Sabtu, 28 Juni 2008

Peranan Wanita Di Dalam Masyarakat

Kumpulan Artikel Islami

Peranan Wanita Di Dalam Masyarakat Perbaikan masyarakat ada dua macam, yaitu:

1. Perbaikan yang Zhahir [Tampak]

Yaitu perbaikan yang biasa dilakukan di tempat-tempat terbuka, seperti:Masjid, pasar, tempat kerja dan sejenisnya. Perbaikan ini tertujukepada kelompok laki-laki karena merekalah yang banyak melakukanaktivitas di luar dan sering menampakkan diri.

2. Perbaikan di Balik Tabir [di belakang layar, red]

Ia adalah perbaikan yang dilakukan di dalam rumah. Urusan ini biasanyadiperankan oleh kaum wanita, karena merekalah pengatur urusan-urusanintern rumah tangga, sebagaimana difirmankan oleh Allah kepadaistri-istri Nabi saw , yang artinya: “Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku sepertiorang-orang Jahiliyah yang dahulu.” [Al-Ahzab: 33]

PENTINGNYA PERAN WANITA DALAM MEMPERBAIKI MASYARAKAT

Berkata penulis risalah ini [as Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin]rahimahullah, “Sesungguhnya perbaikan separuh dari jumlah masyarakatyang ada, bahkan sebagian besarnya tidak akan pernah bisa dipisahkandari peran wanita,” hal ini karena dua alasan:

Pertama, jumlah wanita sama banyak dengan jumlah laki-laki,bahkan bisa lebih banyak dari laki-laki sebagai-mana pernah disebutkandalam hadits Rasulullah shalallahu'alahi wassalam. Akan tetapi,perbandingan ini terkadang berubah-ubah setiap waktunya atauberbeda-beda antara tempat yang satu dengan yang lain. Kadangkala disuatu negara wanitanya lebih banyak dibanding laki-laki, namun dinegara lain sebaliknya, laki-lakinya yang lebih banyak.

Demikian pula pada suatu waktu terkadang wanita lebih banyak darilaki-laki dan di waktu lain terjadi sebaliknya laki-laki yang lebihbanyak. Yang jelas bagaimanapun keadaannya, wanita tetap memilikiperan yang penting dalam perbaikan masyarakat.

Ke dua, pertumbuhan generasi muda pada awalnya pasti beranjakdari pangkuan seorang ibu [wanita]. Dengan demikian, maka tampak jelasbagaimana pentingnya peran yang harus diemban oleh para wanita dalammemperbaiki masyarakat.

LANGKAH-LANGKAH YANG DITEMPUH

Langkah Pertama: Kesalehan Wanita

Hendaknya wanita yang berperan dalam memperbaiki masyarakat adalahwanita yang shalihah agar ia dapat menjadi contoh dan teladan bagiwanita lain. Agar seorang wanita mencapai derajat shalihah, maka iaharus memiliki ilmu, yaitu ilmu syar’i yang dapat ia pelajari melaluikitab-kitab [buku] atau melalui apa yang ia dengar dari lisan paraulama. Ia dapat mendengarkan rekaman ceramah-ceramah mereka, dan mediakaset ini cukup berperan dalam mengarahkan masyarakat menuju perbaikandan keshalehan.

Langkah Ke Dua: Fasih di Dalam Berbicara

Hendaknya wanita tersebut adalah wanita yang dianugerahi oleh Allahkefasihan dalam berbicara. Dengan kata lain ia mampu berbicara denganlancar dan mampu mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya dengan baikdan benar. Sehingga dapat menyingkap semua makna yang ada dalam hatidan jiwanya. Apalagi makna tersebut kadang juga ditemukan dalam diriorang lain, namun ia tidak mampu untuk meng-ungkapkannya dengankata-kata atau mungkin ia mampu mengungkapkannya, akan tetapi kurangjelas dan kurang tepat sehingga perbaikan yang diharap-kan tidakmencapai hasil yang optimal.

Agar seorang wanita [juga pria, red] dapat berbicara dengan lancar danfasih serta mampu mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya secarabenar dan jelas, maka hendaknya ia mempunyai pengetahuan bahasa Arabbaik nahwu, sharaf dan balaghah. Demikian pula [tambahan, red] iaharus menguasai bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang didakwahinya.

Langkah ke tiga: Hikmah

Hikmah dan sikap bijaksana merupakan anugerah yang diberikan olehAllah kepada hambaNya, sebagaimana firmanNya, artinya, “Allahmemberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapayang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dantak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yangberakal.” [Al Baqarah: 269]

Betapa sering tujuan tak tercapai, bahkan kesalahpahamanlah yangtimbul karena tidak adanya hikmah dan sikap bijaksana dalam berdakwah.Termasuk dalam kategori hikmah dalam berdakwah adalah memposisikanorang yang didakwahi pada posisi yang semestinya. Jika ia seorangjahil, maka ia diperlakukan sesuai keadaannya. Jika ia seorang yangmemiliki ilmu, namun pada dirinya ada sikap tafrith [menyia-nyiakan],ihmal [meremehkan] dan ghaflah [melalaikan] maka hendaknyadiperlakukan sesuai kondisinya. Begitu pula, jika seorang yang berilmunamun suka bersikap sombong dan menolak kebenaran, maka ada caratersendiri dalam memperlakukannya.

Di antara contoh penerapan hikmah di dalam dakwah RasulullahShallallaahu alaihi wa Sallam, yakni:

1. Kasus Orang Badui Kencing di Pojok Masjid.

Para sahabat ketika itu meneriakinya dan berkeinginan untukmencegahnya, namun Rasulullah dengan penuh bijaksana bersabda, ”Jangankalian putuskan kencingnya!” Maka tatkala orang tersebut selesai darikencingnya, Nabi menyuruh agar tempat yang terkena air kencingtersebut disiram dengan seember air, lalu memanggil orang Badui tadidan bersabda kepadanya, “Sesungguhnya masjid ini tidak layak untukmembuang kotoran di dalamnya, namun ia dipersiapkan untuk shalat,membaca al Qur’an dan dzikrullah.” [riwayat al Bukhari-Muslim].

Nabi membiarkan orang Badui tersebut meneruskan kencingnya, sebab jikaia berdiri untuk menghentikan kencingnya maka akan terjadi duakemungkinan:

Pertama, ia akan berdiri dalam keadaan aurat terbuka untukmenghin-dari terkenanya air kencing pada pakaiannya dan saat iaberdiri maka air kencing akan meluas. Di samping itu ia akan dilihatoleh orang banyak dalam keadaan auratnya terbuka. Maka pada saat ituakan terjadi dua mafsadah [keburukan] baru yaitu melebarnya airkencing dan terbukanya aurat di hadapan orang.

Ke dua, ia akan berdiri dengan menutup auratnya, sehinggapakaiannya akan kotor terkena air kencing. Maka untuk menghindari efektambahan ini, Nabi membiarkannya meneruskan kencing untukmeminimalisir mafsadah.

Dari sini dapat diambil pelajaran bahwa suatu kemungkaran hendaknyadibiarkan saja, jika mencegahnya ternyata akan menimbulkan kemungkaranbaru yang lebih besar. Inilah salah satu ibrah atau pelajaran yangdapat diambil dari kisah ini.

2. Seorang Shahabat Nabi Bersin pada Waktu Shalat.

Muawiyah ibnul Hakam ketika ia sedang shalat bersama RasulullahShallallaahu alaihi wa Sallam, tiba-tiba ada seseorang yang bersinlalu mengucapkan, “Alhamdulillah”, maka Muawiyah mengucapkan, “Yarhamukallah”.Seketika itu juga para shahabat yang lain memandanginya pertanda marahdengan kejadian itu, maka Muawiyah berkata, “Celaka kalian!” laluorang-orang pada menepuk pahanya masing-masing sebagai isyarat agar iadiam, iapun lalu diam.

Setelah selesai shalat, Rasulullah memanggil Muawiyah dan bersabda,“Shalat itu tidak boleh ada perkataan manusia di dalamnya sedikitpun,namun shalat hanyalah takbir dan membaca al Qur’an.” Maka berkatalahMuawiyah, “Aku tidak pernah melihat seorang guru yang lebih bagus caramengajarnya dari pada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam. DemiAllah, beliau tidak membentakku dan tidak pula menghardikku.”

3. Seorang Laki-Laki yang Memakai Cincin Emas.

Ia memakai cincin tersebut, padahal Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallamsudah menjelaskan haramnya emas bagi kaum laki-laki dari umat ini.Maka beliau bersabda, “Salah seorang dari kalian sengaja mengambilbara api kemudian ia taruh di tangannya”, lalu Nabi Shallallaahualaihi wa Sallam mencopot cincin itu [dari tangan orang tersebut],kemudian melemparkannya. Setelah Nabi pergi orang-orang berkatakepadanya, “Ambillah cincinmu itu dan manfaatkanlah.” Maka ia menjawab,“Aku tidak akan mengambil cincin yang telah dibuang oleh RasulullahShallallaahu alaihi wa Sallam.”

Di dalam kasus ini Rasulullah bersikap agak keras, hal ini dikarenakanorang tersebut sudah mengetahui tentang haramnya memakai emas bagikaum laki-laki. Sikap ini berbeda dengan [sikap] beliau ketikamenghadapi orang yang belum mengerti, sebagaimana di dalam contohsebelumnya.

Langkah Ke empat: Bisa Mendidik dengan Baik.

Seorang wanita hendaknya bisa mendidik anak-anaknya dengan baik,karena anak-anak adalah harapan di masa depan. Pada awalpertumbuhan-nya, anak-anak lebih banyak bergaul dengan ibu mereka.Jika sang ibu memiliki akhlak dan perilaku yang baik, maka kelakanak-anak tersebut akan mempunyai andil yang sangat besar di dalammemperbaiki masyarakat.

Oleh karenanya, seorang wanita yang memiliki anak-anak harusmemperhatikan pendidikan mereka. Seandainya ia sendiri tidak mampuuntuk memperbaiki dan mendidik mereka maka hendaknya ia memintabantuan dari ayah anak-anak tersebut. Jika anak-anak sudah tidak punyaayah, maka bisa meminta bantuan kepada wali mereka, seperti: Saudara,paman, anak saudara [keponakan] dan selainnya.

Seorang wanita juga tidak boleh menyerah dengan keadaan dan berdiamdiri sebab jika demikian maka perubahan dan perbaikan tak akan bisaterlakasan dengan baik.

Langkah Ke lima: Giat di dalam Berdakwah

Hendaknya seorang wanita giat di dalam meningkatkan taraf keilmuankaumnya. Hal itu dapat dilakukan di tengah-tengah masyarakat, baiksekolah, universitas ataupun jenjang yang lebih tinggi lagi. Hal itujuga dapat dilakukan disela-sela ziarah atau kunjungan antara sesamawanita dengan menyampaikan beberapa kalimat yang mungkin bermanfaatbagi mereka.

Tidak diragukan lagi bahwa peran aktif kaum wanita di dalam berdakwah,mengadakan kajian-kajian ilmu syar’i, pengajaran Bahasa Arab khususbagi mereka merupakan amalan yang bagus dan layak mendapat acunganjempol. Pahala dari ilmu yang bermanfaat akan terus mengalir,sekalipun mereka telah meninggal dunia, sebagaimana yang pernahdisabdakan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam.

Kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala , semoga Dia berkenanmenjadikan kita semua sebagai da’i yang mendapatkan petunjuk. Da’iyang baik dan senantiasa berusaha memperbaiki orang lain. Dan semogaDia juga memberikan rahmatNya, sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang MahaMemberi.

Dari nasyrah Darul Wathan “daur al mar’ah fi ishlah al mujtama”fadhilatus Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullah . [Ma’rufHajar].

Artikel Peranan Wanita Di Dalam Masyarakat diambil dari http://www.asofwah.or.id
Peranan Wanita Di Dalam Masyarakat.

Tidak ada komentar: