penjelasan Lembaga Perkumpulan Ulama Besar Saudi Arabia Tentang Celaan Terhadap Sikap Ghuluw –ekstrim- Dalam Mengkafirkan Orang Lain]Markaz Al-Imam Al-Albani YordaniaSyaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Alhalabi Al-AtsariBagian Pertama dari Empat Tulisan [1/4]Pengantar.Takfir atau mengkafirkan orang lain tanpa bukti yang dibenarkan oleh syari’at merupakan sikap ekstrim, dan akan selalu memicu persoalan, yang ujung-ujungnya ialah tertumpahnya darah kaum muslimin secara semena-mena. Berawal dari takfir dan berakhir dengan tafjir [peledakan].Makalah berikut ini diterjemahkan dari sebuah booklet yang dikeluarkan oleh Markaz Al-Imam Al-Albani, Yordania, tentang Bayan Hai’ah Kibar Al-Ulama Fi Dzammi Al-Ghuluwi Fi At-Takfir [Penjelasan Lembaga Perkumpulan Ulama Besar Saudi Arabia Tentang Celaan Terhadap Sikap Ghuluw –ekstrim- Dalam Mengkafirkan Orang Lain].Lembaga ini diketahui oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz Rahimahullah. Kemudian penjelasan Lembaga tersebut disajikan ulang dan diberi catatan oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari. Selamat menyimak.Berikut ini adalah sebuah penjelasan ilmiah yang akurat. Di dalamnya terdapat kupasan yang jeli dan teliti. Mengukuhkan masalah yang teramat penting, bermanfaat bagi sekalian umat dan dapat menolak fitnah yang gelap gulita.[Atas dasar itu], saya memandang perlu dan penting untuk menyebar luaskannya, sebagai nasihat dan sebagai amanat. Hal itu disebabkan oleh dua alasan.PertamaKarena banyak orang yang tidak mengetahuinya dan tidak memahaminya. Sedangkan yang mengetahuinya, tidak mau menyebarluaskannya [1], dan enggan menunujukkannya –kecuali yang mendapat rahmat Allah-Kedua.[Juga] karena di dalam penjelasan itu terdapat [usaha telaah] untuk membongkar rahasia keadaan sebagian orang ghuluw yang ekstrim. Yaitu orang-orang yang karena kebodohannya telah membuat citra agama menjadi buruk, dan karena penyimpangannya telah merusak kaum muslimin secara umum.Padahal Islam –alhamdulillah- jauh lebih tinggi dan lebih agung. Islam lebih memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kebenaran.Hanya kepada Allah aku memohon, agar Dia menjadikan penjelasan [2] ini bermanfaat bagi orang-orang pada umumnya, maupun secara khusus bagi orang-orang tertentu. Dia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berfirman.â€Å"Artinya : Takutlah kamu akan suatu fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang zhalim saja di antara kamu” [Al-Anfal : 25]Akhir do’a kami ialah, Alhamdulillahi Rabbil ‘AlaminSyaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Alhalabi Al-Atsari[Disalin dari Majalah As-Sunnah edisi 12/Tahun VII/1424H hal. 45-50]_________Foote Note.[1] Sebab banyak di antara persoalan itu yang bagi sebagian orang hanya persoalan ‘mana suka’. Jika sesuai dengan hawa nafsu disebar luaskan. Dan jika tidak sesuai, disembunyikan dan ditimbun. Fatwa-fatwa ulama yang tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka, maka akan dikatakan bahwa ulama yang berfatwa itu tidak mengerti [bodoh terhadap] realitas, situasi dan kondisi atau dikatakan bahwa ulama itu terkontaminasi dengan pemikiran Murji’ah. Demi Allah, ini merupakan bencana besar.[2] Penjelasan ini termasuk penjelasan dan fatwa ilmiah dari Hai’ah Kibar Ulama yang paling akhir dibawah kepemimpinan Syaikh Abdul Azi bin Baz Rahimahullah. Penjelasan [fatwa] ini dikeluarkan kurang dari sembilan bulan sebelum beliau wafat. Dan penjelasan ini dimuat di majalah Al-Buhuts Al-Islamiyah, Edisi 56 Safar 1420H, langsung setelah beliau wafat.

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1014&bagian=0


Artikel Bermula Dari Pengkafiran, Akhirnya Peledakan 1/4 diambil dari http://www.asofwah.or.id
Bermula Dari Pengkafiran, Akhirnya Peledakan 1/4.

Siapa Meninggalkan Yang Haram Akan Mendapatkan YangHalal Atau Allah SWT Ganti Dengan yang baik

Kumpulan Artikel Islami

Siapa Meninggalkan Yang Haram Akan Mendapatkan YangHalal Atau Allah SWT Ganti Dengan yang baik Yahya bin Ayyub berkata: Di Madinah dulu adaseorang pemuda yang sempat membuat Umar bin Khaththab terkagum-kagum.Ceritanya, suatu saat sang pemuda ini berjalan pulang ke rumah setelahshalat Isya'. Tiba-tiba, tampak seorang wanita menghadang dihadapannya. Si wanita menawarkan dirinya. Sang pemuda ternyatatermakan juga oleh godaan si wanita. Ketika si wanita berlalu, sipemuda mengekor di belakangnya. Sampai akhirnya dia berada di depanpintu rumahnya. Tiba-tiba, timbullah perasaan malu di hatinya danhadirlah ingatannya pada firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

'Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-wasdari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga merekamelihat kesalahan-kesalahannya.' [Al-A'raf: 201].

Kemudian dia pingsan. Si wanita memperhatikannya, tetapi pemuda itutampak seperti orang yang sudah mati. Dia beserta seorang pembantuperempuan berusaha menggotongnya sampai ke depan pintu rumahnya.Keluarlah ayah si pemuda, terlihat anaknya tergeletak di depan pintu,lalu dia mengangkat dan memasukkannya ke dalam rumah. Setelah siuman,sang ayah bertanya, 'Apa yang terjadi denganmu, hai anakku!' Tetapisi anak enggan bicara. Setelah dipaksa-paksa barulah dia mau berceritatentang apa yang sebenarnya terjadi. Saat dia kembali membacakan ayatyang terlintas dalam ingatannya, tiba-tiba menarik nafas panjang danbersamaan dengan itu keluarlah ruhnya, dia meninggal.

Ketika Umar bin Khaththab radhiallahu 'anhu . mendengar cerita ini,dia berkata, 'Mengapa kalian tidak memberitahuku tentang kematiannya'Lalu Umar pergi menuju pusaranya, sambil berdiri dia berkata, 'HaiFulan:Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhan-nya ada dua surga. [Ar-Rahman: 46].

Tiba-tiba Umar mendengar suara dari dalam pusara itu, 'Allah telahmemberikan itu padaku, hai Umar. [1]

Cerita di atas, juga diriwayatkan dengan versi lain. Yaitu, bahwa adaseorang pemuda pada masa Umar bin Khaththab radhiallahu 'anhu yangselalu berada di mesjid dan beribadah. Sementara itu, ada seorangwanita yang jatuh cinta kepadanya, dan si pemuda ini pun menginginkansi wanita itu. Tetapi akhirnya dia ingat dan sadar. Tiba-tiba diamerasa sesak nafas kemudian pingsan. Saat itu datanglah pamannya, laludibawalah pemuda tersebut ke rumahnya. Setelah siuman, dia berkata: Haipaman! Temuilah Umar bin Khaththab, sampaikan salamku kepadanya, dantanyakan kepadanya, 'apakah balasan untuk orang yang takut saatmenghadap Tuhannya' Maka disampaikanlah pesan tersebut kepada Umar.Saat Umar datang untuk menjenguknya, dia sudah meninggal, lalu Umarberkata: Kau akan mendapatkan dua Surga. [2]

[1] Raudhatul Muhibbin, hal 479-480.

[2] Raudhatul Muhibbin, hal 481-482.

Artikel Siapa Meninggalkan Yang Haram Akan Mendapatkan YangHalal Atau Allah SWT Ganti Dengan yang baik diambil dari http://www.asofwah.or.id
Siapa Meninggalkan Yang Haram Akan Mendapatkan YangHalal Atau Allah SWT Ganti Dengan yang baik.

Balasan Bagi Anak Yang Congkak Terhadap Ibunya

Kumpulan Artikel Islami

Balasan Bagi Anak Yang Congkak Terhadap Ibunya Kisah ini diceritakan oleh Syaikh ‘Abdullah al-Mathruud,Imam masjid Haram, Mekkah, di dalam sebuah kaset berjudul,

“Penghuni Rumah Angkat Bicara” tepatnya, sehabis berziarah ke Daaran-Naqaahah yang menangani perawatan kondisi-kondisi parah, di sebuahpropinsi di Kerajaan Arab Saudi.

Seorang pemuda berusia 27 tahun yang kondisinya tidak dapat lagi dudukuntuk selama-lamanya berkisah, “Suatu ketika ibuku berkata kepadaku,‘Tolong antarkan ibu ke rumah salah seorang kerabat kita.”

Mendengar itu, aku jadi kesal lalu berbicara kasar terhadapnya. Namunbeliau mengulangi lagi, “Aku mohon padamu, wahai anakku, tolongantarkan aku ke rumah mereka sebab ada hak mereka yang harus akuberikan. Itulah tujuanku mengunjungi mereka.”

Lalu aku berkata padanya, “Baiklah, tapi ada syaratnya; aku akanmengantarkan ibu ke sana lalu pulang dan akan datang lagi tepatsetelah setengah jam kemudian. Nanti aku akan membunyikan klaksonmobil satu kali, kalau ibu tidak keluar, maka aku akan pergi danmeninggalkan ibu di sini.”

Akhirnya sang ibu naik dan jadi pergi ke rumah kerabatnya bersama sanganak. Dan setelah berlangsung setengah jam tepat, sang anak pun datangdan membunyikan klakson mobilnya satu kali namun sang ibu tidakkeluar-keluar. Maka, ia pun pergi dan meninggalkan sang ibu.

Dalam perjalanannya tersebut, mobil dilarikan dengan kecepatan tinggihingga terjadilah kecelakaan atas dirinya. Akibat kejadian itu, iakini tidak bisa lagi duduk untuk selama-lamanya. Ia hanya bisaberbaring terlentang atau telungkup dan tidak dapat menggerak-gerakkananggota badannya selain kepala saja.

Komentar Penulis Buku:

Inilah balasan yang didapat oleh sang anak yang durhaka akibatperbuatannya sendiri. Kita berdoa semoga ia cepat sembuh dan dapatbelas kasih Allah.

[SUMBER: Abnaa` Yu’adzdzibuun Aabaa`ahum karya Ahmad MuhammadSinan, Bag.II, h.25-26]

Artikel Balasan Bagi Anak Yang Congkak Terhadap Ibunya diambil dari http://www.asofwah.or.id
Balasan Bagi Anak Yang Congkak Terhadap Ibunya.

Siapakah Yang Berhak Berpolitik ? Dan Kapan ?

Kumpulan Artikel Islami

Siapakah Yang Berhak Berpolitik ? Dan Kapan ? Siapakah Yang Berhak Berpolitik Dan Kapan

Kategori At-Tauhid Awwalan

Sabtu, 31 Juli 2004 15:02:19 WIBSIAPA YANG BERHAK BERPOLITIK DAN KAPAN OlehSyaikh Muhammad Nashiruddin Al-AlbaniMenyibukkan diri dengan politik pada saat ini adalah membuang-buang waktu ! Meskipun kami tidak mengingkari adanya politik dalam Islam, hanya saja dalam waktu yang sama kami meyakini adanya tahapan-tahapan syar'i yang logis yang harus dilalui satu per satu.Kami memulai dengan aqidah, yang kedua ibadah, kemudian akhlak, dengan mengadakan pemurnian dan pendidikan, kemudian akan datang suatu hari dimana kita pasti masuk dalam fase politik secara syar'i, karena berpolitik berarti mengatur urusan-urusan umat. Dan yang mengatur urusan-urusan umat Bukanlah Zaid, Bakar, ataupun Umar, yang mendirikan kelompok atau memimpin gerakan atau suatu jama'ah !! Bahkan urusan ini khusus bagi ulil amri yang dibaiat di hadapan kaum muslimin. Dia [ulil amri] lah yang diwajibkan mengetahui politik dan mengaturnya. Apabila kaum muslimin tidak bersatu -seperti keadaan kita saat ini- maka setiap ulil amri hanya berkuasa dan memikirkan sebatas wilayah kekuasaannya saja.Adapun menyibukkan diri dalam urusan-urusan [politik] maka seandainya pun kita benar-benar mengetahui urusan-urusan tersebut, pengetahuan kita itu tidak memberi manfaat kepada kita, karena kita tidak memiliki keputusan dan wewenang untuk mengatur umat. Satu hal ini pun sudah cukup menjadikan usaha kita sia-sia.Kami akan memberikan suatu contoh : Peperangan yang terjadi melawan kaum muslimin pada kebanyakan negeri-negeri Islam. Apakah bermanfaat jika kita menyulut semangat kaum muslimin untuk menghadapi orang kafir padahal kita tidak memiliki "jihad wajib" yang diatur oleh imam yang bertanggung jawab yang telah dibaiat ! Tidak ada gunanya perbuatan tersebut. Kami tidak berkata bahwa menolong orang-orang yang tertindas itu tidak wajib, akan tetapi kami mengatakan bahwa menyibukkan diri dengan politik bukan sekarang waktunya. Oleh karena itu, wajib atas kita untuk mengajak kaum muslimin kepada dakwah, untuk memahamkan mereka kepada Islam yang benar dan mendidik mereka dengan tarbiyah yang benar.Adapun menyibukkan mereka dengan urusan-urusan emosional yang menyentil semangat, maka hal itu termasuk dalam hal-hal yang dapat memalingkan mereka dari kemantapan dalam memahami da'wah yang wajib ditegakkan oleh setiap muslim mukallaf, seperti memperbaiki aqidah, ibadah, dan akhlak. Dan hal itu termasuk fardhu 'ain yang tidak bisa dimaklumi orang yang melalaikannya. Sedangkan urusan-urusan lain yang dinamakan pada saat ini dengan "fiqhul waqi" dan sibuk dengan urusan politik yang merupakan tanggung jawab ahlul halli wal aqdi, yang dengan kekuasaan mereka, mereka bisa mengambil manfaat dari hal yang demikian secara praktek. Adapun sebagian orang yang tidak memiliki kekuasaan, maka mengetahui politik dan menyibukkan mayoritas manusia dengan sesuatu yang penting daripada sesuatu yang lebih penting adalah termasuk sebagai hal-hal yang memalingkan mereka dari pengetahuan yang benar!.Dan inilah yang kami rasakan sesungguhnya pada kebanyakan dari manhaj kelompok-kelompok dan jama'ah-jama'ah Islam pada saat ini. Dimana kami mengetahui bahwa sebagian mereka berpaling dari mengajari pemuda-pemuda muslim yang berkumpul disekitar da'i itu untuk belajar memahami aqidah, ibadah dan akhlak yang benar. Karena sebagian para da'i itu sibuk dengan urusan politik dan masuk ke parlemen-parlemen yang berhukum dengan selain apa-apa yang Allah turunkan!! Sehingga hal itu memalingkan mereka dari hal yang lebih penting dan mereka sibuk dengan hal-hal yang tidak penting dalam kondisi seperti sekarang ini.Adapun tentang apa-apa yang termuat dalam pertanyaan yaitu tentang bagaimana seorang muslim berlepas diri dari dosa [tanggung jawab] atau bagaimana seorang muslim berperan serta dalam mengubah kenyataan yang pahit ini, maka kami katakan : Setiap muslim berkewajiban berbuat sesuai dengan kemampuannya masing-masing, seorang ulama mempunyai kewajiban yang berbeda dengan yang bukan ulama. Dan sebagaimana yang saya sebutkan dalam kesempatan seperti ini bahwa sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menyempurnakan nikmat-Nya dengan kitab-Nya, dan dia menjadikan Al-Qur'an sebagai undang-undang bagi kaum mukminin. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala."Artinya : Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahuinya". [Al-Anbiya : 7].Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjadikan masyarakat Islam menjadi dua bagian yaitu orang yang berilmu dan yang bukan berilmu [awam]. Dan Allah mewajibkan kepada masing-masing di antara keduanya apa-apa yang tidak Allah wajibkan kepada yang lainnya. Maka kewajiban atas orang-orang yang bukan ulama adalah hendaknya mereka bertanya kepada ahli ilmu. Dan kewajiban atas para ulama adalah hendaknya menjawab apa-apa yang ditanyakan kepada mereka. Maka kewajiban-kewajiban berdasarkan pijakan ini adalah berbeda-beda sesuai dengan perbedaan individu itu sendiri. Seorang yang berilmu pada saat ini kewajibannya adalah berda'wah mengajak kepada da'wah yang hak sesuai dengan batas kemampuannya. Dan orang yang bukan berilmu kewajibannya adalah bertanya tentang apa-apa yang penting bagi dirinya atau bagi orang-orang yang berada dibawah kepemimpinannya seperti istri, anak atau semisalnya. Sehingga apabila seorang muslim dari masing-masing bagian ini menegakkan kewajibannya sesuai dengan kemampuannya, maka dia telah selamat, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman."Artinya : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya". [Al-Baqarah : 286]Kami -dengan sangat prihatin- hidup ditengah-tengah penderitaan dan kejadian-kejadian tragis yang menimpa kaum muslimin yang tidak ada bandingannya dalam sejarah, yaitu berkumpul dan bersatunya orang-orang kafir memusuhi kaum muslimin, sebagaimana yang dikhabarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam seperti dalam hadits beliau yang dikenal dan shahih."Artinya : 'Telah berkumpul umat-umat untuk menghadapi kalian, sebagaimana orang-orang yang makan berkumpul menghadapi piringnya'. Mereka berkata : Apakah pada saat itu kami sedikit wahai Rasulullah Beliau menjawab : 'Tidak, pada saat itu kalian banyak, tetapi kalian seperti buih di lautan, dan Allah akan menghilangkan rasa takut dari dada-dada musuh kalian kepada kalian, dan Allah akan menimpakan pada hati kalian penyakit Al-Wahn'. Mereka berkata : Apakah penyakit Al-Wahn itu wahai Rasulullah. Beliau menjawab :'Cinta dunia dan takut akan mati". [Haadits Shahih, diriwayatkan oleh Abu Daud [4297], Ahmad [5/287], dari hadits Tsaubah Radhiyallahu anhu, dan dishahihkan oelh Al-Albani dengan dua jalannya tersebut dalam As-Shahihah [958]]Kalau begitu, maka wajib atas para ulama untuk berjihad dengan melakukan tashfiyah dan tarbiyah dengan cara mengajari kaum muslimin tauhid yang benar dan keyakinan-keyakinan yang benar serta ibadah-ubadah dan akhlak. Semuanya itu sesuai dengan kemampuannya masing-masaing di negeri-negeri yang dia diami, karena mereka tidak mampu menegakkan jihad menghadapi Yahudi dalam satu shaf [barisan] selama mereka keadaannya seperti keadaan kita pada saat ini, saling berpecah-belah, tidak berkumpul/bersatu dalam satu negeri maupun satu shaf [barisan], sehingga mereka tidak mampu menegakkan jihad dalam arti perang fisik untuk menghadapi musuh-musuh yang berkumpul/bersatu memusuhi mereka. Akan tetapi kewajiban mereka adalah hendaknya mereka memanfaatkan semua sarana syar'i yang memungkinkan untuk dilakukan, karena kita tidak memiliki kemampuan materi, dan seandainya kita mampu pun, kita tidak mampu bergerak, karena terdapat pemerintahan, pemimpin dan penguasa-penguasa dalam kebanyakan negeri-negeri kaum muslimin menjalankan politik yang tidak sesuai dengan politik syar'i, sangat disesalkan sekali. Akan tetapi kita mampu merealisasikan -dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala- dua perkara agung yang saya sebutkan tadi, yaitu tasfiyah [pemurnian] dan tarbiyah [pendidikan]. Dan ketika para da'i muslim menegakkan kewajiban yang sangat penting ini di negeri yang menjalankan politiknya tidak sesuai dengan politik syar'i, dan mereka bersatu di atas asas ini [tasfiyah dan tarbiyah], maka saya yakin pada suatu hari akan terjadi apa yang Allah katakan :"Artinya : Dan di hari itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah". [Ar-Ruum : 4-5][Disalin dari buku At-Tauhid Awwalan Ya Du'atal Islam, edisi Indonesia TAUHID, Prioritas dan Utama, oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hal 44-51, terbitan Darul Haq, Penerjemah Fariq Gasim Anuz]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=952&bagian=0


Artikel Siapakah Yang Berhak Berpolitik ? Dan Kapan ? diambil dari http://www.asofwah.or.id
Siapakah Yang Berhak Berpolitik ? Dan Kapan ?.

Seorang Gadis Tewas Di Malam Pernikahan

Kumpulan Artikel Islami

Seorang Gadis Tewas Di Malam Pernikahan Hanin -bukan nama sebenarnya- adalah seorang gadisyang masih muda belia dan merupakan anak satu-satunya bagi kedua orangtuanya. Dia lahir ke dunia setelah masa-masa mandul selama sepuluhtahun. Sepanjang itu, sang bapak dan ibu merasakan ketiadaan anak.Pandangan masyarakat yang sinis membunuh hati sang ibu dan berbagaiperasaan putus asa mengebirinya. Sang bapak mendambakan bisa melihatketurunannya, meski dia sudah termakan usia. Sedangkan sang ibumendambakan agar dikarunia sesuatu yang bisa menjaga dan menutupiaibnya.

Namun, hari dari demi hari dan tahun demi tahun berlalu, tapi kondisipun tetap kritis. Maka, tidak ada lagi harapan dari segi medis maupunpihak dokter. Dia hanya bisa bergantung kepada Allah SWT. Allah punmenghendaki dia membaca berita di salah satu koran tentangperkembangan baru dalam dunia kedokteran, khususnya tentang masalahkemandulan di salah satu negara Eropa. Maka, dia pun mengemasi koperdan berpamitan pada keluarga dan orang-orang tercinta. Dia mengikutipengobatan intensif sepanjang bulan untuk menjalani beberapapemeriksaan dan eksperimen sampai akhirnya bisa melahirkan bayi.

Dia pun pulang membawa bayinya kepada keluarganya dan keluargasuaminya di saat semuanya larut dalam kegembiraan dan kebahagiaan.Kesedihan pun berubah menjelma menjadi kebahagiaan. Semua itu terjadipada malam hari raya.

Bocah ini pun tumbuh dewasa dan menjadi pusat perhatian semuanya.Sementara tahun-tahun berlalu begitu cepat sampai anak ini punmelanjutkan studi di perguruan tinggi untuk mejadi seorang guru agardapat memenuhi obsesinya dan menjadi elemen yang baik di tengahmasyarakat. Dia pun berhasil meraih ijazah gelar sarjana dan lulus disaat banyak orang malah terancam Drop Out [DO]. Dia duduk di rumahsepanjang musim kemarau sambil menanti surat panggilan kerja. Sungguh,kebahagiaan telah mengetuk pintunya sewaktu dia menerima suratpanggilan kerja. Malam harinya, dia pun tidak bisa tidur karena sakinggembiranya.

Pada pagi harinya, dia berangkat ke tempat tujuan untuk mengetahuitempat kerjanya dengan didampingi kedua orangtuanya. Akan tetapi,serasa belum lengkap kegembiraan itu, tiba-tiba dia merasa bumibergetar di bawah kedua telapak kakinya mengamcamkan sesuatu yangtidak menyenangkan.

Dia tahu benar bahwa dia bakal bekerja di salah satu pemukiman yangberjarak 250 km dari kota tinggalnya, dengan melewati jalan-jalan yangdikelilingi banyak mara-bahaya. Sang bapak pulang ke rumahnya sedangkesedihan senantiasa menyelimutinya. Dia merasa telah berjalanmenentang arus dan berjalan di balik prasangka, tapi dia tidak menuaiselain fatamorgana.

Malam harinya, dia tidak bisa tidur. Dia dipusingkan oleh pikiran,apakah harus mencegah putri dan anak semata wayangnya itu untukmenerima pekerjaan itu. Apakah dia harus memaksanya untuk tetap dirumah karena menjaga kehidupannya padahal dia lahir setelah mengalamimasa-masa gersang [mandul].

Putrinya bersimpuh di depannya sambil menangis, menjerit dan memohonkepadanya agar hatinya luluh, “Ayahanda, jangan engkau tolakpekerjaanku sebagai kesempatan yang barangkali takkan terulang lagiuntuk selamanya.”

Sang bapak yang malang ini pun menjawab, “Kamu adalah kesempatanumurku yang takkan terulang lagi untuk kedua kalinya…lalu bagaimanaaku menyia-nyiakanmu dengan begitu mudah.”

Di hadapan permohonan sang anak dan ibunya, sang bapak pun menyerahdan dengan terpaksa dia sepakat. Setiap hari, sang putri menumpang busbersama teman-teman wanitanya menempuh jarak yang tidak kurang dari 6jam pulang dan pergi, hingga ketika sudah kembali ke rumahnyaseolah-olah tulang-tulangnya remuk redam akibat kelelahan.

Usia sang putri sudah menginjak dewasa dan telah menjadi mempelaicantik yang menantikan seorang lelaki yang akan mengetuk pintu hatinyadan menjadi pendamping hidupnya nanti, agar mereka bisa bersama-samamembangun mahligai rumah tangga. Akhirnya, salah seorang kerabatnyayang bekerja sebagai arsitektur di salah satu perusahaan meminangnya.Tanpa berpikir panjang, dia pun langsung menerimanya. Pada saat itu,dia sudah mendekati usia perawan tua dan bisa saja terlambat menikah.

Masa pertunangan dan akad nikah pun sudah berjalan setahun. Disela-sela itu, mereka mempersiapkan perangkat rumah tangga danmenentukan liburan panjang untuk melangsungkan pernikahan, mengingatada banyak waktu di masa-masa itu untuk menyelami kebahagiaan danketenangan.

Hari demi hari terus berjalan, sedang dia selalu merasakan sukarnyajalan dan kepenatan perjalanan sehari-hari yang menyita seluruhwaktunya. Akan tetapi, dia tetap menahan, merasakan dan menyembunyikanbanyak hal yang dialaminya dari keluarganya, setelah terlihat senyumandingin pada kedua bibirnya. Satu tahun hampir usai, ketika mulai faseujian akhir tahan. Itulah hari-hari di mana dia merasakan ketenangandan kebahagiaan dalam bahtera rumah tangganya.

Pada hari yang ditentukan, seperti biasanya dia pun menumpang bus,lalu bus membawanya memutari kota hingga penuh para guru wanita danbus pun menuju jalan tol… Laju bus semakin kencang dan akibatnya darisisi bus keluar goncangan dan suara aneh yang mungkin diakibatkankurang terawatnya bus. Sopir merasa bangga dengan kecepatannya dan diapun miring ke kanan dan ke kiri. Semua penumpang menentang danmemintanya untuk mengontrol dirinya, tapi sopir itu malah menimpali,“Sobat, aku begini karena cepatnya waktu.” Sang sopir pun meneruskannafsu dan keterburu-buruannya meski jalanan sempit dan banyak turunandan tanjakan.

Di tengah-tengah laju perjalanannya itu, dia menghindari mobil yangpertama dan berjalan seperti kilat. Tiba-tiba, trotoar terbelah olehtruk yang muncul bagaikan momok. Sopir berusaha menghindar danberkelit darinya, tapi keseimbangan mobil hilang, maka bus punterperosok ke dasar jurang dan membentur salah satu batu besar untukmengantarkan seluruh penumpangnya menjadi mayat-mayat beku yangbergelimpangan dan sang pengantin pun tewas di malam perkawinannya.”

[SUMBER: Serial Kisah Teladan -Kumpulan Kisah-Kisah Nyata-karya Muhammad bin Shalih al-Qahthani, hal. 35-39, juz II, sepertidinukilnya dari Dima’ ‘Ala ath-Thariq karya Shalah SalimBaduwailan, penerbit DARUL HAQ, Telp.021-4701616 dengan sedikitperubahan redaksi]

Artikel Seorang Gadis Tewas Di Malam Pernikahan diambil dari http://www.asofwah.or.id
Seorang Gadis Tewas Di Malam Pernikahan.

Al-Hasan Al-Bashri

Kumpulan Artikel Islami

Al-Hasan Al-Bashri Bagaimana mungkin suatu kaum bisa tersesatkalau di antara mereka ada al-Hasan al-Bashri! [Maslamah bin AbdulMalik]

Datanglah seorang pembawa khabar gembira untuk menyampaikan beritagembira kepada istri Nabi Ummu Salamah, bahwa budak perempuannya Khairah telah melahirkan anak laki-laki.

Maka berbunga-bungalah hati Ibu kaum mu'minin RA, dan kegembiraan itutelah membuat wajahnya yang cakap dan wibawa bersinar-sinar.

Beliau segera mengutus utusan supaya ibu dan anaknya dibawa kepadanyauntuk mengisi waktu nifas di rumahnya.

Waktu itu Khairah sangat dimuliakan dan dicintai oleh Ummu Salamah.Beliau ingin segera melihat anak yang baru lahir. Tidak lama kemudiandatanglah Khairah dengan menggendong anaknya.

Ketika kedua mata Ummu Salamah melihat anak bayi ini, hatinya merasasayang dan lega. Anak kecil yang baru lahir sangat tampan dan ganteng,jauh pandangannya, sempurna ciptaannya, menyenangkan orang yangmelihatnya dan memikat orang yang memandangnya.

Kemudian Ummu Salamah mengarahkan pandangannya ke arah budakperempuannya dan berkata, Apakah kamu telah memberinya nama, wahaiKhairah

Khairah menjawab, Belum wahai Ibu. Masalah nama saya serahkan kepadaengkau, supaya engkau memilih nama yang engkau sukai.

Lalu Ummu Sa0lamah berkata, Kami memberinya nama dengan memohonbarakah dari Allah 'al-Hasan.'

Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan berdo'a memohonkebaikan.

Kegembiraan dengan lahirnya Al-Hasan bukan hanya sebatas di rumahUmmul mu'minin Ummu Salamah RA saja, akan tetapi juga sampai ke rumahyang lain di Madinah. Yaitu rumah seorang sahabat besar Zaid binTsabit, juru tulis wahyu Rasulullah SAW.

Kaitannya, karena Yasar ayah anak bayi ini adalah budaknya juga dantermasuk orang yang paling dia hormati dan dia cintai.

Al-Hasan bin Yasar yang kemudian dipanggil dengan Al-Hasan Al-Bashriberkembang besar di salah satu rumah Rasulullah SAW. Dia terdidik dipangkuan salah seorang istri Nabi SAW, yaitu Hindun binti Suhail yangdikenal dengan Ummu Salamah.

Bila Anda ingin tahu, ketahuilah bahwa Ummu Salamah adalah perempuanarab yang paling sempurna akal dan keutamaannya serta paling keraskemauannya.

Selain itu, beliau juga termasuk istri Rasul yang paling luas ilmunyadan banyak meriwayatkan hadits darinya.

Beliau meriwayatkan dari Nabi SAW sekitar tiga ratus delapan puluhtujuh hadits.

Hal lainnya, beliau termasuk wanita yang jarang ditemukan yang dapatmenulis pada zaman jahiliyah.

Hubungan anak bayi ini dengan Ummul mu'minin bukan hanya sampai disini. Akan tetapi memanjang lebih jauh dari itu. Khairah ibu al-Hasanwaktu itu banyak keluar rumah dalam rangka mengerjakan kebutuhan Ummulmu'minin, dan anak yang masih menetek ini pernah menangis karena lapardan tangisnya semakin keras, maka Ummu Salamah mengambilnya danmemangkunya dan menyuapinya dengan tetek [mengempeng], supaya anak itubersabar dan sibuk dengannya sambil menunggu ibunya.

Saking cintanya Ummul mu'minin kepadanya, teteknya malah mengeluarkanair susu dan mengalir ke mulutnya, maka anak itu menetek dan diamkarenanya.

Maka dengan demikian Ummu Salamah menjadi ibu bagi Al-Hasan dari duaarah; beliau adalah Ibunya karena dia termasuk orang yang beriman [UmmulMu'minin]. Dan beliau adalah Ibunya karena menyusui juga.

Hubungan Ummahat mu'minin yang akrab dan rumah-rumah mereka yangberdekat-dekatan membuat anak kecil yang bahagia ini dengan bebasdapat berpindah dariu satu rumah ke rumah yang lain.

Dia berakhlak dengan akhlak semua para pendidiknya. Mendapatkanpetunjuk dari petunjuk yang mereka semua berikan.

Sebagaimana dia mengisahkan tentang dirinya, bahwa dia memenuhirumah-rumah ini dengan gerakannya yang lincah dan permainannya yanggesit, sehingga dia dapat menyentuh atap rumah-rumah Ummahat mu'minindengan kedua tangannya sambil melompat.

Al-Hasan terus bermain di udara yang harum dengan wewangian kenabianyang kemilau dengan sinarnya ini. Dia meneguk dari mata air tawar yangmemenuhi rumah-rumah Ummahat mu'minin itu dan berguru kepadapembesar-pembesar sahabat di masjid Rasulullah Shalallaahu alaihiwasalam.

Dia meriwayatkan dari Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Musaal-Asy'ari, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Anas bin Malik,Jabir bin Abdullah dan selain mereka.

Akan tetapi dia banyak bergant meneladani Amirul mu'minin Ali bin AbiThalib RA.

Dia meneladaninya dalam kesalihan agama, kebagusan ibadahnya danzuhudnya dari dunia dan perhiasannya. Dia terpesona oleh bayannya yangbersinar, hikmahnya yang mengesankan, perkataannya yang padat dannasehatnya yang menggetarkan hati. Maka kemudian terbentuklah padadirinya gambaran orang yang diteladaninya itu dalam hal ketakwaan,ibadah, retorika dan kefasihan berbicara.

Ketika al-Hasan telah berumur empat belas tahun, dan memasuki usiaremaja, dia pindah bersama ayahnya ke Bashrah dan menetap di sanabersama keluarganya.

Dan dari sinilah kemudian kenapa di akhir namanya dicantumkan al-Bashri ,yaitu nisbah kepada kota Bashrah sehingga dikenal banyak orang dengansebutan Al-Hasan Al-Bashri.

Waktu al-Hasan pindah ke sana, kota Bashrah merupakan benteng ilmuterbesar di negeri Islam. Dan masjidnya yang agung penuh denganpembesar-pembesar sahabat dan tabi'in yang pindah ke sana.Kajian-kajian ilmu dengan aneka ragamnya meramaikan ruangan masjid danmushallanya.

Al-Hasan telah menetap di masjid dan mengikuti secara khusus pengajianyang dipandu Abdullah bin Abbas, seorang 'Alim umat Muhammad. Darinyadia belajat tafsir, hadits dan Qiraa`at kepadanya, plus fiqih, bahasa,sastra dan lain-lainnya baik kepadanya ataupun kepada ulama selainnya.

Sehingga dia menjadi seorang 'alim yang sempurna, dan ahli fiqih yangtsiqah.

Maka orang-orang berdatangan kepadanya dan mengambil ilmunya yangdemikian matang.

Mereka berkerumun di sampingnya untuk mendengarkan nasehat-nasehatnyayang dapat melunakkan hati yang keras dan menyucurkan air mata maksiat.

Mereka menghafal hikmahnya yang bak mencengkeram akal.

Mereka mencontoh sirahnya yang aromanya lebih harum daripada minyakkasturi.

Berita tentang al-Hasan al-Bashri telah menyebar di berbagai pelosoknegeri, dan namanya demikian agung di kalangan manusia.

Maka para Khalifah dan pejabat mulai bertanya tentangnya dan mengikutiberitanya.

Khalid bin Sufwan bercerita, dia berkata, Aku telah bertemu denganMaslamah bin Abdul Malik di Hirah [Negeri tua di Irak, kurang lebihsejauh tiga mil dari Kufah namun telah punah dan sekarang tidak adalagi bekasnya], dia berkata kepadaku:

Khabarilah aku wahai Khalid tentang al-Hasan al-Bashri, karena akukira Anda mengetahui sesuatu darinya, yang tidak diketahui oleh oranglain.

Maka aku berkata, Mudah-mudahan Allah meluuruskan Anda wahai tuanpimpinan. Aku adalah orang yang paling baik yang menyampaikanberitanya kepadamu secara yakin. Karena aku adalah tetangganya, temanduduk di majlisnya dan orang Bashrah yang paling mengetahuinya.

Maka dia berkata, Coba ceritakanlah apa yang Anda miliki.

Lalu aku berkata,Sesungguhnya dia adalah seseorang yang rahasianya seperti dhahirnyadan ucapannya seperti perbuatannya. Jika menyuruh yang ma'ruf, makadia adalah orang pertama yang melakukannya. Jika dia melarangkemungkaran, maka dia adalah orang pertama yang meninggalkannya.

Sungguh, aku melihatnya sebagai orang yang menjaga diri dari pemberianorang, zuhud dari apa yang dimiliki orang-orang.

Aku melihat orang-orang membutuhkannya dan meminta apa yang dia miliki.

Lalu Maslamah berkata, Cukup wahai Khalid, cukup wahai Khalid!!Bagaimana mungkin suatu kaum akan tersesat kalau di antara mereka adaorang seperti ini!

Ketika al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi menjabat gubernur di Irak dan,seorang yang sangat kejam dan sombong.

Maka al-Hasan al-Bashri adalah termasuk orang langka yang beranimenentang kekejamannya tersebut. Beliau membeberkan keburukanperbuatan al-Hajjaj di hadapan orang-orang dan berkata benar didepannya.

Di antara contohnya, al-Hajjaj membangun suatu bangunan di daerahWasith untuk kepentingan pribadinya, dan ketika bangunan tersebutrampung, al-Hajjaj mengajak orang-orang agar keluar untukbersenang-senang bersamanya dan mendo'akan keberkahan untuknya.

Rupanya, al-Hasan tidak ingin kalau kesempatan berkumpulnyaorang-orang ini lewat begitu saja. Maka dia keluar menemui merekauntuk menasehati, mengingatkan, mengajak zuhud dari gelimang hartadunia dan menganjurkan mereka supaya mencari keridlaan Allah Azza waJalla.

Ketika al-Hasan telah sampai di tempat, dan melihat orang-orangberkumpul mengelilingi istana yang megah, terbuat dari bahan-bahanyang mahal, dikelilingi halaman yang luas dan sepanjang bangun dihiasidengan pernik-pernik. Al-Hasan berdiri di depan mereka dan berceramahbanyak, di antara yang beliau ucapkan adalah, Kita telah melihat apayang dibangun oleh manusia paling keji ini tidak ubahnya seperti apayang kita temukan pada masa Fir'aun yang telah membangun bangunan yangbesar dan tinggi, kemudian Allah membinasakan Fir'aun danmenghancurkan apa yang dia bangun dan dia kokohkan itu.

Mudah-mudahan al-Hajjaj mengetahui bahwa penduduk langit telahmengutuknya dan bahwa penduduk bumi telah menipunya.

Al-Hasan terus berbicara dengan gaya seperti ini, sehingga salahseorang yang hadir merasa khawatir kalau al-Hajjaj akan menyiksanya.Karena itu, orang tadi berkata kepadanya, Cukup wahai Abu Sa'id!cukup.!

Lalu Al-Hasan berkata kepadanya, Allah telah berjanji kepada Ahliilmu, bahwa Dia akan menjelaskannya kepada manusia dan tidakmenyembunyikannya.

Keesokan harinya, al-Hajjaj memasuki ruangannya dengan menahan amarah,lalu berkata kepada orang-orangnya, Celakalah kamu! Seorang hambasahaya milik penduduk Bashrah berdiri dan berkata tentang kita denganseenaknya, kemudian tidak seorangpun membalasnya atau mengingkarinya!!

Demi Allah, aku akan menyiramkan darahnya kepadamu wahai para pengecut!

Lalu dia menyuruh supaya pedang dan lemek darah dihadirkan, lalukeduanya dihadirkan. Selanjutnya, dia memanggil tukang pukul, lalutukang pukul itu segera berdiri di depannya.

Kemudian mengirim sebagian polisinya menemui al-Hasan dan menyuruhmereka supaya membawanya-serta sekembalinya nanti.

Tidak lama kemudian datanglah al-Hasan, maka seluruh pandangan orangtertuju padanya. Hati-hati mereka bergetar.

Ketika al-Hasan melihat pedang dan lemek darah, dia menggerakkan keduabibirnya, kemudian menghadap kepada al-Hajjaj dengan penuh 'izzahseorang mu'min, kewibawaan Islam dan keteguhan seorang da'i yangmenyeru kepada Allah.

Ketika al-Hajjaj melihatnya dengan kondisi seperti itu, dia menjadisangat gentar, lalu berkata kepadanya, Kemari wahai Abu Sa'id!Kemarilah! , Kemudian terus mempersilahkan jalan kepadanya jalanseraya berkata, Kemarilah!. Sementara orang-orang menyaksikan hal itudengan penuh rasa kaget dan aneh, hingga akhirnya al-Hajjajmempersilahkannya duduk di atas permadaninya.

Begitu al-Hasan telah duduk, al-Hajjaj menoleh ke arahnya, dan mulaimenanyakan berbagai permasalahan agama kepadanya. Sementara al-Hasanmenjawab setiap pertanyaan tersebut dengan mantap dan pasti.Penjelasan yang diberikannya demikian memikat, bersumber dari ilmuyang mumpuni.

Lalu al-Hajjaj berkata kepadanya, Engkau adalah tuannya para ulama'wahai Abu Sa'id.!

Kemudian dia meminta supaya dibawa ke hadapannya beberapa macam minyakwangi, lalu meminyakinya ke jenggot al-Hasan. Setelah itu, diaberpisah dengannya.

Ketika al-Hasan telah keluar, pengawal al-Hajjaj mengikutinya danberkata kepadanya, Wahai Abu Sa'id, sungguh, al-Hajjaj memanggil andabukan untuk tujuan seperti yang barusan dilakukannya terhadap anda.Aku melihat Anda ketika menghadap dan memandangi pedang dan lemekdarah, seakan Anda menggerakkan kedua bibir anda, kiranya apa yangAnda baca

Maka al-Hasan menjawab, Aku telah membaca [artinya] 'Wahai Pembelakuni'matku, dan pelindungku pada saat aku dalam bahaya, jadikanlahsiksanya dingin dan keselamatan kepadaku, sebagaimana Engkau telahmenjadikan api menjadi dingin dan keselamatan kepada Ibrahim.'

Sikap al-Hasan al-Bashri seperti ini seringkali terjadi dengan parapenguasa dan pejabat, dan dia keluar dari setiap kejadian tersebutdalam kondisi seorang yang Agung di mata penguasa, besar hati denganAllah serta terjaga di bawah naungan perlidungan-Nya.

Contoh lainnya, setelah Khalifah yang zuhud, Umar binAbdul Azizberpulang ke rahmatullah dan kekuasaan berpindah ke tangan Yazid binAbdul Malik, dia menugaskan Umar bin Hubairah al-Fazari sebagaigubernur Irak.

Kemudian dia memberinya mandat yang lebih, di samping menjadikankawasan Khurasan di bawah kekuasaannya.

Cara Yazid memperlakukan rakyatnya tidak sama seperti yang pernahdilakukan pendahulunya yang agung.

Dia sering mengirim surat kepada Umar bin Hubairah danmemerintahkannya supaya melaksanakan apa yang ada di dalamnya,meskipun terkadang harus melanggar hak.

Untuk itu, Umar bin Hubairah mengundang dua orang, yaitu al-HAsan al-Bashridan Amir bin Syurahbil yang dikenal dengan sebutan asy-Sya'bi. Diaberkata kepada keduanya, Sesungguhnya Amirul mu'minin, Yazid binAbdul Malik telah ditunjuk Allah sebagai khalifah atas hamba-hamba-Nya,dan mewajibkan manusia mentaatinya.

Dia telah menunjukku untuk mengurusi wilayah Irak sebagaimana yangAnda lihat, kemudian dia menambahi kekuasaanku hingga kawasan Persia.

Sedangkan dia terkadang mengirimkan surat kepadaku berisi perintahsupaya aku melaksanakan sesuatu yang membuatku ragu terhadapkeadilannya.

Karena itu, apakah Anda berdua dapat memberikan jalan keluar di dalamagama seputar batas ketaatanku kepadanya di dalam melaksanakanperintahnya

Maka asy-Sya'bi menjawab dengan jawaban yang lunak terhadap Khalifahdan memberikan toleransi kepada gubernur.

Sedangkan al-Hasan hanya terdiam. Lalu Umar bin Hubairah menoleh kearahnya dan berkata, Apa pendapatmu, wahai Abu Sa'id

Maka Al-Hasan menjawab, Wahai Ibn Hubairah, takutlah kepada Allahdalam masalah Yazid dan janganlah kamu takut Yazid dalam masalahAllah. Dan ketahuilah bahwa Allah Azza wa Jalla dapat melindungimudari Yazid, sedangkan Yazid tidak dapat melindungimu dari Allah.

Wahai Ibn Hubairah, sesungguhnya dikhawatirkan akan datang padamumalaikat yang kasar lagi keras, yang tidak pernah durhaka terhadapAllah dalam apa yang Dia perintahkan kepadanya, lalu malaikat itumenurunkanmu dari kursimu ini dan memindahkanmu dari istanamu yangluas ke kuburanmu yang sempit.

Bilamana di sana sudah tidak ada Yazid, maka yang ada hanya amalmuyang kamu gunakan untuk menyalahi perintah Tuhannya Yazid.

Wahai Ibn Hubairah, sesungguhnya jika kamu bersama Allah Ta'ala danmentaati-Nya, maka Allah akan menghindarkanmu dari siksa Yazid binAbdul Malik di dunia dan akhirat.

Dan jika kamu bersama Yazid dalam bermaksiat kepada Allah Ta'ala, makasesungguhnya Allah akan menyerahkan kamu kepada Yazid.

Dan ketahuilah wahai Ibn Hubairah, bahwasanya tidak ada ketaatankepada makhluk manapun dalam bermaksiat kepada Allah Azza wa Jalla.

Mendengar ucapan al-Hasan tersebut, menangislah Umar bin Hubairahhingga air matanya membasahi jenggotnya. Dia berpaling dari pendapatasy-Sya'bi kepada pendapat al-Hasan dan dia sangat mengagungkan sertamenghormatinya.

Ketika keduanya telah keluar darinya, keduanya sama-sama menuju kemasjid.

Lalu orang-orang mengerumuninya dan menanyakan tentang apa yangdibicarakan keduanya dengan gubernur Irak.

Maka asy-Sya'bi menoleh kepada mereka seraya berujar,Wahai manusia! Barangsiapa di antara kamu semua ingin mementingkanAllah Azza wa Jalla di atas kepentingan makhluk-Nya dari segala tempat,maka hendaklah dia melakukan hal itu.

Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, apa yang dikatakan al-Hasankepada Umar bin Hubairah adalah perkataan yang keluar lantarankejahilanku.

Aku menginginkan dari apa yang aku katakan untuk mencari wajah Ibnuhubairah, sementara al-Hasan menginginkan dari apa yang dia katakansemata untuk mendapatkan wajah Allah. Maka Allah menjauhkan aku dariIbn Hubairah dan mendekatkan al-Hasan kepadanya dan membuatnya cintaterhadapnya.

Al-Hasan al-Bashri berumur panjang, yaitu hingga mencapai umur sekitar80 tahun. Dan, dalam umur yang sepanjang itu dia mengisi kehidupandunia ini dengan ilmu, hikmah dan fiqih.

Warisan paling besar yang dia wariskan kepada generasi demi generasiadalah nasehat dan wasiatnya yang ikut bergulir seiring dengan putaranhari-hari di dalam belahan-belahan hati manusia.

Dan nasehat-nasehatnya yang menggetarkan hati dan terus akanmenggetarkannya, membuat air mata bercucuran, menunjukkan si tersesatke jalan Allah dan mengingatkan si terperdaya dan lalai dengan hakikatdunia serta tujuan keberadaan manusia di dunia ini seakan menjadikanorang tengah hadir bersamanya.

Di antara contohnya, perkataannya kepada orang yang bertanya tentangdunia dan hakikat keberadaannya,Kamu bertanya tentang dunia dan akhirat Sesungguhnya perumpamaandunia dan akhirat adalah bagaikan timur dan barat.

Setiap salah satunya bertambah dekat, maka yang satunya lagi semakinjauh. Dan kamu berkata kepadaku, Sebutkanlah karateristik dunia inikepadaku!!

Apa yang harus aku sebutkan kepadamu tentang rumah yang awalnyamelelahkan sedangkan akhirnya membinasakan, di dalam kehalalannya adaperhitungan dan di dalam keharamannya ada siksaan.

Siapa yang tidak membutuhkannya terkena fitnah dan siapa yangmembutuhkannya akan sedih.

Contoh perkataannya yang lain, yaitu ketika ada orang lain bertanyatentang kondisinya dan kondisi orang-orang,Celakalah kita! Apa yang kita perbuat terhadap diri kita sendiri!!

Kita telah merendahkan agama kita dan meninggikan dunia, kitamembiarkan akhlak kotor dan memperbarui tempat tidur dan pakaian.

Salah seorang di antara kita bersandar dengan tangan kirinya dan makandari harta yang bukan miliknya, makanannya di dapat dari hasilmenyerobot, pelayannya dipaksa tanpa upah, meminta yang manis setelahasam, meminta yang panas setelah dingin, dan meminta yang basahsetelah kering sehingga ketika dia telah kenyang, menguap karenakepenuhan, kemudian berkata, 'Wahai pelayan! ambilkan pencerna makanan!Wahai orang bodoh- Demi Allah- Jangan sekali-kali kamu mencernakecuali agamamu! Di mana tetanggamu yang mengaharap uluran tanganmu!!Di mana anak yatim kaummu yang lapar!! Di mana orang miskinmu yangmelihatmu!! Di mana wasiat yang Allah Azza wa Jalla sampaikankepadamu!!

Barangkali kamu mengetahui bahwa kamu berjumlah banyak. Dan bahwasanyasetiap matahari hari ini terbenam, maka berkuranglah jumlahmusementara sebagian kamu pergi bersamanya.'

Pada hari Jum'at bulan Rajab tahun 110 H, al-Hasan al-Bashri memenuhipanggilan Tuhannya. Dan pada pagi harinya, tersebarlah berita wafatnyadi kalangan orang-orang sehingga Bashrah bergetar karena kematiannya.

Dia kemudian dimandikan, dikafani dan dishalati setelah shalat Jum'atdi masjid Jami' yang sepanjang hidupnya dia habiskan waktunya di sanasebagai seorang 'alim, pendidik dan penyeru kepada Allah.

Kemudian orang-orang semuanya mengiringi janazahnya.

Dan shalat ashar pada hari itu tidak dilaksanakan di masjid jami'Bashrah, karena di dalamnya tidak ada seorangpun yang melaksanakanshalat.

Dan orang-orang tidak mengetahui bahwa shalat libur pada hari itu dimasjid Bashrah semenjak kaum muslimin membangunnya kecuali pada hariitu, yaitu hari kepulangan al-Hasan al-Bashri menuju sisi Tuhannya.

Catatan:

Sebagai bahan tambahan biografi Al-hasan Al-bashri, lihatlah:

Ath-Thabaqat Al-Kubra, oleh Ibnu Sa'd: 7/156, 179, 182, 188,195, 197, 202, dan halaman-halaman lainnya [Lihat daftar isi dijilid terakhir]

Shifat Ash-Shafwah, oleh Ibnu Al-Jauzi: 3/233- 237 [Cetakan DarAn-Nashir di Halb]

Hulliyatu Al-Auliya, oleh Al-Ashfahani: 2/131-161.

Tarikh Khalifah Ibnu Khayyath: 123, 189, 287, 331, 354, 189.

Wafayat Al-A'yan, oleh Ibnu Khalkan: 1/354-356.

Syadzarat Adz-Dzahab: 1/138-139.

Mizan Al-I'tidal: 1/254 dan setelahnya.

Amali Al-Murtadla: 1/152, 153, 158, 160.

Al-bayan wa At-Tabyin: 2/173 dan 3/144.

Al-Muhabbar, oleh Muhammad bin Habib: 235 dan 378.

Kitab Al-Wafayat, oleh Ahmad bin Hasan bin Ali bin Al-Khathib:108-109.

Al-Hasan Al-Bashri, oleh Ihsan Abbas.

Artikel Al-Hasan Al-Bashri diambil dari http://www.asofwah.or.id
Al-Hasan Al-Bashri.

Qashar Shalat Dalam Perjalanan

Kumpulan Artikel Islami

Qashar Shalat Dalam Perjalanan Qashar Shalat Dalam Perjalanan

Kategori Shalat

Minggu, 2 Oktober 2005 08:11:07 WIBQASHAR SHALAT DALAM PERJALANANOlehSyaikh Abdullah bin Abdurrahman bin Shalih Ali BassamQashar di sini berlaku untuk shalat-shalat empat rakaat, yaitu Zhuhur, Ashar dan Isya. Dinukil dari Ibnul Mundzir adanya ijma’, bahwa tidak ada qashar dalam shalat Maghrib dan Shubuh. Tidak ada sebab untuk qashar ini kecuali perjalanan, karena ini merupakan rukhshah yang ditetapkan sebagai rahmat bagi musafir dan adanya kesulitan yang dialaminyaâ€Å"Artinya : Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhum, dia berkata, ‘Aku menyertai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau tidak melebihkan shalat dalam perjalanan dari dua rakaat, begitu pula yang dilakukan Abu Bakar, Umar dan Utsaman”.MAKNA HADITSAbdullah bin Umar menuturkan bahwa dia pernah menyertai nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perjalan beliau, Dia juga pernah menyertai Abu Bakar, Umar dan Utsman dalam perjalanan mereka. Ternyata masing-masing di antara mereka senantiasa mengqashar shalat empat rakaat menjadi dua rakaat dan tidak lebih dari dua rakaat itu.PERBEDAAN PENDAPAT DI KALANGAN ULAMAPara ulama saling berbeda pendapat tentang qashar, apakah itu wajib ataukah rukhshah yang disunnatkan pelaksanaannya Tiga Imam, Malik, Asy-Syafi’i dan Ahmad membolehkan penyempurnaan shalat, namun yang lebih baik adalah mengqasharnya. Sedangkan Abu Hanifah mewajibkan qashar, yang juga didukung Ibnu Hazm. Dia berkata, â€Å"Fardhunya musafir ialah shalat dua rakaat”.Dalil orang yang mewajibkan qashar ialah tindakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang senantiasa mengqashar dalam perjalanan. Hal ini dapat ditanggapi bahwa perbuatan tidak menunjukkan kewajiban. Begitulah pendapat jumhur. Mereka juga berhujjah dengan hadits Aisyah Radhiyallahu ‘anha di dalam Ash-Shahihaian, â€Å"Shalat diwajibakan dua rakaat, lalu ditetapkan shalat dalam perjalanan dan shalat orang yang menetap disempurnakan.Hujjah ini dapat ditanggapi dengan beberapa jawaban. Yang paling baik ialah, ini merupakan perkataan Aisyah yang tidak dimarfu’kan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sementara Aisyah juga tidak mengikuti masa difardhulkannya shalat.Adapun dalil-dalil jumhur tentang tidak wajibnya qashar ialah firman Allah.â€Å"Artinya : Maka tidaklah mengapa kalian mengqashar shalat kalian” [An-Nisa : 101]Penafian kesalahan di dalam ayat ini menunjukkan bahwa qashar itu merupakan rukhshah dan bukan sesuatu yang dipastikan. Di samping itu, dasarnya adalah penyempurnaannya. Adanya qashar karena dirasa shalat itu terlalu panjang. Dalil lainnya adalah hadits Aisyah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengqqashar dalam perjalanan dan menyempurnakannya, pernah puasa dan tidak puasa [Diriwayatkan Ad-Daruquthni, yang menurutnya, ini hadits Hasan]Dalil-dalil jumhur dapat ditanggapi sebagai berikut : Ayat ini disebutkan tentang qashar sifat dalam shalat khauf dan hadits tentang hal ini dipermasalahkan. Sampai-sampai Ibnu Taimiyah berkata : â€Å"Ini merupakan hadits yang didustakan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam”.Saya katakan, sebaiknya musafir tidak meninggalkan qashar, karena mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sebagai cara untuk keluar dari perbedaan pendapat dengan orang yang mewajibkannya, dan memang qashar inilah yang lebih baik menurut mayoritas ulama.Dikutip dari Ibnu Taimiyah di dalam Al-Ikhtiyarat, tentang kemakruhan menyempurnakannya. Dia menyebutkan nukilan dari Al-Imam Ahmad, yang tidak mengomentari sahnya shalat orang yang menyempurnakan shalat dalam perjalanan, Ibnu Taimiyah juga berkata : â€Å"Telah diketahui secara mutawatir, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa shalat dua rakaat dalam perjalanan, begitu pula yang dilakukan Abu Bakar dan Umar setelah beliau. Hal ini menunjukkan bahwa dua rakaat adalah lebih baik. Begitulah pendapat mayoritas ulama.KESIMPULAN HADITS[1]. Pensyaratan qashar shalat empat rakaat dalam perjalanan menjadi dua rakaat saja.[2]. Qashar merupakan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnah Al-Khulafa Ar-Rasyidun dalam perjalanan mereka.[3]. Qashar bersifat umum dalam perjalanan haji, jihad dan segala perjalanan untuk ketaatan. Para ulama juga memasukkan perjalanan yang mubah. Menurut An-Nawawy, jumhur berpendapat bahwa dalam semua perjalanan yang mubah boleh dilakukan qashar. Sebagian ulama tidak membolehkan qashar dalam perjalanan kedurhakaan. Yang benar, rukhshah ini bersifat umum dan sama untuk semua orang.[4]. Kasih sayang Allah terhadap makhlukNya dan keluwesan syari’at ini, yang memberi kemudahan dalam beribadah kepada makhluk. Karena perjalanan lebih sering mendatangkan kesulitan, maka dibuat keringanan untuk sebagian shalat, dengan mengurangi bilangan rakaat shalat. Jika tingkat kesulitan semakin tinggi seperti karena memerangi musuh, maka sebagian shalat juga diringankan.[5]. Perjalanan di dalam hadits ini tidak terbatas, tidak dibatasi dengan jarak jauh. Yang lebih baik ialah dibiarkan menurut kemutlakannya, lalu rukhshah diberikan kepada apapun yang disebut perjalanan. Pembatasanya dengan tempo tertentu atau jarak farsakh tertetntu, tidak pernah disebutkan di dalam nash. Syaihul Islam Ibnu Taimiyah berkata : â€Å"Perjalanan tidak pernah dibatasi oleh syari’at, tidak ada pembatasan menurut bahasa. Hal ini dikembalikan kepada tradisi manusia. Apa yang mereka sebut dengan perjalanan, maka itulah perjalanan”[Disalin dari kitab Taisirul-Allam Syarh Umdatul Ahkam, Edisi Indonesia Syarah Hadits Pilihan Bukhari Muslim, Pengarang Syaikh Abdullah bin Abdurrahman bin Shalih Ali Bassam, Penerbit Darul Fallah]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1596&bagian=0


Artikel Qashar Shalat Dalam Perjalanan diambil dari http://www.asofwah.or.id
Qashar Shalat Dalam Perjalanan.

Wajib Memberikan Perhatian Kepada Tauhid Terlebih Dahulu Sebagaimana Metode Para Nabi Dan Rasul 1/2

Kumpulan Artikel Islami

Wajib Memberikan Perhatian Kepada Tauhid Terlebih Dahulu Sebagaimana Metode Para Nabi Dan Rasul 1/2 Wajib Memberikan Perhatian Kepada Tauhid Terlebih Dahulu Sebagaimana Metode Para Nabi Dan Rasul 1/2

Kategori At-Tauhid Awwalan

Selasa, 4 Mei 2004 11:07:13 WIBWAJIB MEMBERIKAN PERHATIAN KEPADA TAUHID TERLEBIH DAHULU SEBAGAIMANA METODE PARA NABI DAN RASULOlehSyaikh Muhammad Nashiruddin Al-AlbaniBagian Pertama dari Dua Tulisan [1/2]AT-TAUHID AWWALAN YA DU'ATAL ISLAM [TAUHID, Prioritas Pertama dan Utama]PertanyaanSyaikh yang mulia, tidak ragu lagi bahwa Anda mengetahui tentang kenyataan pahit yang dialami umat Islam sekarang ini berupa kebodohan dalam masalah aqidah dan masalah-masalah keyakinan lainnya, serta perpecahan dalam metodologi pemahaman dan pengamalan Islam. Apalagi sekarang ini penyebaran da'wah Islam di berbagai belahan bumi tidak lagi sesuai dengan aqidah dan manhaj generasi pertama yang telah mampu melahirkan generasi terbaik.Tidak ragu lagi bahwa kenyataan yang menyakitkan ini telah membangkitkan ghirah [semangat] orang-orang yang ikhlas dan berkeinginan untuk mengubahnya serta untuk memperbaiki kerusakan. Hanya saja mereka berbeda-beda cara dalam memperbaiki fenomena tersebut, disebabkan karena perbedaan pemahaman aqidah dan manhaj mereka -sebagaimana yang Anda ketahui- dengan munculnya berbagai gerakan dan jama'ah-jama'ah Islam Hizbiyyah yang mengaku telah memperbaiki umat Islam selama berpuluh-puluh tahun, tetapi bersamaan itu mereka belum berhasil, bahkan gerakan-gerakan tersebut menyebabkan umat terjerumus ke dalam fitnah-fitnah dan ditimpa musibah yang besar, karena manhaj-manhaj mereka dan aqidah-qaidah mereka menyelisihi perintah Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam dan apa-apa yang dibawa oleh beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, dimana hal ini meninggalkan dampak yang besar berupa kebingungan kaum muslimin dan khususnya para pemudanya dalam solusi mengatasi kenyataan pahit ini.Seorang da'i muslim yang berpegang teguh dengan manhaj nubuwwah dan mengikuti jalan orang-orang yang beriman serta mencontoh pemahaman para sahabat dan tabi'in dengan baik dari kalangan ulama Islam merasa bahwa dia sedang memikul amanat yang sangat besar dalam menghadapi kenyataan ini dan dalam memperbaikinya atau ikut berperan serta dalam menyelesaikannya.Maka apa nasehat Anda bagi para pengikut gerakan-gerakan dan jama'ah-jama'ah tersebut .Dan apa solusi yang bermanfaat dan mengena dalam menyelesaikan kenyataan ini .Serta bagaimana seorang muslim dapat terbebas dari tanggung jawab ini di hadapan Allah Azza wa Jalla nanti pada hari Kiamat .Jawaban.Berkaitan dengan apa yang disebutkan dalam pertanyaan diatas, yaitu berupa buruknya kondisi umat Islam, maka kami katakan : Sesungguhnya kenyataan yang menyakitkan ini tidaklah lebih buruk daripada kondisi orang Arab pada zaman jahiliyah ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus kepada mereka, disebabkan adanya risalah Islam di antara kita dan kesempurnaannya, serta adanya kelompok yang eksis di atas Al-Haq [kebenaran], memberi petunjuk dan mengajak manusia kepada Islam yang benar dalam hal aqidah, ibadah, akhlak dan manhaj. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan orang Arab pada masa jahiliyah menyerupai kenyataan kebanyakan kelompok-kelompok kaum muslimin sekarang ini !.Berdasarkan hal itu, kami mengatakan bahwa : Jalan keluarnya adalah jalan keluar yang pernah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan obatnya adalah seperti obat yang pernah digunakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana Rasulullah telah mengobati jahiliyah yang pertama, maka para juru da'wah Islam sekarang ini harus meluruskan kesalahan pahaman umat akan makna Laa Ilaha Illallah, dan harus mencari jalan keluar dari kenyataan pahit yang menimpa mereka dengan pengobatan dan jalan keluar yang di tempuh oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan makna yang demikian ini jelas sekali apabila kita memperhatikan firman Allah Azza wa Jalla."Artinya : Sesungguhnya telah ada pada [diri] Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu [yaitu] bagi orang yang mengharap [rahmat] Allah dan [kedatangan] hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah". [Al-Ahzab : 21]Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah suri teladan yang baik dalam memberikan jalan keluar bagi semua problem umat Islam di dunia modern sekarang ini pada setiap waktu dan kondisi. Hal ini yang mengharuskan kita untuk memulai dengan apa-apa yang telah dimulai oleh Nabi kita Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu pertama-tama memperbaiki apa-apa yang telah rusak dari aqidah kaum muslimin. Dan yang kedua adalah ibadah mereka. Serta yang ketiga adalah akhlak mereka. Bukannya yang saya maksud dari urutan ini adanya pemisahan perkara antara satu dengan yang lainnya, artinya mendahulukan yang paling penting kemudian sebelum yang penting, dan selanjutnya !. Tetapi yang saya kehendaki adalah agar kaum muslimin memperhatikan dengan perhatian yang sangat besar dan serius terhadap perkara-perkara di atas.Dan yang saya maksud dengan kaum muslimin adalah para juru da'wah, atau yang lebih tepatnya adalah para ulama di kalangan mereka, karena sangat disayangkan sekali sekarang ini setiap muslim mudah sekali mendapat predikat sebagai da'i meskipun mereka sangat kurang dalam hal ilmu. Bahkan mereka sendiri menobatkan diri sebagai da'i Islam. Apabila kita ingat kepada suatu kaidah yang terkenal -saya tidak berkata kaidah itu terkenal di kalangan ulama saja, bahkan terkenal pula dikalangan semua orang yang berakal- kaidah itu adalah :"Artinya : Orang yang tidak memiliki, tidak dapat memberi".Maka kita akan mengetahui sekarang ini bahwa disana ada sekelompok kaum muslimin yang besar sekali, bisa mencapai jutaan jumlahnya, apabila disebut kata : para da'i maka manusia akan mengarahkan pandangan kepada mereka. Yang saya maksudkan adalah jama'ah da'wah atau jama'ah tabligh. Bersamaan dengan itu, kebanyakan mereka adalah sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla."Artinya : Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" [Al-A'raaf : 187].Sebagaimana diketahui dari metode da'wah mereka bahwa mereka itu telah benar-benar berpaling dari memperhatikan pokok pertama atau perkara yang paling penting diantara perkara-perkara yang disebutkan tadi, yaitu aqidah, ibadah dan akhlak. Dan mereka menolak untuk memperbaiki aqidah dimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memulai dengannya, bahkan semua nabi memulai dengan aqidah ini. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman."Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat [untuk menyerukan] : "Sembahlah Allah [saja], dan jauhilah thaghut". [An-Nahl : 36].[Disalin dari buku At-Tauhid Awwalan Ya Du'atal Islam, edisi Indonesia TAUHID, Prioritas Pertama dan Utama, oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hal 5-15, terbitan Darul haq, penerjemah Fariq Gasim Anuz]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=688&bagian=0


Artikel Wajib Memberikan Perhatian Kepada Tauhid Terlebih Dahulu Sebagaimana Metode Para Nabi Dan Rasul 1/2 diambil dari http://www.asofwah.or.id
Wajib Memberikan Perhatian Kepada Tauhid Terlebih Dahulu Sebagaimana Metode Para Nabi Dan Rasul 1/2.

Merajalelanya Perbuatan Keji, Pemutusan Silaturahmi, Dan Buruknya Hubungan Bertetangga

Kumpulan Artikel Islami

Merajalelanya Perbuatan Keji, Pemutusan Silaturahmi, Dan Buruknya Hubungan Bertetangga Merajalelanya Perbuatan Keji, Pemutusan Silaturahmi, Dan Buruknya Hubungan Bertetangga

Kategori Hadits

Kamis, 13 Mei 2004 08:28:51 WIBMERAJALELANYA PERBUATAN KEJI [1] PEMUTUSAN SILATURAHMI DAN BURUKNYA HUBUNGAN BERTETANGGAOlehYusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-WabilMUKADIMAHArtikel ini diambil dari sebagian kecil Tanda-Tanda Kiamat Shugro, yang dimaksud dengan tanda-tanda kiamat shugro [kecil] ialah tanda-tandanya yang kecil, bukan kiamatnya. Tanda-tanda ini terjadi mendahului hari kiamat dalam masa yang cukup panjang dan merupakan berbagai kejadian yang biasa terjadi. Seperti, terangkatnya ilmu, munculnya kebodohan, merajalelanya minuman keras, perzinaan, riba dan sejenisnya.Dan yang penting lagi, bahwa pembahasan ini merupakan dakwah kepada iman kepada Allah Ta'ala dan Hari Akhir, dan membenarkan apa yang disampaiakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, disamping itu juga merupakan seruan untuk bersiap-siap mencari bekal setelah mati nanti karena kiamat itu telah dekat dan telah banyak tanda-tandanya yang nampak.________________________________Imam Ahmad dan Hakim meriwayatkan dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda."Artinya : Tidak akan datang kiamat sehingga banyak perbuatan dan perkataan keji, pemutusan hubungan silaturrahmi, dan sikap yang buruk dalam bertetangga".[Musnad Ahmad 10:26-31 dengan syarah Ahmad Syakir. Beliau mengatakan "Isnadnya Shahih" dan beliau juga menyebut riwayat Al-Hakim dan membicarakannya dengan panjang lebar. Periksa pula Mustadrak Al-Hakim 1:75-76, beliau meriwayatkannya dengan tiga sanad seraya berkata, "Ini adalah hadits shahih, dan Imam Asy-Syaikhani telah sepakat berhujjah dengan semua perawinya kecuali Abu Sabrah Al-Hadzli. Dia adalah seorang Tabi'i besar yang riwayat hidupnya disebutkan dalam kitab-kitab Musnad dan tarikh, dan dia itu tercela". Dan beliau menyebutkan syahid [hadits lain dari sahabat yang lain], dan Adz-Dzahabi menyetujui penshahihannya].Ath-Thabari meriwayatkan dalam Al-Ausath dari Anas, ia berkata : telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam."Artinya : Di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah banyaknya perbuatan dan perkataan keji dan pemutusan hubungan kekeluargaan". [Majma'uz Zawaid 7:284. Al-Haitsami berkata : "Perawi-perawinya kepercayaan, tetapi sebagian mereka diperselisihkan. Tetapi hadits-hadits ini mempunyai saksi [syahid/hadits yang semakna dengannya yang diriwayatkan dari jalan sahabat lain].Dan dalam riwayat Imam Ahmad dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda."Artinya : Sesungguhnya sebelum datangnya hari kiamat ..., akan banyak terjadi pemutusan hubungan kekeluargaan". [Musnad Ahmad 5:333 dengan syarah Ahmad Syakir. Beliau berkata "Isnadnya shahih"].Apa yang disinyalir oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sekarang telah terjadi. Kekejian telah banyak terjadi diantara manusia. Mereka sudah tidak ambil peduli dalam melakukan kemaksiatan dan berkata keji dengan segala akibatnya. Pemutusan hubungan kekeluargaan terjadi disana-sini. Seorang kerabat tidak lagi menyambung hubungan kekerabatannya, bahkan mereka saling memutuskan dan saling membelakangi. Mereka hidup dalam satu negeri, satu wilayah, satu daerah, satu kampung, tetapi bulan-bulan dan tahun-tahun mereka biarkan berlalu tanpa saling mengunjungi dan menghubungi. Semua ini hanya terjadi karena lemahnya iman, sebab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menyuruh menyambung kekeluargaan dan melarang memutuskannya. Beliau bersabda."Artinya : Sesungguhnya Allah menciptakan mahluk, sehingga ketika telah selesai, berkatalah ar-rahm [kekeluargaan], 'Ini kedudukan orang yang memohon perlindungan kepada-Mu dari memutuskan kekeluargaan [silaturrahmi], 'Dia menjawab, Ya, apakah engkau tidak senang kalau Aku menyambung hubungan dengan orang yang menyambung hubungan denganmu, dan Aku memutuskan hubungan dengan orang yang memutuskan hubunganmu. 'Ia menjawab, 'Ya'. Dia berfirman, 'Maka, demikian itulah kedudukanmu"Kemudian beliau bersabda : Bacalah kalau kalian mau firman Allah."Artinya : "Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka serta dibutakan-Nya penglihatan mereka. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci ". [Muhammad : 22 -24].[Shahih Muslim, Kitab Al-Birr wash-shilah wal adab, Bab Shilaturrahim wa Tahrimi Qathi'atiha 16:112].Rasululllah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda."Artinya : Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan". [Shahih Muslim, Kitab Al-Birr wash-shilah wal adab, Bab Shilaturrahim wa Tahrimi Qathi'atiha 16:114].Adapun sikap buruk dalam bertetangga, maka hal ini juga telah terjadi. Berapa banyak tetangga yang tidak kenal tetangga sebelah rumahnya, tidak pernah mengamati keadaannya agar ia dapat memberinya bantuan dan pertolongan jika tetangga itu membutuhkan pertolongannya. Bahkan tidak jarang seorang tetangga tidak mencegah tangannya berbuat buruk terhadap tetangganya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang seseorang mengganggu dan menyakiti tetangganya dengan sabdanya."Artinya : Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka tidak boleh ia menggangu tetangganya". [Shahih Muslim, Kitab Al-Iman, Bab Al-Hats'ala Ikram Al-Jaar a Adh-Dhaif 2:20].Dan sebaliknya beliau menyuruh berbuat baik kepada tetangga dengan sabdanya."Artinya : Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya". [Shahih Muslim 2:20].Dan sabda beliau lagi."Artinya : Malaikat Jibril senantiasa berpesan kepadaku agar berbuat baik kepada tetangga sehingga aku mengira bahwa seorang tetangga akan menjadi ahli waris bagi tetangganya". [Shahih Muslim, Kitabul Birr was-Shilah wal Adab, Bab Al-Washiyat bil-Jaar wal-ihsan 16:176][Disalin dari buku Asyraus Sa'ah FasalTanda-Tanda Kiamat Kecil oleh Yusuf bin Abdullah bin Ysusf Al-Wabil MA, edisi Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat hal. 125-127 terbitan Pustaka mantiq, penerjemah Drs A'ad yasin dan Drs Zaini Munir Fadholi.]_________Foote Note[1] Ibnul Atsir berkata : "Al-Fuhsy [perbuatan keji] ialah segala sesuatu yang amat buruk yang berupa dosa dan maksiat. Dan lafal alfahisyah sering diartikan dengan zina. Dan segala yang buruk, baik berupa perkataan maupun perbuatan, maka dia itu adalah fahisyah". [An-Nihayah 3 : 415].

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=716&bagian=0


Artikel Merajalelanya Perbuatan Keji, Pemutusan Silaturahmi, Dan Buruknya Hubungan Bertetangga diambil dari http://www.asofwah.or.id
Merajalelanya Perbuatan Keji, Pemutusan Silaturahmi, Dan Buruknya Hubungan Bertetangga.

Wali Dekat Nasabnya Tetapi Jauh Tempatnya

Kumpulan Artikel Islami

Wali Dekat Nasabnya Tetapi Jauh Tempatnya

>> Pertanyaan :

Syaikh Muhammad bin Ibrahim ditanya: Telah saya teliti surat andayang menceritakan tentang banyaknya surat yang masuk ke Mahkamahtentang keluhan beberapa wanita yang ingin menikah tetapi para walitinggal di luar Saudi, karena mudahnya transportasi Mahkamah menyuruhpara wali tersebut datang atau mewakilkan, akan tetapi ka-danghasilnya terlambat atau wali tersebut tidak ditemukan, maka pernikahanditunda, tetapi orang-orang yang menganut madzhab Maliki sepertiwanita ini menuntut agar menikah dengan wali jauh karena wali dekattidak ada?

>> Jawaban :

Pendapat di atas adalah madzhab hambali dan perlu diketahui bahwa apayang Anda lakukan adalah benar [yaitu menunda perkawinan sampai adawali terdekat atau wakilnya] kecuali jika di antara para wanitakhawatir tidak mendapatkan lagi calon yang sebanding atau tidak adayang memberi nafaqah atau sebab lain maka wanita tersebut bolehmenikah dengan wali jauh demi kemaslahatan.

Artikel Wali Dekat Nasabnya Tetapi Jauh Tempatnya diambil dari http://www.asofwah.or.id
Wali Dekat Nasabnya Tetapi Jauh Tempatnya.

Bolehkah Wanita Nifas Melaksanakan Shalat, Puasa, Haji Sebelum Genap Empat Puluh Hari Masa Nifasnya

Kumpulan Artikel Islami

Bolehkah Wanita Nifas Melaksanakan Shalat, Puasa, Haji Sebelum Genap Empat Puluh Hari Masa Nifasnya Bolehkah Wanita Nifas Melaksanakan Shalat, Puasa, Haji Sebelum Genap Empat Puluh Hari Masa Nifasnya

Kategori Wanita - Fiqih Shalat

Senin, 16 Februari 2004 12:35:21 WIBTIDAK SADAR SELAMA DUA HARI KARENA SAKIT AKAN MELAHIRKAN TETAPI TIDAK MENGELUARKAN DARAH, WAJIBKAH MENGQADHA SHALATOlehSyaikh Abdurrahman As-Sa'diPertanyaanSyaikh Abdurrahman As-Sa'di ditanya : Jika seorang wanita mengalami sakit karena hendak melahirkan hingga tidak sadar selama dau hari namun ia belum mengeluarkan darah, apakah diharuskan baginya untuk mengqadha shalat atau tidak JawabanYa, diharuskan baginya untuk mengqadha shalat yang ia tinggalkan selama dua hari iu, karena ketidaksadaran yang disebabkan penyakit atau rasa sakit dll. Tidak menggugurkan kewajiban shalat seseorang, juga wanita itu belum mengeluarkan darah sehingga ia belum dikenakan hukum nifas.[Al-Majmu'ah Al-Kamilah Lifatawa Asy-Syaikh As-Sa'di, halaman 99]BOLEHKAH WANITA NIFAS MELAKSANAKAN SHALAT, PUASA DAN HAJI SEBELUM GENAP EMPAT PULUH HARI MASA NIFASNYAOlehSyaikh Abdul Aziz bin BaazPertanyaanSyaikh Abdul Aziz bin Baaz ditanya : Apakah wanita nifas boleh melakukan puasa, shalat dan haji jika ia sudah suci sebelum sampai hari keempat puluh dari sejak ia melahirkan JawabanYa, boleh baginya untuk melaksanakan shalat, puasa, haji dan umrah, serta boleh bagi suaminya untuk mencampurinya walaupun belum genap empat puluh hari masa nifasnya, jika umpamanya ia telah suci pada hari kedua puluh maka ia harus mandi, melaksanakan shalat, puasa dan ia halal untuk digauli oleh suaminya. Adapun hadits yang diriwayatkan dari Utsman bin Abu Al-'Ash bahwa ia memakruhkan hal itu, maka makruh disini diartikan sebagai suatu hal yang sebaiknya dijauhi sebab tidak ada dalil yang menyebutkan tentang hal ini, pernyataan makruh yang disebutkan tentang hal ini adalah hasil ijtihadnya. Pendapat yang benar adalah dibolehkan bagi wanita itu untuk melakukan hal-hal tersebut jika ia telah suci sebelum genap empat puluh hari dari sejak ia melahirkan, dan jika darah itu kembali lagi sebelum hari keempat puluh maka darah yang keluar itu dianggap sebagai darah nnifas, akan tetapi puasnya, shalatnya dan hajinya yang ia lakukan di masa suci itu adalah sah dan tidak perlu diulang.[Kitab Ad-Da'wah, Syaikh Ibnu Baaz, 1/43]BOLEHKAH SAYA SHALAT KETIKA SAYA MERASAKAN SAKIT KARENA MELAHIRKANOlehSyaikh Abdullah bin Al-JibrinPertanyaanSyaikh Abdullah bin Al-Jibrin ditanya : Bolehkah saya melaksanakan shalat ketika saya merasakan sakit karena melahirkan .JawabanSeorang wanita melakukan shalat harus dalam keadaan suci dari haidh atau nifas, akan tetapi jika ia mengeluarkan darah sehari sebelum ia melahirkan maka darah itu dianggap darah haidh, jika demikian maka tidak boleh melakukan shalat pada hari itu. Adapun jika ia tidak mengeluarkan darah, maka ia tetap diwajibkan melaksanakan shalat walaupun ia sedang merasa sakit karena proses kelahiran, sebagaimana orang sakit yang tetap diwajibkan shalat walaupun ia sedang sakit, karena adanya penyakit itu tidak menggugurkan kewajban shalat pada seseorang.[Fatawa Al-Mar'ah, Syaikh Al-Jibrin, halaman 35]HUKUM PUASA DAN SHALAT BAGI WANITA NIFASOleh Syaikh Shalih Al-FauzanPertanyaanSyaikh Shalih Al-Fauzan ditanya : Apa hukum shalat dan puasa bagi wanita nifas JawabanDiharamkan bagi wanita nifas untuk melaksanakan puasa, shalat atau thawaf di Ka'bah, sebagaimana diharamkan bagi wanita haidh, akan tetapi wajib baginya untuk mengqadha puasa fardhu yang ia tinggalkan selama masa nifas sebagaimana wanita haidh.[At-Tanbihat, Syaikh Al-Fauzan, halaman 19][Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan terbitan Darul Haq hal 162-164 penerjemah Amir Hamzah Fakhruddin]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=214&bagian=0


Artikel Bolehkah Wanita Nifas Melaksanakan Shalat, Puasa, Haji Sebelum Genap Empat Puluh Hari Masa Nifasnya diambil dari http://www.asofwah.or.id
Bolehkah Wanita Nifas Melaksanakan Shalat, Puasa, Haji Sebelum Genap Empat Puluh Hari Masa Nifasnya.

Fenomena Tahdzir, Cela-Mencela Sesama Ahlussunnah Dan Solusinya 2/3

Kumpulan Artikel Islami

Fenomena Tahdzir, Cela-Mencela Sesama Ahlussunnah Dan Solusinya 2/3 Fenomena Tahdzir, Cela-Mencela Sesama Ahlussunnah Dan Solusinya 2/3

Kategori Rifqon Ahlassunnah

Jumat, 13 Agustus 2004 15:26:12 WIBFENOMENA TAHDZIR, CELA-MENCELA SESAMA AHLUSSUNNAH DAN SOLUSINYAOlehSyaikh Abdul Muhsin Bin Hamd Al-‘Abbad Al-BadrBagian Kedua dari Tiga Tulisan [2/3]RIFQON AHLASSUNNAH BI AHLISSUNNAH [Menyikapi Fenomena TAHDZIR & HAJR]Solusi Permasalahan IniAda Beberapa Solusi Yang Bisa Diketengahkan Dalam Permaslahan Ini.Pertama.Berkaitan dengan cela mencela dan tahdzir perlu diperhatikan beberapa perkara sebagai berikut:[1] Orang-orang yang sibuk mencela ulama dan para penuntut ilmu hendaknya takut kepada Allah subhanahu wa Ta’ala dengan tindakkannya tersebut. Mereka hendaknya lebih menyibukkan diri memperhatikan kejelekkan dirinya sendiri agar bisa terbebas dari kejelekan orang lain. Mereka hendaknya berusaha menjaga kekalnya kebaikan yang dia miliki. Janganlah mereka mengurangi amal kebaikan mereka walaupun sedikit, yaitu dengan membagi-bagikannya kepada orang-orang yang dia cela. Hal itu karena mereka lebih membutuhkan kebaikan tersebut dibanding yang lain pada hari dimana harta dan anak-anak takkan berguna kecuali orang yang datang kepada Allah Ta’ala dengan hati yang selamat. [Maksudnya pada hari kiamat, -pen][2] Hendaknya mereka berhenti melakukan cela-mencela dan tahdzir, lalu menyibukkan diri memperdalam ilmu yang bermanfaat; bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu agar bisa manfaat dari ilmu tersebut dan menyampaikannya kepada orang lain yang membutuhkannya. Hendaknya mereka menyibukkan diri dengan kegiatan keilmuan, baik dengan belajar mengajar, berdakwah atau menulis. Semua itu jelas lebih membawa kebaikan. Jika mereka melakukan tindakan-tindakan yang baik seperti itu, tentu mereka dikatakan sebagai orang-orang yang membangun. Jadi, janganlah mereka sibuk mencela sesama ahlussunnah, baik yang ulama maupun penuntut ilmu, karena hal itu akan menutup jalan bagi orang-orang yang mendapatkan manfaat keilmuan dari mereka. Perbuatan-perbuatan seperti itu adalah temasuk perbuatan-perbuatan yang merusak. Orang-orang yang sibuk dengan tindakan cela-mencela seperti itu, setelah mereka meninggal tidak meninggalkan bekas ilmu yang bermanfaat, dan manusia tidak merasa kehilangan para ulama yang ilmunya bermanfaat bagi mereka, bahkan sebaliknya, dengan kematian mereka manusia merasa selamat dari keburukan.[3] Para penuntut ilmu dari kalangan ahlussunnah hendaknya menyibukkan diri dengan kegiatan keilmuan seperti membaca buku-buku yang bermanfaat, mendengarkan kaset-kaset ceramah para ulama ahlussunnah seperti Syaikh bin Baz, Syaikh Ibnu Utsiamin, daripada sibuk menelepon fulan atau si Fulan bertanya, â€Å"Bagaimana pendapatmu tentang Fulan atau Fulan” atau â€Å"Bagaimana komentarmu tentang pernyataan Fulan terhadap si Fulan dan tanggapan si Fulan terhadap si Fulan”[4] Berkaitan dengan pertanyaan tentang orang-orang yang sibuk dalam bidang keilmuan, mereka boleh dimintai fatwa atau tidak, selayaknya hal tersebut ditanyakan kepada pimpinan Lembaga Fatwa di Riyadh. Dan siapa yang mengetahui keadaan mereka, hendaknya mau melayangkan surat kepada pimpinan Lembaga Fatwa yang berisi penjelasan tentang keadaan mereka untuk dijadikan bahan pertimbangan. Hal itu dimaksudkan agar sumber penilaian cacat seseorang dan tahdzir, apabila memang harus dikeluarkan, maka yang mengeluarkan adalah lembaga yang berkompeten dalam masalah fatwa dan berwenang menjelaskan tentang siapa-siapa yang dapat diambil ilmunya dan dimintai fatwa. Tidak diragukan lagi bahwa lembaga yang dijadikan sebagai rujukan fatwa dalam berbagai permasalahan, juga selayaknya dijadikan sebagai sumber rujukan untuk mengetahui siapa yang boleh dimintai fatwa dan diambil ilmunya. Hendaknya janganlah seseorang menjadikan dirinya sebagai tempat rujukan dalam perkara yang sangat penting ini, karena sesungguhnya termasuk tanda bagusnya keislaman seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat bagi dirinya.Kedua.Berkaitan dengan cara membantah orang yang melakukan kekeliruan pendapat perlu diperhatikan beberapa perkara sebagai berikut:[1] Hendaknya bantahan tersebut dilakukan dengan penuh keramahan dan kelemah-lembutan disertai keinginan yang kuat untuk menyelamatkan orang yang salah tersebut dari kesalahannya, apabila kesalahannya jelas terlihat. Selayaknya seseorang yang hendak membantah pendapat orang lain merujuk bagaimana cara Syaikh bin Baz tatkala melakukan bantahan, untuk kemudian diterapkannya.[2] Apabila kesalahan orang yang dibantah tadi masih samar, mungkin benar atau mungkin juga salah, maka selayaknya masalah tersebut dikembalikan kepada pimpinan Lembaga Fatwa untuk diberi keputusan hukumnya. Adapun apabila kesalahannya jelas, maka wajib bagi orang yang dibantah tersebut untuk meninggalkannya. Kerena kembali kepada kebenaran adalah lebih baik dari pada tetap tenggelam dalam kebatilan.[3] Apabila seseorang telah membantah orang lain, maka berarti dia telah menunaikan kewajiban dirinya, maka hendaknya dia tidak menyibukkan diri mengikuti gerak-gerik orang yang dibantah. Sebaliknya, dia selayaknya menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat, baik bagi dirinya maupun orang lain. Begitulah sikap yang dicontohkan oleh Syaikh bin Baz.[4] Seorang penuntut ilmu tidak diperbolehkan mengajak orang lain serta memaksanya untuk memilih si Fulan [yang dibantah] atau ikut dia [yang membantah]; apabila sepakat dengannya maka dia selamat; namun apabila tidak sepakat maka di bid’ahkan dan diboikotnya.Tidak boleh seorang pun menisbatkan fenomena tabdi’ [pembid’ahan] dan hajr [pemboikotan] yang kacau seperti ini sebagai manhaj Ahlussunnah. Dan siapapun tidak diperbolehkan menggelari orang yang tidak menempuh jalan yang ngawur ini sebagai orang yang tidak bermanhaj salaf. Boikot [hajr] yang dilakukan dalam manhaj Ahlussunnah adalah boikot yang memberikan manfaat bagi orang yang diboikot, seperti boikot seorang bapak pada anaknya, Syaikh kepada muridnya, dan boikot dari pihak yang memiliki kedudukan dan derajat yang lebih tinggi kepada orang-orang yang menjadi bawahannya. Boikot-boikot seperti itu akan memberikan manfaat bagi orang yang diboikot. Namun apabila boikot itu bersumber dari dari seorang penuntut ilmu kepada penuntut ilmu yang lain, lebih-lebih pada perkara yang tidak selayaknya seseorang diboikot, maka boikot seperti itu tidak manfaat sedikit pun bagi orang yang diboikot, tetapi malah akan menimbulkan permusuhan, saling membelakangi dan saling menghalangi.[Disalin dari buku Rifqon Ahlassunnah Bi Ahlissunnah Menyikapi Fenomena Tahdzir dan Hajr, hal 69-85, Terbitan Titian Hidayah Ilahi]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=981&bagian=0


Artikel Fenomena Tahdzir, Cela-Mencela Sesama Ahlussunnah Dan Solusinya 2/3 diambil dari http://www.asofwah.or.id
Fenomena Tahdzir, Cela-Mencela Sesama Ahlussunnah Dan Solusinya 2/3.

Wanita Bermimpi Dan Mengeluarkan Cairan, Apakah Ia Wajib Mandi

Kumpulan Artikel Islami

Wanita Bermimpi Dan Mengeluarkan Cairan, Apakah Ia Wajib Mandi Wanita Bermimpi Dan Mengeluarkan Cairan, Apakah Ia Wajib Mandi

Kategori Wanita - Thaharah

Sabtu, 31 Januari 2004 09:24:21 WIBJIKA SEORANG WANITA BERMIMPI DAN MENGELUARKAN CAIRAN YANG TIDAK MENGENAI PAKAIANNYA, APAKAH IA WAJIB MANDIOlehAl-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta'PertanyaanAl-Lajnah Ad-Daimah Lil Ifta' ditanya : Saat saya bermimpi, saya segera sadar dan bangun untuk menahan keluarnya cairan pada pakaian saya, lalu saya keluarkan di kamar mandi, apakah wajib bagi saya untuk mandi atau cukup berwudhu saja untuk melakukan shalat dan membaca Al-Qur'an JawabanAnda wajib mandi karena mimpi itu menyebabkan keluar cairan, baik mani itu Anda keluarkan di pakaian Anda ataupun di kamar mandi, karena wajib mandi pada mimpi berdasarkan pada keluarnya mani sesuai dengan sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam : "Air [mandi] dikarenakan air [keluarnya mani] ", juga berdasarkan sabda Nabi Shalallahu alaihi wa salam pula, saat Ummu Salim bertanya kepada beliau : Sesungguhnya Allah tidak malu pada kebenaran, apakah wajib mandi bagi wanita yang mengalami mimpi" maka beliau bersabda'"Artinya : Ya, wajib baginya untuk mandi jika ia melihat air [mimpi itu keluarnya mani]".[Fatawa Al-Lajnah Ad-Da'imah, 5/307]WAJIB MANDIKAH BILA KELUARNYA MANI KARENA SYAHWAT TANPA BERSETUBUHPertanyaanAl-Lajnah Ad-Da'imah Lil Ifta' ditanya: Wajib mandikah bagi wanita yang mengeluarkan mani karena adanya syahwat tanpa melakukan persetubuhan JawabanJika keluarnya mani dari seorang wanita dengan disertai rasa nikmat maka wajib baginya untuk mandi.[Al-Lajnah Ad-Da'imah, 5/311][Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita Penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan Terbitan Darul Haq hal 26-27 Penerjemah Amir Hamzah Fakhruddin]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=108&bagian=0


Artikel Wanita Bermimpi Dan Mengeluarkan Cairan, Apakah Ia Wajib Mandi diambil dari http://www.asofwah.or.id
Wanita Bermimpi Dan Mengeluarkan Cairan, Apakah Ia Wajib Mandi.

Setelah Hilang Ingatan Selama 17 Tahun, Wanita MudaItu Akhirnya Sembuh

Kumpulan Artikel Islami

Setelah Hilang Ingatan Selama 17 Tahun, Wanita MudaItu Akhirnya Sembuh Isma’il bin Yahya al-Kufy berkata, “Aku memilikiseorang kakak perempuan tetapi jiwanya terganggu, ingatan sudah hilangdan suka menyendiri. Ia akhirnya ‘dikarantina’ di sebuah kamar yangterletak di loteng paling pojok. Ia tinggal di situ selama lebih dari13 tahun. Suatu malam saat aku sedang tertidur di tengah malam,tiba-tiba pintu rumahku diketuk orang. Lalu aku tanya, ‘Siapa ini.’Ia menjawab, ‘Kajjah.’ ‘Engkau kakakku,’ sela-ku. Ia menjawab, ‘Ya,kakakmu.’ Lalu aku bukakan pintu untuknya dan ia pun masuk padahalselama lebih dari 10 tahun, ia sudah tidak mengenal lagi seluk belukrumah. Ia bertutur, ‘Semalam aku kedatangan seseorang dalam tidurku,lalu dikatakan kepadaku, ‘Sesungguhnya Allah telah menjaga ayahmu,Isma’il karena Salamah, kakekmu. Dan menjagamu karena ayahmu, Isma’il.Sekarang kamu tinggal pilih; memohon kepada Allah agar penyakitmu inilenyap atau bersabar dan imbalannya surga sebab Abu Bakar dan ‘Umartelah meminta syafa’at kepada Allah untukmu karena kecintaan ayah dankakekmu itu kepada keduanya.’ Lalu aku tentu aku pilih bersabar ataskondisiku ini asalkan mendapatkan surga. Tetapi, sesungguhnya AllahMaha Luas rahmat-Nya atas seluruh makhluk-Nya, tidak ada satu pun yangterasa besar bagi-Nya. Jika Dia berkehendak; kiranya Dia gabungkankedua hal pilihan itu untukkku sekaligus.’ Lalu ada yang berkata,‘Sesungguhnya Allah telah menggabungkan kedua hal itu untukmu dantelah ridla terhadap ayah dan kakekmu berkat kecintaan keduanyaterhadap Abu Bakar RA dan ‘Umar RA. Bangunlah dan turunlah.’ LaluAllah hilangkan penyakit yang sudah sekian tahun menyertainya itu.”*

* Periwayat kisah ini termasuk salah seorang yang Tsiqaat, berasaldari Kufah. Lihat, kitab at-Tahdziib, Jld.IV, hal.155. Benar,Allah SWT akan menjaga hamba-Nya berkat keshalihannya pada anak-anakdan cucu-cucunya sepeninggalnya seperti yang disebutkan dalam firmanAllah, “Sedang ayah keduanya adalah seorang yang shalih” [QS,al-Kahf:82]; keduanya [anak yatim dalam ayat tersebut-red.,] dijagaberkat keshalihan ayah mereka.

[SUMBER: asy-Syifaa` Ba’da al-Maradl karya Ibrahim bin‘Abdullah al-Hazimy, hal.32-33, no.9 sebagai yang dinukilnya dari

Nuur al-Iqtibaas Fii Misykaah Washiyyah an-Nabiyy Li Ibn ‘Abbaskarya al-Hafizh Ibn Rajab al-Hanbaly, hal.33-34]

Artikel Setelah Hilang Ingatan Selama 17 Tahun, Wanita MudaItu Akhirnya Sembuh diambil dari http://www.asofwah.or.id
Setelah Hilang Ingatan Selama 17 Tahun, Wanita MudaItu Akhirnya Sembuh.

Apakah Ibnu Shayyad Itu Dajjal Yang Besar Itu ? 2/2

Kumpulan Artikel Islami

Apakah Ibnu Shayyad Itu Dajjal Yang Besar Itu ? 2/2 Apakah Ibnu Shayyad Itu Dajjal Yang Besar Itu 2/2

Kategori As-Saa'ah - Ad-Dajjal

Sabtu, 16 Juli 2005 11:18:15 WIBAPAKAH IBNU SHAYYAD ITU DAJJAL YANG BESAR ITU OlehYusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabil MABagian Terakhir dari Dua Tulisan 2/2Maka ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan pinangannya kepada saya, saya berkata, "Urusanku berada di tanganmu, karena itu nikahkanlah saya dengan siapa saja yang engkau kehendaki." Lalu beliau bersabda, "Pindahlah ke rumah Ummu Syarik." Dan Ummu Syarik ini adalah seorang wanita yang kaya dari kalangan Anshar yang suka melakukan infaq di jalan Allah dan biasa dikunjungi tamu-tamu. Lalu saya berkata, "Akan saya laksanakan." Kemudian beliau bersabda, "Jangan lakukan, sesungguhnya Ummu Syarik itu seorang wanita yang sering didatangi tamu-tamu, dan aku tidak suka kerudung [jilbab]mu terlepas atau pakaianmu terbuka dan tampak betismu, lalu dilihat oleh kaum itu apa yang tidak engkau sukai.Tetapi berpindahlah ke rumah putra pamanmu yaitu Abdullah bin Amr Ibnu Ummi Maktum" [seorang lelaki dari Bani Fihr, yaitu Fihr Quraisy, yang dari kalangan merekalah Abdullah dan Fatimah ini dilahirkan]. Lalu saya -kata Fatimah melanjutkan- pindah ke sana. Ketika masa 'iddah ku telah habis, saya mendengar tukang seru Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyerukan Ash-Sholaatu Jaami 'ah [Shalatlah dengan berjama'ah]. Lalu saya pergi ke masjid dan shalat bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan saya berada di shaf wanita yang ada di belakang shaf laki-laki.Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam usai melakukan shalat, beliau duduk di atas mimbar sambil tersenyum seraya berkata, "Hendaklah tiap-tiap orang tetap berada di tempat shalatnya." Kemudian beliau melanjutkan, "Tahukah kamu, mengapa saya kumpulkan kamu" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengerti." Beliau bersabda, "Demi Allah, sesungguhnya aku tidak mengumpulkan kalian karena senang atau benci. Aku kumpulkan kalian karena Tamim Ad-Dari, seorang pengikut Nasrani, telah berbai'at masuk Islam dan dia bercerita kepadaku tentang suatu masalah yang sesuai dengan apa yang pernah aku sampaikan kepada kalian mengenai Masih Ad-Dajjal.la bercerita bahwa ia pernah naik perahu bersama tiga puluh orang yang terdiri atas orang-orang yang berpenyakit kulit dan lepra. Lalu mereka dihempas ombak selama sebulan di laut, kemudian mereka mencari perlindungan ke sebuah pulau di tengah lautan hingga sampai di daerah terbenamnya matahari. Lantas mereka menggunakan sampan kecil dan memasuki pulau tersebut. Di sana mereka berjumpa seekor binatang yang bulunya sangat lebat hingga tak kelihatan mana qubulnya dan mana duburnya, karena lebat bulunya. Mereka berkata kepada binatang itu, "Busyet kamu! Siapakah kamu" Binatang itu menjawab, "Aku adalah Al-Jassasah." Mereka bertanya, "Apakah Al-Jassasah itu" Dia menjawab. "Wahai kaum, pergilah kepada orang yang berada di dalam biara ini, karena ia sangat merindukan berita kalian." Kata Tamim. "Ketika binatang itu menyebut seseorang, kami menjauhinya, karena kami takut binatang itu adalah syetan.Lalu kami berangkat cepat-cepat hingga kami memasuki biara tersebut, tiba-tiba di sana ada seorang laki-laki yang sangat besar tubuhnya dan tegap, kedua tangannya dibelenggu ke kuduknya, antara kedua lututnya dan mata kakinya dirantai dengan besi. Kami bertanya, "Siapakah engkau ini" Dia menjawab, "Kalian telah dapat menguak beritaku, karena itu beritahukanlah kepadaku siapakah sebenarnya kalian ini" Mereka menjawab. Kami adalah orang-orang dari Arab. Kami naik perahu dan kami terkatung-katung di laut dipermainkan ombak selama satu bulan, kemudian kami mencari tempat berlindung ke pulaumu ini dengan menaiki sampan kecil yang ada di sini lantas kami masuk pulau ini, dan kami bertemu seekor binatang yang bulunya sangat lebat hingga tidak kelihatan mana qabulnya dan mana duburnya karena lebat bulunya.Lalu kami bertanya, "Busyet kamu, siapakah kamu" Dia menjawab, "Aku adalah Al-Jassasah." Kami bertanya, "Apakah Al-Jassasah itu" Dia menjawab, "Pergilah kepada lelaki ini di dalam biara, karena dia sangat merindukan berita kalian." Lalu kami bergegas menemui dan meninggalkan dia, dan kami merasa tidak aman jangan- jangan dia itu syetan." Dia [lelaki itu] berkata, "Tolong kabarkan kepada kami tentang desa Nakhl Baisan." Kami bertanya, "Tentang apanya" Dia berkata, "Tentang kurmanya, apakah berbuah" Kami menjawab, "Ya." Dia berkata, "Ketahuilah, sesungguhnya pohon-pohon kurmanya itu akan tidak berbuah lagi." Dan dia bertanya lagi, "Tolong beritahukan kepadaku tentang danau Ath-Thabariyah." Kami bertanya, "Tentang apanya" Dia bertanya, "Apakah ada airnya" Kami menjawab, "Airnya banyak sekali." Dia berkata, "Ketahuilah sesungguhnya airnya akan habis." Selanjutnya dia berkata lagi, "Kabarkan kepadaku tentang negeri 'Ain Zughor." Kami bertanya, "Tentang apanya" Dia menjawab, "Apakah sumbernya masih mengeluarkan air yang dapat digunakan penduduknya untuk menyiram tanamannya" Kami menjawab, "Airnya banyak sekali, dan penduduknya menggunakannya untuk menyiram tanaman mereka." Dia berkata lagi, "Tolong beritahukan kepadaku tentang Nabi orang ummi, apakah yang dilakukannya" Kami menjawab, "Beliau telah berhijrah meninggalkan Makkah ke Yatsrib." Dia bertanya, " Apakah orang-orang Arab memeranginya" Kami menjawab, "Ya." Dia bertanya lagi, "Apakah yang dilakukannya terhadap mereka" Lalu kami beritahukan bahwa beliau menolong orang-orang Arab yang mengikuti beliau dan mereka mematuhi beliau." Dia bertanya, " Apakah benar demikian" Kami menjawab, "Benar." Dia berkata, "Ketahuilah bahwasanya Iebih baik bagi mereka untuk mematuhinya. Dan perlu saya beritahukan kepada kalian bahwa saya adalah Al-Masih [Ad- Dajjal], dan saya akan diizinkan keluar. yang nantinya saya akan berkelana di muka bumi, maka tidak ada satu pun desa melainkan saya singgahi selama empat puluh malam kecuali Makkah dan Thaibah [Madinah], karena kedua kota ini diharamkan atas saya. Setiap saya hendak memasuki salah satunya, saya dihadang oleh seorang malaikat yang menghunus pedang, dan pada tiap-tiap lorongnya ada malaikat yang menjaganya."Fatimah berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda sembari mencocokkan [menusukkan] tongkat kecilnya di mimbar, " inilah Thaibah. inilah Thaibah, inilah Thaibah," yakni Madinah. "Ingatlah. Bukankah aku telah memberi tahukan kepadamu mengenai hal itu" Orang-orang menjawab "ya" selanjutnya beliau bersabda, ,"Saya heran terhadap cerita Tamim yang sesuai dengan apa yang telah saya ceritakan kepada kalian, juga tentang kota Madinah dan Makkah. Ketahuilah bahwa dia berada di laut Syam atau laut Yaman. Oh tidak, tetapi dia akan datang dari arah timur... dari arah timur... dari arah timur..." dan beliau berisyarat dengan tangan beliau menunjuk ke arah timur. Fatimah berkata. "Maka saya hafal ini dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam." [Shahih Muslim 18: 78- 83]Ibnu Hajar berkata, "Sebagian ulama beranggapan bahwa hadits Fatimah binti Qais ini sebagai hadits gharib yang hanya diriwayatkan oleh perseorangan, padahal sebenarnya tidak demikian. Hadits ini di samping diriwayatkan dari Fatimah binti Qais juga diriwayatkan dari Abu Hurairah, Aisyah. Dan Jabir radhiyallahu 'anhum." [Fathul-Bari 13: 328][Disalin dari kitab Asyratus Sa'ah edisi Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat, Penulis Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabl MA, Penerjemah Drs As'ad Yasin, Penerbit CV Pustaka Mantiq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1487&bagian=0


Artikel Apakah Ibnu Shayyad Itu Dajjal Yang Besar Itu ? 2/2 diambil dari http://www.asofwah.or.id
Apakah Ibnu Shayyad Itu Dajjal Yang Besar Itu ? 2/2.