Sabtu, 07 Juni 2008

Nasihat Kepada Para Gadis Remaja

Kumpulan Artikel Islami

Nasihat Kepada Para Gadis Remaja Dengan terbata-bata dan diiringi linangan air matapenyesalan seorang remaja putri bertutur,Peristiwa ini bermula hanya dari pembicaraan melalui telepon antaradiriku dengan seorang pria, lalu berlanjut membuahkan kisah cinta diantara kami. Ia merayu bahwa dirinya sangat mencintaiku dan inginsegera meminangku. Dia berharap dapat bertemu muka denganku, namunaku sungguh merasa keberatan, bahkan aku mengancam ingin menjauhidirinya, kemudian menyudahi hubungan ini. Akan tetapi aku tak kuasamelakukan itu. Maka aku putuskan dengan mengirimkan fotoku dalamsebuah surat cinta yang semerbak dengan wangi aroma bunga mawar.

Gayung bersambut suratku pun dibalas olehnya, dan semenjak itu kamisering saling kirim surat. Suatu ketika melalui surat, ia mengajakkuuntuk keluar pergi berduaan, aku menolak dengan keras ajakan itu.Tetapi ia balik mengancam akan membeberkan semua tentang diriku,foto-fotoku, surat cintaku, dan obrolanku dengannya selama ini melaluitelepon, yang ternyata ia selalu merekamnya. Aku benar-benar dibuattak berdaya oleh ancamannya.

Akhirnya aku pun pergi keluar bersamanya dan berharap dapat pulangkembali ke rumah dengan secepatnya. Memang aku pun akhirnya pulang,namun sudah bukan sebagai diriku yang dulu lagi, aku telah berubah.Aku kembali ke rumah dengan membawa aib yang berkepanjangan, dan suatuketika kutanyakan kepadanya, Kapan kita akan menikah Apakah tidaksecepatnya Namun ternyata jawaban yang ia berikan sungguh menyakitkan,dengan nada menghina dan merendahkanku ia berkata, Aku tak maumenikah dengan wanita rendahan sepertimu!

Wahai saudariku tercinta!

kini engkau tahu bagaimana akhir dari hubungan kami yang jelas-jelasterlarang dalam agama ini. Oleh karena itu waspada dan berhati-hatilahjangan sampai engkau terjerumus dalam hubungan semacam itu. Jauhilahteman yang buruk perangai, yang suatu saat bisa saja iamenjerumuskanmu lalu menyeretmu ke dalam pergaulan yang rendah danterlarang. Ia hiasi itu semua sehingga seakan-akan menarik danmerupakan hal biasa yang tidak akan berakibat apa-apa, tak akan adaaib dan lain sebagainya.

Jangan percaya omongannya, sekali lagi jangan gampang percaya! Itusemua tak lain adalah tipu daya yang dilancarkan oleh syetan danteman-temannya. Dan jika engkau tak mau berhati-hati maka sungguhhubungan haram itu akan berakibat sebagaimana yang telah kusebutkan diatas atau bahkan lebih parah dan menyakitkan lagi.

Berhati-hatilah jangan sampai engkau terpedaya dengan bujuk rayu paralaki-laki pendosa itu yang kesukaannya hanya mempermainkan kehormatanorang lain. Mereka adalah pembohong, pendusta dan pengkhianat, walausalah satu dari mulut mereka terkadang menyampaikan kejujuran dankeikhlasan. Apa yang diinginkan mereka adalah sama, dan semua orangyang berakal mengetahui itu, seakan tiada yang tersembunyi. Berapakali kita mendengarkan, demikian juga selain kita tentang perilakukeji mereka terhadap para gadis remaja.

Namun sayang seribu sayang bahwa sebagian para gadis tak bisamengambil pelajaran dari peristiwa memalukan yang menimpa gadislainnya. Mereka tak mempercayai segala ucapan dan nasehat yangdiberikan kecuali setelah peristiwa itu benar-benar menimpa, dansetelah terlanjur menjadi korban kebiadaban lelaki amoral itu. Tatkalamusibah dan aib yang mencoreng muka telah terjadi, maka ketika itulahia baru terbangun dari keterlenaannya, timbullah penyesalan yangmendalam atas segala yang telah dilakukannya. Ia berangan-angan agaraib, derita, dan kegetiran itu segera berakhir, namun musim telahberlalu dan segalanya telah terjadi,yang hilang tiada mungkin kembali! Mengapa semua jadi begini

Saudariku Tercinta!

Bagi yang terlanjur jatuh dalam hubungan yang haram dan terlarang,

jika mau berpikir maka tentu ia akan menjauhi cara seperti itu sejakawal mulanya. Sehingga tak seorang pun bisa mengajaknya demikianberpetualang dalam cinta. Sebab dalam petualangan tersebutmempertaruhkan sesuatu yang paling mulia yang merupakan lambang hargadiri dan kesucian wanita. Jika sekali telah hilang, maka tak akanmungkin kembali selamanya. Wanita mana yang menginginkan agar miliknyayang paling berharga hilang begitu saja dengan sia-sia demi kesenangansekejap Lalu setelah itu kembali ke tengah-tengah keluarga danmasyarakat dalam keadaan terhina dan tersisih tiada mampu mendongakkankepala

Tiada lagi laki-laki yang mengingin kannya, hidup terkucil dan penuhkerugian yang selalu mengiringi sisa umurnya. Hatinya makin terirismanakala melihat teman sebayanya atau yang lebih muda telah menjadiseorang istri, seorang ibu rumah tangga dan pendidik generasi muda.

Oleh karena itu wahai saudariku, pikirkanlah semua ini! Jauhilaholehmu hubungan muda-mudi yang melanggar aturan agama agar engkautidak menjadi korban selanjutnya. Ambillah pelajaran dari peristiwayang menimpa gadis selainmu, dan jangan sampai engkau menjadipelajaran yang diambil oleh mereka. Ketahuilah bahwa wanita yangterjaga kehormatannya itu sangatlah mahal, jika ia mengkhianati dantak menjaga kehormatan itu, maka kehinaanlah yang pantas baginya.Tetaplah engkau pada kondisi jiwamu yang suci dan mulia dan janganlahsekali-kali engkau membuatnya hina serta menurunkan martabat danketinggian nilainya.

Jangan kau kira bahwa untuk mendapatkan seorang suami yang baik hanyadapat diperoleh melalui obrolan lewat telepon ataupun pacaran danpergaulan bebas. Banyak di antara mereka yang jika dimintaipertanggung jawaban agar segera menikah justru mengatakan:

Bagaimana mungkin aku menikahi wanita sepertinya.

Bagaimana pula aku rela dengan tingkah laku dan caranya.

Bagi wanita yang telah mengkhianati kehormatannya sehari saja.

Maka tiada mungkin bagi diriku untuk memperistrinya.

Bila engkau tak menginginkan jawaban yang menyakitkan seperti ini makajangan sekali-kali menjalin hubungan terlarang, cegahlah sedinimungkin. Selagi dirimu dapat mengen-dalikan segala urusan yangmenyangkut pribadimu, maka kemuliaan dan harga diri akan terjaga.Carilah suami dengan cara yang baik dan benar, sebab kalau toh engkaumendapatkannya dengan cara gaul bebas dan cara-cara lain yang tidakbenar, maka biasanya akan berakibat tersia-sianya rumah tangga danbahkan perceraian. Rata-rata kehidupan mereka dipenuhi oleh duri,saling curiga, menuduh, dan penuh ketidakpercayaan.

Jangan kau percayai propaganda sesat yang berkedok kemajuan zamanatau mereka yang menggembar-gemborkan kebebasan kaum wanita yangmengharuskan menjalin cinta terlebih dahulu sebelum menikah.Janganlah terkecoh, sebab cinta sejati tak akan ada kecuali setelahmenikah. Sedang selain itu, maka pada umumnya adalah cinta semu, hanyamengikuti angan-angan dan fatamorgana, sekedar menuruti kesenangan,hawa nafsu, dan pelampiasan emosi belaka.

Ingatlah bahwa kehidupan dunia ini sangatlah singkat dan sementara,mungkin sebentar lagi engkau akan meninggalkannya. Maka jika ternyataengkau telah terkhilaf dengan dosa-dosa segera saja bertaubat memohonampunan sebelum ada dinding penghalang antara taubat dengan dirimu.Demi Allah nasihat ini kusampaikan dengan tulus untukmu dan itu semuasemata-mata karena rasa sayang dan cintaku kepadamu.

Sumber: Buletin Darul Wathan “nihayatu fatah”

Artikel Nasihat Kepada Para Gadis Remaja diambil dari http://www.asofwah.or.id
Nasihat Kepada Para Gadis Remaja.

Masa Bahagia Yang Pendek Jangan Engkau Pendekkan Lagi Dengan Kegundahan Dan Kekeruhan Pikiran

Kumpulan Artikel Islami

Masa Bahagia Yang Pendek Jangan Engkau Pendekkan Lagi Dengan Kegundahan Dan Kekeruhan Pikiran Masa Bahagia Yang Pendek Jangan Engkau Pendekkan Lagi Dengan Kegundahan Dan Kekeruhan Pikiran

Kategori Al-Wasailu Al-Mufidah

Minggu, 1 Mei 2005 04:10:54 WIBMASA BAHAGIA YANG PENDEK ITU, JANGANLAH ENGKAU PENDEKKAN LAGI DENGAN KEGUNDAHAN KELARUTAN DALAM KEKERUHAN PIKIRAN.OlehSyaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dyOrang yang bijak mengetahui bahwa hidupnya yang sehat dan benar adalah hidup yang penuh dengan kebahagiaan dan ketentraman, dan bahwasanya itu pendek sekali. Maka, tidaklah sepatutnya ia memendekkannya lagi dengan kegundahan dan kelarutan bersama kekeruhan pikiran. Karena, hal itu bertentangan dengan hidup sehat dan benar. Maka orang yang bijak sangat menghemat hidupnya, jangan sampai hari-harinya hilang begitu saja dirampas kegundahan dan kekeruhan pikiran.Dalam hal ini tidak ada bedanya antara orang-orang yang taat dan orang yang jahat. Hanya saja, dalam mewujudkan kehidupan sehat bahagia ini, orang mu’min memiliki nilai lebih dan perolehan lebih di sisi manfaat duniawi maupun ukhrawi.YAKINLAH, BAHWA COBAAN ITU KECIL DIBANDING BESARNYA KARUNIA.Demikian halnya, jika ia tertimpa atau khawatir tertimpa cobaan atau hal yang tidak diinginkannya, seyogianya ia membandingkan ni’mat-ni’mat yang masih melekat padanya, baik di sisi kehidupan religi atau duniawi, dengan cobaan-cobaan yang menimpanya itu. Maka, saat membandingkan antara keduanya itu, akan nyata betapa banyaknya ni’mat yang dirasakannya dan betapa kecilnya cobaan yang menimpanya.Begitu juga, seyogianya ia membandingkan bahaya yang dikhawatiri akan terjadinya itu dengan banyaknya peluang kemungkinan terhindar darinya. Maka, janganlah ia membiarkan kemungkinan yang lemah tadi mengalahkan banyaknya kemungkinan yang kuat itu. Dengan ini, akan sirnalah kegundahan dan kekhawatirannya. Hendaknya ia pun memperhitungkan kemungkinan terbesar yang dimungkinkan menimpanya. Lalu, ia kuatkan hatinya untuk menghadapinya kalaupun terjadi, dan berupaya untuk mencegah yang belum terjadi dan menangkis atau meringankan cobaan yang terjadi.[Disalin dari buku Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa’idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1419&bagian=0


Artikel Masa Bahagia Yang Pendek Jangan Engkau Pendekkan Lagi Dengan Kegundahan Dan Kekeruhan Pikiran diambil dari http://www.asofwah.or.id
Masa Bahagia Yang Pendek Jangan Engkau Pendekkan Lagi Dengan Kegundahan Dan Kekeruhan Pikiran.

Memandang Ringan Segala Cobaan Dan Jangan Mudah Terguncang Oleh Bayangan Buruk

Kumpulan Artikel Islami

Memandang Ringan Segala Cobaan Dan Jangan Mudah Terguncang Oleh Bayangan Buruk Memandang Ringan Segala Cobaan Dan Jangan Mudah Terguncang Oleh Bayangan Buruk

Kategori Al-Wasailu Al-Mufidah

Jumat, 7 Januari 2005 16:24:54 WIBMEMANDANG RINGAN SEGALA COBAANOlehSyaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dyDiantara sarana yang paling bermanfaat untuk sirnanya keguncangan dan kegundahan manakala seorang hamba tertimpa aneka bencana adalah hendaknya ia berupaya memandang dan menjadikannya ringan. Yaitu, dengan mengandaikan atau membayangkan kemungkinan yang lebih buruk dari yang telah terjadi, dan ia kuatkan hatinya dalam menghadapinya. Jika ia lakukan itu, hendaknya ia berupaya, sejauh kemungkinanm untuk meringankan apa yang mungkin diringankan . Maka, dengan penguatan hati dan upaya yang bermanfaat semacam ini akan hilanglah kegelisahan dan kegundahannya, dan berganti menjadi upaya keras untuk meraih berbagai hal yang bermanfaat dan menangkis berbagai madharat yang menimpa hamba.Lalu, jika ia terhampiri beberapa penyebab ketakutan, penyebab sakit, penyebab kemiskinan dan ketaktercapainya aneka hal yang disenanginya, hendaklah menghadapinya dengan tenang dan menguatkan hati dalam menanggung derita cobaan akan meringankannya dan menghilangkan tekanannya. Terutama jika ia menyibukkan dirinya untuk menangkis cobaan itu sebatas kemampuannya. Dengan itu, menyatulah dalam dirinya tekad mengukuhkan batin seiring berupaya yang bermanfaat, yang hal itu akan membuatnya tidak kalut oleh berbagai musibah. Ia tekan dirinya agar memperbaharui kekuatannya untuk melawan berbagai cobaan dan bencana, seiring bersandar dan percaya penuh kepada Allah. Tidak diragukan, bahwa upaya-upaya ini memiliki manfaat yang sangat agung untuk terwujudnya suatu kegembiraan dan kelapangan dada, di samping ia pun terus berharap pahala, baik didunia maupun di akhirat. Hal ini sudah dicoba dan disaksikan keberhasilannya. Bukti-bukti keberhasilannya bagi mereka yang telah mecobanya banyak sekali.JANGAN MUDAH TERGUNCANG OLEH BAYANGAN BURUKDi antara terapi yang paling hebat untuk penyakit syaraf hati, bahkan juga penyakit tubuh, adalah ketahanan dan kekuatan hati serta tidak mudah terguncang atau larut oleh bayang-bayang atau khayalan-khayalan buruk yang dipengaruhi oleh pikiran buruk. Karena, bila mana manusia takluk kepada khayalan-khayalan buruk dan hatinya mudah larut oleh pengaruh-pengaruh emosional yang berupa : rasa takut akan teridapnya penyakit atau semacamnya, mudah marah ataupun terganggunya pikiran oleh hal-hal yang memedihkan perasaaannya, dan membayangkan akan terjadinya bencana ataupun akan hilangnya segala yang disenanginya, kegundahan, penyakit dalam maupun luar dan rusaknya syaraf, yang hal itu mempunyai berbagai efek buruk, yang semua orang menyaksikan sendiri bahayanya yang banyak.[Disalin dari buku Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa’idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia hal 29-35, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1286&bagian=0


Artikel Memandang Ringan Segala Cobaan Dan Jangan Mudah Terguncang Oleh Bayangan Buruk diambil dari http://www.asofwah.or.id
Memandang Ringan Segala Cobaan Dan Jangan Mudah Terguncang Oleh Bayangan Buruk.

Mengingkari Tauhid Asma Wa Sifat

Kumpulan Artikel Islami

Mengingkari Tauhid Asma Wa Sifat Mengingkari Tauhid Asma Wa Sifat

Kategori Tauhid

Rabu, 9 Juni 2004 09:48:33 WIBMENGINGKARI TAUHID ASMA WA SIFATOlehSyaikh Shalih bin Fauzan Al-FauzanPertanyaanSyaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Apa yang dapat kita katakan kepada mereka yang mengingkari Tauhid Asma wa Sifat dan menganggapnya sebagai sesuatu yang dibuat oleh orang-orang belakangan Jawaban.Tauhid Asma wa Sifat termasuk salah satu dari tiga macam Tauhid : Tauhid Uluhiyah, Tauhid Rububiyah dan Tauhid Asma wa Sifat.Mereka yang mengingkari Tauhid Asma wa Sifat berarti mengingkari salah satu macam Tauhid. Mereka yang ingkar ini tidak lepas dari dua keadaan yang berikut.Pertama.Mengingkarinya setelah mengetahui bahwa itu memang benar adanya. Mereka mengingkarinya secara sengaja, dan mengajak yang lain untuk mengingkarinya. Maka mereka yang berlaku seperti ini telah kafir karena mengingkari apa yang telah Allah tetapkan untuk diriNya. Padahal mereka mengetaui hal tersebut tanpa perlu takwil-nya.Kedua.Hanya ikut-ikutan kepada orang lain karena rasa percaya dan menyangka bahwa ia berada di atas kebenaran. Atau karena salah dalam menafsirkan, sementara ia menyangka berada di atas kebenaran. Mereka melakukan hal ini bukan karena sengaja mengingkari, tetapi karena ingin mensucikan Allah Subhanahu wa Ta’ala ‘menurut pengakuan mereka’. Maka mereka-mereka yang seperti ini adalah orang-orang yang tersesat dan salah karena ikut-ikutan atau mentakwil [menafsirkan] sendiri.Kafirnya kelompok yang pertama sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala tentang kaum musyrikin.â€Å"Artinya : … Padahal mereka kafir [ingkar] kepada Ar-Rahman [Tuhan Yang Maha Pemurah] …” [Ar-Ra’d : 30]Syaikh Sulaiman bin Abdullah di dalam kitabnya, Taysir Al-Aziz, berkata, â€Å"Karena Allah telah menanamkan mereka yang mengingkari satu dari nama-namaNya [yaitu Ar-Rahman] dengan kafir, maka hal ini menunjukkan bahwa mengingkari bagian dari nama-nama dan sifat-sifatNya adalah kafir. Dengan demikian, siapa saja yang mengingkari sesuatu dari nama-nama dan sifat-sifatNya, baik itu orang-orang filsafat, Jahmiyah, Mu’tazilah, atau selain mereka-pun termasuk kafir, sesuai dengan kadar pengingkaran mereka terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah tersebut” [Lihat Taysir Aziz Al-Hamid hal. 575]Beliau juga berkata, â€Å"Bahkan kami katakan, ‘Barangsiapa yang tidak beriman kepada nama-nama dan sifat-sifatNya, maka dia bukan termasuk orang-orang yang beriman. Dan barangsiapa di dalam hatinya ada rasa keberatan akan hal itu, maka dia seorang munafik” [Lihat Taysir Aziz Al-Hamid hal. 588]Tauhid Asma dan Sifat bukanlah sesuatu yang baru dimunculkan oleh orang-orang belakangan. [Bukanlah] Anda telah mendengar hukum bagi siapa saja yang mengingkari nama Allah Ar-Rahman ! Dan [bukankah] mengimani Tauhid ini terdapat dalam pembicaraan para Shahabat, Tabi’in, Imam yang Empat, dan yang lainnya dari kalangan Salaf.Imam Malik, ketika ditanya tentang masalah istiwa [tingginya] Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas Arsy-Nya berkata, â€Å"Istiwa [Allah] sudah sama dipahami, dan bagaimana [hakikat]nya tidak diketahui, sementara mengimaninya adalah wajib, dan bertanya tentang bagaimana [hakikat] Allah ber-istiwa adalah bid’ah”. [Lihat Mukhtasar Al-Uluw oleh Imam Dzahabi hal.141]Abdullah bin Mubarak berkata, â€Å"Kita mengetahui bahwa Tuhan kita berada di atas langit yang tujuh ; ber-istiwa di atas Arsy-Nya ; terpisah dari makhluk-Nya. Kami tidak mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Jahmiyah” [Lihat Mukhtasar Al-Uluw oleh Imam Dzahabi hal.151]Imam Al-Auza’iy berkata, â€Å"Kami dan para Tabi’in mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah penyebutannya [1] di atas ‘Arsy-Nya dan kami mengimani apa saja yang terdapat di dalam Sunnah” [Lihat Mukhtasar Al-Uluw oleh Imam Dzahabi hal.138]Imam Abu Hanifah berkata, â€Å"Barangsiapa yang mengatakan, ‘Saya tidak tahu apakah Tuhan saya berada di langit atau bumi, berarti dia telah kafir karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.â€Å"Artinya : Allah ber-istiwa di atas arsy-Nya” [Thaha : 5]Dan arsy-Nya berada diatas langit yang tujuh” [Lihat Mukhtasar Al-Uluw oleh Imam Dzahabi hal.136]Jika Anda ingin lebih jauh mengetahui tentang perkataan para salaf dalam masalah ini, maka lihat kitab Ijtima Al-Juyusy Al-Islamiyah ‘Ala Ghazwi Al-Mu’aththilah wal Jahmiyah [Bersatunya Tentara Islam dalam Memerangi Aliran Mu’ththilah dan Jahmiyah] oleh Imam Ibnu Al-Qayyim.Beberapa ulama memasukan Tauhid Asma dan Sifat ke dalam Tauhid Rububiyah dengan mengatakan bahwa Tauhid ada dua macam : Tauhid Fi Al-Marifat wa Al-Itsbat, yaitu Tauhid Rububiyah [dan masuk kedalamnya Tauhid Asma dan Sifat], dan Tauhid Fi Ath-Thalabi wa Al-Qashdi, yaitu Tauhid Uluhiyah. Akan tetapi, ketika mulai muncul orang-orang yang mengingkari Tauhid Asma dan Sifat, maka dijadikanlah Tauhid ini tersendiri untuk menetapkan masalah penetapannya dan menolak mereka yang mengingkarinya.Tiga macam Tauhid ini terdapat di dalam Al-Qur’an, terkhususkan pada awal-awal surat. Sebaiknya kitab pertama yang hendaknya Anda baca adalah kitab â€Å"Madarij as-Salikiin” oleh Ibnu Qayyim.[Al-Muntaqa min Fatawa Syaikh Shalih bin Fauzan III/19-20 Di salin ulang dari Majalah Fatawa edisi 4/I/Dzulhijjah 1423H]_________Foote Note.[1] Maksudnya jika menyatakan keberadaan Allah, maka akan dikatakan sebagaimana pernyataan di atas.

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=794&bagian=0


Artikel Mengingkari Tauhid Asma Wa Sifat diambil dari http://www.asofwah.or.id
Mengingkari Tauhid Asma Wa Sifat.

Hukum Penyanderaan Dan Pembajakan Pesawat 2/2

Kumpulan Artikel Islami

Hukum Penyanderaan Dan Pembajakan Pesawat 2/2 Hukum Penyanderaan Dan Pembajakan Pesawat 2/2

Kategori Al-Irhab = Terorisme

Sabtu, 9 Juli 2005 20:33:24 WIBHUKUM PENYANDERAAN DAN PEMBAJAKAN PESAWATOlehSyaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin BazBagian Terakhir dari Dua Tulisan 2/2Tidaklah dibenarkan beralasan dengan perbuatan kaum muslimin [secara mayoritas] pada masa sekarang untuk berhukum dengan undang-undang konvensional, perbuatan mereka bukan merupakan alasan untuk menjadi pembenaran dan pembolehan bahkan itu merupakan kemungkaran yang paling besar, walaupun orang banyak melakukannya. Perbuatan kebanyakan orang pada suatu hal tidak bisa dijadikan dalil untuk membenarkan hal tersebut, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.â€Å"Artinya : Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta [terhadap Allah]” [Al-An’am : 116]Setiap hukum yang menyelisihi syariat [hukum] Allah adalah hukum jahiliyah, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.â€Å"Artinya : Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan [hukum] siapakah yang lebih baik daripada [hukum] Allah bagi orang-orang yang yakin ” [Al-Maidah : 50]Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabarkan bahwasanya berhukum dengan selain yang diturunkan Allah merupakan kekufuran, kezhaliman dan kefasikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.â€Å"Artinya : Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir” [Al-Maidah : 44]â€Å"Artinya : Barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zhlim” [Al-Maidah : 45]â€Å"Artinya : Barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang dirturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik” [Al-Maidah : 47]Ayat-ayat di atas beserta maknanya mewajibkan kaum muslimin untuk berhati-hati dari berhukum dengan selain yang diturunkan oleh Allah, berlepas dari hukum selain Allah, berlomba-lomba melaksanakan hukum Allah dan RasulNya, melapangkan hati serta menerimanya. Dan jika bahaya mencakup secara menyeluruh seperti pembajakan [pesawat], maka wajib mengembalikan permasalahan tersebut kepada Allah dan RasulNya yang lebih utama dan paling ditekankan dari selainnya dan merupakan kewajiban yang paling besar karena Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui, Maha Pemurah dan yang paling mengetahui tentang hal-hal baik bagi hambaNya, serta Dialah yang menolak bahaya dan mencegah kerusakan masa sekarang dan masa akan datang.Maka sudah seharusnya untuk mengembalikan segala perselisihan kepada Kitabullah dan Sunnah NabiNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena keduanya telah mencukupi, menjawab secara tuntas, solusi bagi segala permasalahan, serta dapat memberikan penyelesaian dari segala kejahatan bagi orang yang berpegang teguh, istiqamah dan berhukum dengan keduanya, menjadikan keduanya sebagai hakim sebagaimana telah dijelaskan pada ayat-ayat muhkamat [ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya, dapat dipahami dengan mudah].Karena besarnya dampak yang ditimbulkan oleh tindakan ini [pembajakan], saya berpendapat bahwasanya wajib untuk mengeluarkan pernyataan sebagai sebuah nasehat, tanggung jawab, memperingatkan masyarakat umum dari hal ini serta sebagai bentuk tolong menolong dengan pihak yang berwenang dalam kebaikan dan ketakwaan.Hanyalah Allah tempat memohon agar memperbaiki keadaan kaum muslimin, memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus, dan memberikan taufiq kepada pemerintah untuk berhukum dengan syari’at Islam serta berpegang teguh dalam segala hal. Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Mahamulia. Shalawat dan salam semoga tercurah atas hamba-hamba sekaligus RasulNya Nabi kita Muhammad, keluarga serta para sahabat beliau.JAWABAN PARA IMAM SEPUTAR HUKUM MENCELA PARA ULAMA[Sa’ad bin Atiq, Muhammad bin Ibrahim, Umar bin Salim, Muhammad bin Abdul Latif, Abdullah Al-Anqori] berkata :Di antara perkara yang perlu diperingatkan adalah apa yang dilakukan oleh orang-orang jahil [terhadap para ulama] dengan melemparkan tuduhan terhadap ahli ilmu dan agama bahwa mereka [ahlu ilmu dan agama] suka menjilat dan merendahkan ahli ilmu, mengatakan bahwa mereka tidak mentaati perintah Allah yang telah diwajibkan atas mereka serta menyembunyikan kebenaran dan tidak menjelaskannya.Orang-orang jahil ini tidak mengetahui bahwa tuduhan terhadap ahli ilmu dan agama serta merampas kehormatan kaum mukminin merupakan racun yang mematikan, penyakit yang tersembunyi dan dosa yang sangat nyata, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.â€Å"Artinya : Dan orang-orang yang menyakiti orang-rang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” [Al-Ahzab ; 58]Rendahkan mereka, tidak ada tempat bagi ayah kalian untuk dicela atau istilah tempat yang telah mereka duduki.Jika orang yang adil melihat ayat-ayat ini, haidts-hadits, atsar-atsar dan perkataan para muhaqqiq dari ahli ilmu dan petunjuk, serta mengetahui bahwasanya ia akan berdiri dihadapan Allah dan mengetahui bahwa ia akan ditanya tentang apa yang ia ucapkan dan ia perbuat, niscaya ia akan berhenti pada batas-batasnya serta tidak menyibukkan diri dengan aib orang lain.Adapun orang yang telah dirasuki dengan kebodohan dan hawa nafsu, merasa kagum dengan pendapatnya maka tidak ada cara untuk menyelamatkannya, kita memohon kepada Allah dengan ampunanNya dan bagi saudara kita sesama muslim. Sesungguhnya Allah Maha Penolong dan Maha Berkuasa atasnya.[Nashihatun Muhimmatun Fii Tsalatsati Qadaya][Disalin dari kitab Fatawa Al-Aimmah Fil An-Nawazil Al-Mudlahimmah edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Seputar Terorisme, Penyusun Muhammad bin Husain bin Said Ali Sufran Al-Qathani, Terbitan Pustaka At-Tazkia]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1480&bagian=0


Artikel Hukum Penyanderaan Dan Pembajakan Pesawat 2/2 diambil dari http://www.asofwah.or.id
Hukum Penyanderaan Dan Pembajakan Pesawat 2/2.

Menjaga Lisan Agar Selalu Berbicara Baik 3/3

Kumpulan Artikel Islami

Menjaga Lisan Agar Selalu Berbicara Baik 3/3 Menjaga Lisan Agar Selalu Berbicara Baik 3/3

Kategori Rifqon Ahlassunnah

Kamis, 13 Mei 2004 08:49:52 WIBMENJAGA LISAN AGAR SELALU BERBICARA BAIKOlehSyaikh Abdul Muhsin Bin Hamd Al-‘Abbad Al-BadrBagian Terakhir dari Tiga Tulisan [3/3]RIFQON AHLASSUNNAH BI AHLISSUNNAH [Menyikapi Fenomena TAHDZIR & HAJR]Diriwayatkan bahwa Yahya bin Abi Katsir pernah berkata, â€Å"Seseorang yang baik perkataannya dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya, dan orang yang jelek perkataannya pun dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya”.Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 2581 dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda.â€Å"Artinya : Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut Para sahabat pun menjawab, ‘Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda. ‘Beliau menimpali, ‘Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat, akan tetapi, ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka”.Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang panjang dalam kitab Shahihnya no. 2564 dari Abu Hurairah, yang akhirnya berbunya.â€Å"Artinya : Cukuplah seseorang dikatakan buruk jika sampai menghina saudaranya sesama muslim. Seorang muslim wajib manjaga darah, harta dan kehormatan orang muslim lainnya”Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya hadits no. 1739 ; begitu juga Muslim [4] dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah pernah berkhutbah pada hara nahar [Idul Adha]. Dalam khutbah tersebut beliau bertanya kepada manusia yang hadir waktu itu, â€Å"Hari apakah ini” Mereka menjawab, â€Å"Hari yang haram”. Beliau bertanya lagi, â€Å"Negeri apakah ini” Mereka menjawab, â€Å"Negeri Haram”. Beliau bertanya lagi, â€Å"Bulan apakah ini ” Mereka menjawab, â€Å"Bulan yang haram”. Selanjutnya beliau bersabda.â€Å"Artinya : Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian haram bagi masing-masing kalian [merampasnya] sebagaimana haramnya ; hari, bulan dan negeri ini. Beliau mengulangi ucapan tersebut beberapa kali, lalu berkata, â€Å"Ya Allah bukankah aku telah menyampaikan [perintah-Mu] Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikan [perintah-Mu] ”Ibnu Abbas mengomentari perkataan Nabi di atas, â€Å"Demi Allah yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya ini adalah wasiat beliau untuk umatnya. Beliau berpesan kepada kita, ‘Oleh karena itu, hendaklah yang hadir memberitahukan kepada yang tidak hadir. Janganlah kalian kembali kepada kekafiran sepeninggalku nanti, yaitu kalian saling memenggal leher”.Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 2674 dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.â€Å"Artinya : Barangsiapa yang menyeru kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun”Al-Hafidz Al-Mundziri dalam kitab At-Targhib wa At-Tarhib [I/65] mengomentari hadits.â€Å"Artinya : Apabila seorang manusia wafat, maka terputuslah jalan amal kecuali dari tiga perkara …dst”Beliau berkata, â€Å"Orang yang mebukukan ilmu-ilmu yang bermanfaat akan mendapatkan pahala dari perbuatannya sendiri dan pahala dari orang yang membaca, menulis dan mengamalkannya, berdaasrkan hadits ini dan hadits yang semisalnya. Begitu pula, orang-orang yang menulis hal-hal yang membuahkan dosa, maka dia akan mendapatkan dosa dari perbuatannya sendiri dan dosa dari orang-orang yang membaca, menulis atau mengamalkannya, berdasarkan hadits.â€Å"Artinya : Barangsiapa yang merintis perbuatan yang baik atau buruk, maka ….”Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 6505 dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda.â€Å"Artinya : Sesungguhnya Allah berfirman, â€Å"Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka kuizinkan ia untuk diperangi”[Disalin dari buku Rifqon Ahlassunnah Bi Ahlissunnah Menyikapi Fenomena Tahdzir dan Hajr, Penulis Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al’Abbad Al-Badr hal 22-41, Terbitan Titian Hidayah Ilahi]_________Foote Note[4] Tetapi lafaz yang tersebut terdapat dalam riwayat Bukhari

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=718&bagian=0


Artikel Menjaga Lisan Agar Selalu Berbicara Baik 3/3 diambil dari http://www.asofwah.or.id
Menjaga Lisan Agar Selalu Berbicara Baik 3/3.

Tidak Apa-Apa Istirahat Sejenak Di Waktu Thawaf

Kumpulan Artikel Islami

Tidak Apa-Apa Istirahat Sejenak Di Waktu Thawaf

>> Pertanyaan :

Syaikh terhormat, ada seseorang yang melakukan thawaf dua putaran danoleh karena sangat padatnya manusia ia harus keluar dari thawafnya danberistirahat selama satu atau dua jam, kemudian ia kembali melakukanthawaf. Apakah ia harus memulai thawafnya dari awal ataukah ia bolehmenyempurnakan thawafnya yang tersisa?

>> Jawaban :

Kalau jarak waktunya lama maka ia wajib mengulangi tawafnya dari awal,tapi kalau jarak waktunya hanya sebentar saja maka tidak mengapa iamelanjutkan dan menyempurnakan thawafnya. Yang demikian itu karena diantara syarat melakukan thawaf dan sai itu adalah al-muwalat, yaituputaran dilakukan secara berkesinambungan. Maka apabila di antaraputaran itu diputus dengan jarak waktu yang panjang, makaputaran-putaran sebelumnya menjadi batal, dan oleh karenanya ia wajibmengulangi thawaf atau sainya dari awal lagi. Adapun jika jarak waktuitu hanya sebentar, seperti duduk hanya dua atau tiga menit saja lalubangkit kembali dan meneruskan thawaf atau sainya, maka hal itu tidakapa-apa. Tetapi kalau sampai satu atau dua jam lamanya, maka itutermasuk jarak waktu yang cukup lama yang mengharuskannya meng-ulangithawaf atau sai dari awal.

[ Ibnu Utsaimin: al-Liqa as-Syahri, vol. 16, hal. 37. ] [ 06122003 /10101424 ]

Artikel Tidak Apa-Apa Istirahat Sejenak Di Waktu Thawaf diambil dari http://www.asofwah.or.id
Tidak Apa-Apa Istirahat Sejenak Di Waktu Thawaf.

Curhat Kepada Tetanggaku

Kumpulan Artikel Islami

Curhat Kepada Tetanggaku Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salamatas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang tiada Nabisetelahnya, serta atas keluarga besar dan para sahabatnya.

Tetanggaku yang Mulia!

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Tulisan ini adalah curahan hati yang ingin aku bisikkan ke keduapende-ngaranmu dan aku aromai dengan tetesan kasih dan keinginan kuatdemi kebaikanmu. Sebab, bagaimana aku tidak berantusias untukkebaikanmu sedang-kan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallamsenantiasa berpesan agar memperhatikan tetangga hingga sampai-sampaipara sahabat mengira bahwa beliau akan memberikan bagian warisankepada tetangganya!.

Bagaimana aku tidak berantusias untuk kebaikanmu, sementara aku tidakpernah melihat hal yang kurang menyenangkan engkau lakukan terhadapdiriku, keluargaku dan hartaku! Bagaimana aku tidak berantusias untukkebaikanmu, padahal engkau selalu melakukan sesuatu demi ketenangandan agar tidak mengganggu-ku! Bagaimana aku tidak berantusias untukkebaikanmu sementara engkau sanggup menahan hiruk pikuk dan gangguanyang dilakukan oleh anak-anakku!.

Demi membalas budimu ini terhadapku, maka izinkan aku untukmelimpahkan curahan hati ini kepadamu. Hal ini semua berangkat darikecintaanku kepadamu dan kekhawa-tiranku terhadap dirimu serta sebagairefleksi dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintaisaudaranya, sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. [Muttafaqun'alaihi]

Tetanggaku yang Mulia!

Tentunya engkau tidak meragukan lagi bahwa shalat berjama'ah merupakansalah satu hal yang penting yang diserukan Islam dan dianjurkan kepadakaum Muslimin agar selalu konsisten terhadapnya dan tidakmenyia-nyiakannya. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,

Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orangyang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikanshalat, menuaikan zakat, dan tidak takut [kepa-da siapa pun] selainkepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasukgolongan orang-orang yang mendapat petunjuk. [QS.at-Taubah:18]

Di mana lagi tempat orang-orang yang ruku' melakukan ruku'nya danorang-orang yang bersujud melakukan sujudnya bila tidak di masjid Dimana lagi tempat shalat didirikan bila tidak di masjid Di mana lagitempat kaum Muslimin saling mengenal, akrab dan saling mengasihi bilatidak di masjid

Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkanuntuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi danwaktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dantidak [pula] oleh jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat,dan membayar zakat. Mereka takut pada suatu hari yang [di hari itu]hati dan penglihatan menjadi goncang. [QS. An-Nuur: 36-37]

Berbicara tentang shalat berjama'ah berarti berbicara tentang hal yangbesar. Oleh karena itu, Ulama as-Salaf ash-Shalih teramatsangat memperhatikannya dan selalu mempersiapkan diri untuknya dengansebaik-baiknya.

Dikisahkan, bahwa di antara mereka ada yang selama 40 tahun selaluberada di masjid sebelum Muadzdzin mengumandangkan adzan. Di antaramereka ada yang sejak sekian tahun tidak pernah ketinggalan takbiratulihram. Di antara mereka ada yang meski fisik sudah lemah dan sakitmenahun menggerogoti tubuhnya, tak mampu mencegah dirinya untukmemenuhi panggilan adzan dan menuju masjid saat mendengar panggilan hayya alash-shalah, hayya 'alal falah [mari kita shalat, marimenyongsong kemenangan] padahal sakit yang dideritanya begitu berat.

Tapi, wahai tetanggaku yang mulia, Allah subhanahu wata’alatelah menganugerahkan kese-hatan dan kebugaran kepadamu danmemudahkanmu menuju masjid karena berada di samping rumahmu. Hanyabeberapa langkah kecil saja, engkau sudah sampai ke masjid dan meraihpahala besar dan berlipat jika shalat berjama'ah. Bukankah Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, Shalatberjama'ah menggungguli pahala shalat sendirian dengan dua puluh tujuhderajat. [Muttafaqun 'alaihi]

Sekalipun janji pahala shalat berjama'ah sedemikian besar dan engkaumampu serta begitu mudah bisa mencapai masjid, mengapa jarang sekaliaku melihatmu di sana

Demi Allah ! Aku tahu, engkau mengerjakan shalat di rumahmu. Tetapi,bukankah shalat di rumah itu tidak diperuntukkan buat laki-laki yangkuat dan sehat Shalat di rumah hanya khusus buat kaum wanita danorang-orang yang memiliki 'udzur seperti orang sakit dan lumpuh.Sementara engkau, wahai saudaraku tercinta, bukanlah seperti itukondisimu.

Saudaraku tercinta!

Tidakkah engkau ingin meraih pahala berlipat melalui shalat berjama'ahtersebut Tidakkah engkau mau mendapatkan naungan dari Allah

subhanahu wata’ala pada hari yang ketika itu tidak ada naungan disana selain naungan-Nya sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam yang di dalamnya disebutkan, …dan seoranglaki-laki yang hatinya tertambat kepada masjid-masjid

Tidakkah engkau senang mengikuti sunnah Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam dengan pergi ke masjid dan memenuhi panggilan adzanTidakkah engkau senang mengajarkan anak-anakmu bagaimana konsistendengan shalat berjama'ah bersama kaum Muslimin dan membiasakan merekamenghormati masjid dan mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah subhanahuwata’ala

Tidakkah engkau rindu melihat saudara-saudaramu kaum Muslimin danbertanya tentang kondisi mereka Tidakkah engkau ingin malaikatmemintakan ampunan untukmu sejak engkau keluar dari rumah hinggakembali seusai melakukan shalat Tidakkah engkau inginanugerah-anugerah Allah subhanahu wata’ala yang diraih parapenghuni masjid dan orang-orang yang menghidupkan rumah-rumah Allah

Wahai Saudaraku!

Tidakkah engkau tahu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallamtidak memberikan dispensasi [keringanan] kepada lelaki tunanetra yangtidak memiliki penuntun jalan agar bisa melakukan shalat di rumahnyadan meninggalkan shalat berjama'ah bahkan beliau bersabda kepadanya,Apakah engkau mendengar adzan shalat dan ketika dia menjawab, ya , beliau bersabda, maka penuhilah [panggilan-nya] [HR.Muslim].

Apa yang harus kita katakan bagi orang yang berbadan sehat, kuat dandiberi nikmat oleh Allah subhanahu wata’ala dengan penglihatanyang normal, kekuatan badan, dan rizki yang melimpah

Tetanggaku yang Mulia!

Melaksanakan shalat berjama'ah memiliki kenikmatan tersendiri yanghanya bisa dirasakan oleh orang yang sudah terbiasa dengannya,menyongsong-nya di tengah dingin nan membeku, dan panas nan menyengat.

Sesungguhnya shalat berjama'ah dapat 'menyuntikkan' ketenangan dankedamaian di hati, menyelimuti seluruh badan dengan kepuasan jiwa danketentraman batin. Ia adalah seberkas cahaya yang memenuhi sekujurbadan dan kegembiraan abadi yang selalu berganti setiap lima kalisehari. Sesungguhnya ia adalah 'miniatur' kesatuan, kekuatan, dankekompakan kaum Muslimin. Sesungguhnya ia adalah potret hidup bentukibadah kepada Sang Pencipta langit dan bumi. Sesungguhnya ia merupakanbentuk pengakuan terhadap nikmat dan rasa syukur yang terefleksikanmelalui perkataan dan perbuatan atas anugerah-anugerah dankarunia-karunia-Nya.

Ibnu Mas'ud z pernah berkata, Siapa yang senang bertemu dengan Allahkelak dalam kondisi berserah diri [Muslim], maka hendaklah diakonsisten melakukan shalat-shalat tersebut di mana saja dia dipanggilolehnya karena sesungguhnya Allah telah mensyari'atkan Sunnah-sunnahPetunjuk tersebut. Jikalau kalian melakukan shalat di rumah-rumahkalian sebagaimana orang yang melakukan shalat di rumahnya ini,niscaya kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian, dan jikalaukalian tinggalkan sunnah Nabi kalian niscaya kalian telah sesat.Tidaklah seorang laki-laki bersuci lantas menyempurnakan wudhunyakemudian pergi menuju salah satu dari masjid-masjid ini melainkanAllah telah mencatatkan satu kebaikan baginya dari setiap langkah yangdia langkahkan. Dengan langkahnya tersebut, Dia Ta'ala mengangkatderajatnya dengan satu derajat dan menghapuskan satu kejelekan darinya.Sungguh aku telah melihat diri kami; tidak ada seorang pun yang 'mangkir'[tidak melakukan shalat di masjid] selain ia adalah sosok seorangMunafiq yang jelas-jelas kemunafikannya! Dan sungguh, seseorang akanterseret dan terapit di antara dua orang untuk berada di shaf [barisan]tersebut. [HR. Ahmad]

Wahai Tetanggaku yang Mulia!

Ingin aku melihatmu selalu berada di masjid memenuhi panggilanar-Rahman. Aku ingin agar kita bekerja sama membangunkan masing-masingkita untuk melakukan shalat Shubuh. Aku ingin agar kita sama-samaberlomba menuju surga dan beradu cepat di medan amal shalih danperolehan pahala dan keuntungan. Aku ingin kegembiraanku menjadisempurna dengan bertetangga denganmu sehingga kita bisa berkumpuluntuk berbuat ta'at kepada Allah subhanahu wata’ala danberpisah juga dalam rangka yang sama. Aku ingin mencurahkan kepadamuproblematikaku, demikian pula, engkau mencurahkan problematikamukepadaku.

Apakah engkau akan kikir terhadap tetanggamu yang ingin melengkapikegembiraannya Apakah engkau menghalanginya untuk menyempurnakankesenangan dan keceriaannya Aku kira engkau tidak akan pernahmelakukan hal itu, bukankah demikian [Dari tetanggamu yang tulus]

Sumber: Buletin berjudul Hamsah Fi Udzuni Jaari [Abu Shofiyyah]

Artikel Curhat Kepada Tetanggaku diambil dari http://www.asofwah.or.id
Curhat Kepada Tetanggaku.

Sebagian Penyihir dan Tukang Sulap Dapat Melihat JinKarena Mereka Berkhidmat Kepada Jin

Kumpulan Artikel Islami

Sebagian Penyihir dan Tukang Sulap Dapat Melihat JinKarena Mereka Berkhidmat Kepada Jin

>> Pertanyaan :

Apakah benar bahwa terdapat orang-orang yang dapat me-lihat langsungsiapa yang mereka kehendaki dan kapan saja mereka kehendaki?

>> Jawaban :

Adapun jenis menusia maka tidak mampu melihat jenis jin secara hakikisesuai bentuk penciptaan mereka. Tetapi setan-setan itu merasuki parapenyihir dan dukun serta berbicara lewat lisan mereka serta melihatjin dalam wujud aslinya.

Ketika itulah orang tersebut yang dirasuki jin tersebut mengabarkanbahwa ia melihat jin, dan bahwa mereka datang dan pergi. Mereka datang,sedang-kan mereka dan orang-orang yang berada di sekelilingnya tidakmelihat suatu pun. Mereka harus berkhidmat kepada jin atau setansehingga menampakkan diri kepada mereka yang tidak bisa dilihat selainmereka. Dan, mungkin pula sebagian orang yang bertakwa dan shalihdikuakkan untuk mereka, ketika akan wafat, sehingga mereka melihatpara malaikat yang turun untuk men-cabut nyawa mereka.

Diriwayatkan dari banyak kalangan yang bertakwa dan shalih mengenaihal itu berbagai hikayat. Dan, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Fatwa Syaikh Abdullah al-Jibrin yang ditandatanganinya

Artikel Sebagian Penyihir dan Tukang Sulap Dapat Melihat JinKarena Mereka Berkhidmat Kepada Jin diambil dari http://www.asofwah.or.id
Sebagian Penyihir dan Tukang Sulap Dapat Melihat JinKarena Mereka Berkhidmat Kepada Jin.

Tempat Keluarnya Dan Fitnah Dajjal

Kumpulan Artikel Islami

Tempat Keluarnya Dan Fitnah Dajjal Tempat Keluarnya Dan Fitnah Dajjal

Kategori Fatawa 'Arkanil Islam

Jumat, 4 Juni 2004 09:11:37 WIBTEMPAT KELUARNYA DAN FITNAH DAJJALOlehSyaikh Muhammad bin Shalih Al-UtsaiminPertanyaanSyaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apa yang diserukan oleh Dajjal Jawaban.Mula pertama ia keluar, ia menyeru kepada Islam dan mengatakan bahwa ia seorang muslim dan akan membela Islam. Selanjutnya ia mengaku sifat kenabian dan bahwa ia adalah seorang Nabi. Kemudian ia mengaku sebagai Ilah [Rabb yang harus diibadahi]. Ini adalah seruan pungkasannya yang pernah diawali oleh Fir’aun yang mengaku sebagai Rabb.Pertanyaan.Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apa dan bagaimana fitnah Dajjal itu Jawaban.Termasuk kebijaksanaan Allah Azza wa Jalla bahwa Dia memberikan kepadanya tanda-tanda dan bukti kehebatannya yang sebenarnya merupakan firnah yang besar. Dajjal akan mendatangi suatu kaum lalu menyeru mereka dan merekapun akhirnya mengikutinya. Karena mereka mau mengikuti Dajjal, maka tanah merekapun menjadi subur dan tumbuh berbagai macam tanaman, ternaknya gemuk-gemuk, susunya melimpah dan mereka benar-benar hidup dalam kemakmuran dikarenakan mereka mau mengikuti Dajjal.Dajjal juga mendatangi suatu kaum dan menyeru mereka, namun mereka tidak mau mengikutinya. Akibatnya, mereka menjadi melarat, tidak memiliki apa-apa. Ini merupakan fitnah dan ujian yang amat berat, apalagi bagi kaum Badui atau orang-orang awam. Dan dia melewati suatu reruntuhan bangunan, lalu berkata, â€Å"Keluarkan perbendaharaanmu!”, maka keluarlah segala perbendaharaan dan simpanan yang ada di dalam reruntuhan itu seperti keluarnya gerombolan lebah berupa emas dan perak serta perhiasan lainnya tanpa alat dan tanpa bebatuan apa-apa. Ini sebagai fitnah dan ujian dari Allah Ta’ala. Inilah Dajjal dan mu’amalahnya dengan penduduk dunia bagi yang ingin senang-senang dengan dunia atau celaka di dalamnya.Fitnah yang lainnya adalah Allah menjadikan Jannah dan Naar ada di tangannya menurut penglihatan mata kepala manusia, akan tetapi Jannahnya adalah Naar dan Nerakanya adalah Surga. Barangsiapa yang menurutinya, maka ia akan dimasukkan ke dalam Jannahnya, menurut penglihatan manusia, akan tetapi sebenarnya Jannahnya itu adalah Naar yang membakar, na’udzu billah !. Dan barangsiapa yang mendurhakainya akan dimasukkan ke dalam Naar, menurut penglihatan manusia, yang sebenarnya adalah Jannah yang menyenangkan.Oleh karena itulah, kita semua butuh â€Å"keteguhan” dari Allah, karena jika seseorang itu tidak diteguhkan oleh Allah, pasti dia akan sesat Kita semua perlu mendapatkan keteguhan dari Allah dengan kuat dalam berpegang terhadap agama.Fitnahnya lagi, ada seorang pemuda yang menemuinya dan mengatakan, â€Å"Engkau adalah Dajjal yang telah diceritakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kami!” Dajjal menyeru pemuda itu, namun ia enggan mengikutinya sehingga ia dipukul dan dilukai dan selanjutnya dibunuh dan dipotong menjadi dua, lalu Dajjal lewat diantara dua potongan itu untuk membuktikan bahwa si pemuda itu benar-benara telah dipotong menjadi dua. Kemudian Dajjal menyeru lagi dan ia pun bangkit dengan muka berseri-seri seraya berkata, â€Å"Engkau adalah Dajjal yang diceritakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kami!”. Maka Dajjalpun hendak membunuhnya namun tidak mampu lagi dan tidak akan mampu menguasai seorangpun setelah pemuda tadi. Ini termasuk manusia yang persaksiannya paling agung di sisi Allah, karena dalam kondisi seperti itu kita tidak mampu membayangkan. Hanya orang yang langsung menghadapi ketakutan seperti itulah yang bisa membayangkannya. Dalam kondisi seperti itu dia berani terus terang bahwa dia adalah Dajjal yang disebut-sebut oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ini berarti ia menyuruh berhati-hati dan memperingatkan orang lainakan fitnah Dajjal itu.Demikianlah Dajjal dan seruannya.[Disalin dari kitab Fatawa Anil Iman wa Arkaniha, yang di susun oleh Abu Muhammad Asyraf bin Abdul Maqshud, edisi Indonesia Soal-Jawab Masalah Iman dan Tauhid, Pustaka At-Tibyan]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=775&bagian=0


Artikel Tempat Keluarnya Dan Fitnah Dajjal diambil dari http://www.asofwah.or.id
Tempat Keluarnya Dan Fitnah Dajjal.

Antara Anak Asuh Dan Anak Angkat

Kumpulan Artikel Islami

Antara Anak Asuh Dan Anak Angkat Anak Bagi Keluarga

Anak dalam keluarga adalah buah hati belahan jiwa. Untuk anak orangtuabekerja memeras keringat membanting tulang. Anak merupakan harapanutama bagi sebuah mahligai perkawinan. Keberadaan anak adalah wujudkeberlangsungan sebuah keluarga, keturunan dan bangsa setelah agama.Namun, anak adalah karunia Allàh.Kepunyaan Allàh-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apayang Dia kehendaki, Dia karuniakan anak-anak perempuan kepada siapasaja yang Dia kehendaki dan Dia karuniakan anak-anak lelaki kepadasiapa yang dikehendaki, atau Dia menganugrahkan kedua jenis laki-lakidan perempuan [kepada siapa yang dikehendakinya], dan Dia menjadikanmandul siapa yang Dia kehendaki . [Asy Syùrà/42:49-50]

Tidak semua mahligai perkawian dianugrahi keturunan, generasi penerus,hingga suami-istri tutup usia. Usia perkawinan yang masih relatif mudayang belum dikaruniai anak belum tentu tak akan mendapatkan keturunan.Allàh megaruniai anak kepada Nabi Ibrahim yaitu Ismà'il dan Ishàq padausia senja, yang pertama di usia 99 tahun, yang terakhir 112 tahun.Itu terjadi tatkala usia senja dan harapan untuk mendapatkan keturunansampai pada titik putus. [Muhammad Asy Syaukàni, Fathul Qadr, 3/140].

Allàh berfirman melalui lisan Nabi Ibrahim: Segala puji bagi Allàhyang telah menganugrahkan kepadaku di hari tua [ku] Ismail dan Ishaq.Sesungguhnya Rabbku, benar-benar Maha Mendengar [memperkenankan] do'a ['Ibràhim/14:39]

Tabanniy

Tabanniy [adopsi] adalah pengang-katan anak orang lain sebagai anaksendiri. Di jaman Jahiliyah seorang mengangkat seseorang anak lelakisebagai anaknya dengan mendapatkan hak seperti anak kandungnya.Dipanggil dengan memakai nama ayah angkatnya dan mendapatkan warisan.Rasulullàh Shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat Zaid bin Hàritsahbin Syaràhl sebagai anaknya sebelum risalah kenabian. Para Sahabatmemanggil Zaid dengan panggilan Zaid bin [anak] Muhammad hingga turunayat: Panggillah mereka [anak-anak angkat itu] dengan [memakai]nama bapak-bapak mereka . [HR. Al Bukhàri].

Islam mengharamkan tabanniy [adopsi] yang diaku sebagai anak kandung,dan Islam menggugurkan segala hak yang biasa didapatkan anak angkatdari mutabanniy [orang yang mengadopsi anak].Dia [Allàh] tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anakkandung-mu [sendiri]. Yang demikian itu hanyalah perkataan di mulutmusaja. Dan Allàh mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukan jalan[yang benar]. [Al 'Ahzàb/33:4]

Seseorang diharamkan menasabkan anak angkatnya pada dirinya. Islammenyuruh untuk menasabkannya kepada bapak kandungnya seandainyadiketahui. Jika tidak, panggillah mereka 'akh fid din [saudara seagama]atau maulà [seseorang yang telah dijadikan anak angkat]. Seperti Salimanak angkat Hudzaifah, dipanggil maula 'Abi Hudzaifah. Allàh berfirman;Panggillah mereka [anak-anak angkat itu] dengan [memakai] namabapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allàh, dan jikakamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka [panggillah mereka]sebagai saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak adadosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi [berdosa]apa yang disengaka oleh hatimu . [Al Ahzàb/33:5]

Islam juga melarang tawàruts [saling mewarisi] antara anak dan ayahangkat. Ketika Allàh me-naskh hukum legalisasi anak angkat maka Allàhmembolehkan untuk menikahi istri anak angkat atau sebaliknya. Allàhtelah menikahkan Rasulullàh dengan Zainab binti Jahsy Al 'Asadiyyahbekas istri Zaid bin Hàritsah. Dengan tujuan -wallàhu 'a`lam- supayatidak ada keberatan bagi orang Mukmin untuk [mengawini] istri-istrianak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telahmenyelesaikan keperluannya daripada isterinya [setelah talak dan habis'iddahnya]. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 37: Makatatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap isterinya [mencerai-kannya],Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orangmu'min untuk [mengawini] isteri-isteri anak-anak angkat mereka,apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripadaisterinya. [Al-Ahzab: 37]

Menasabkan silsilah keturunan bapak angkat kepada anak angkat adalahsebuah kedustaan, mencampurbaurkan nasab [silsilah keturunan], merubahhak-hak pewarisan yang menyebabkan memberikan warisan kepada yangtidak berhak dan menghilangkan hak waris bagi yang berhak.Menghalalkan yang haram: yaitu ber-khalwat [berkumpulnya mahram denganyang bukan]. Dan mengharamkan yang halal: yaitu menikah. RasulullàhShallallahu 'alaihi wa sallam mengancam seseorang menasabkan keturunankepada yang bukan sebenarnya.Barangsiapa yang dengan sengaja mengakui [sebagai ayah] seorangyang bukan ayahnya sedang ia mengetahui, maka Surga haram buatnya [HR. Al Bukhàri dan Muslim]

Ihtidhàn

Ihtidhàn adalah menjadikan seseorang yang bukan anaknya untuk dididik,diasuh dan diperlakukan dengan baik. Ihtidhan berarti membiarkan anakasuh tetap menggunakan nama aslinya, tidak menasabkannya kepadaorangtua asuhnya, tidak diwarisi.

Semua kebaikan yang diberikan kepada anak asuh hanya sebatas padapengertian berbuat baik kepada sesama yang memang dianjurkan olehsyari'at Islam. Anak-anak asuh tetap menjadi orang lain. Ia bukanmahram bagi keluarga yang mengasuhnya. Hal itu berarti harusmemperlakukan anak asuh sesuai dengan apa yang telah disyari'atkanIslam sewaktu berinteraksi kepada orang lain yang bukan mahram.

Solusi Jitu

Adalah rahmat Allàh yang Dia tulis dan syari'atkan bagi hamba-hambanya,yang Allàh sediakan untuk kaum Muslimin: yaitu sabda Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam : Darah susuan mengharamkan seperti apa yangdiharamkan oleh darah keturunan [HR. Al Bukhàri dan Muslim]

Keluarga yang mengasuh anak orang lain memungkinkan menjadikannyamahram dengan menyusuinya sendiri. Mengenai jumlah bilangan menyusuiyang menjadikan anak orang lain mahram para Ulama berbeda pendapat.Imam Màlik meriwayatkan dari 'Ali, 'Ibnu Mas'ùd, 'Ibnu 'Umar dan 'Ibnu'Abbàs, tidak menentukan jumlah bilangan hanya menyusu saja denganalasan keumuman ayat 23 dari surat An Nisà', pendapat ini diikuti olehSa'id bin Al Musayyib. 'Urwah bin Az Zubair dan Az Zuhri. Tidakterhitung mahram kecuali jika disusui kurang dari tiga kali, menurutImam Ahmad bin Hanbal, Ishàq bin Ràwaha, 'Abù 'Ubaid dan 'Abù Tsaur,diriwayatkan dari 'A'isyah, Ummul Fadhl, Abdullàh bin Zubair, Sulaimanbin Yasàr dan Sa'id bin Jubair. Berdasarkan: Satu hisapan atau duatidak menjadikannya mahram [HR. Muslim] .

Imam Asy Syàfi'i dan para pengikutnya berpendapat, tidak termasukmahram jika disusui kurang dari lima susuan berlandaskan pada ayatyang di-naskh bacaanya; Sepuluh kali susuan menjadikan mahram Ayat ini lalu di-naskh dengan lima susuan. Dan hadits perintahRasulullàh Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Sahlah binti Suhayluntuk menyusui Sàlim sebanyak lima kali. Persusuan yang menjadikanmahram manakala bayi masih berumur kurang dari dua tahun menurutkesepakatan Jumhurul Ulàmà'. Lihat Tafsirul Qurànil Azhim oleh AlHàfizh `Imàduddin Ismà`il bin Katsir, 1/303. [Al Hàfizh `ImàduddinIsmà`il bin Katsir, Tafsirul Qurànil Azhim 1/510, dan Abul WalidMuhammad bin Rusyd Al Qurthubiy, Bidàyatul Mujtahid wa NihàyatulMuqtashid, 2/26-28]

[Tulisan ini hasil petikan dari tulisan Hayyàm Al Jàsim, majalah AlFurqàn hal.62-63 no. 81 Sya'bàn 1417/ Januari 1998]. Asri Ibnu Tsani

Rujukan:

Tafsirul Qur'anil Azhim, Ibnu Katsir.

Majalah Al-Furqan, hal. 62-63 no. 81, Sya'ban 1417/Januari 1998.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih kepada Kaum Muslimin yang telah menginfaqkan sebagianrizqinya untuk memperlancar peredaran buletin ini, sehinggaalhmadulillah telah menjangkau Ummat Islam di berbagai pelosokIndonesia.

Terimakasih pula kepada para pelanggan [ khusus buletin jum'at ] yangtelah berdisiplin membayar ongkos kirim buletin ini, yang berartitelah membantu sekian banyak jama'ahnya untuk berko-munikasi dengankami.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan Anda dengan balasan yang lebih baik,dan mudah-mudahan upaya kita dalam ber-amar bil ma'ruf wan nahyi 'anilmunkar ini senantiasa mendapatkan bimbingan dan ridha dari AllahSubhanahu wa Ta'ala . Amien.

[Redaksi Buletin An-Nur]

Artikel Antara Anak Asuh Dan Anak Angkat diambil dari http://www.asofwah.or.id
Antara Anak Asuh Dan Anak Angkat.

Saling Ridha Dalam Jual Beli

Kumpulan Artikel Islami

Saling Ridha Dalam Jual Beli Saling Ridha Dalam Jual Beli

Kategori Fatawa Jual Beli

Senin, 17 Mei 2004 13:42:24 WIBSALING RIDHA DALAM JUAL BELIOlehAl-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal IftaPertanyaan.Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta ditanya : Apakah boleh jual beli tanpa adanya sikap saling ridha Jawaban.Tidak diperbolehkan jual beli tanpa sikap saling ridha. Allah Ta’ala berfirman.â€Å"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antaramu” [An-Nisaa ; 29]Kecuali jika hal itu didasarkan pada ketetapan hukum, misalnya jual lelang oleh pengadilan.Wabillaahit Taufiq. Dan mudah-mudahan Allah senantiasa melimpahkan kesejahteraan dan keselamatan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya.[Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta, Pertanyaan ke-4 dari Fatwa Nomor 8859, Disalin dari Fataawaa Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyyah Wal Ifta, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Jual Beli, Pengumpul dan Penyusun Ahmad bin Abdurrazzaq Ad-Duwaisy, Terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi’i]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=729&bagian=0


Artikel Saling Ridha Dalam Jual Beli diambil dari http://www.asofwah.or.id
Saling Ridha Dalam Jual Beli.

ABU HANIFAH- 2-habis (Sikap Bela Agama DanArgumentasinya Yang Kuat)

Kumpulan Artikel Islami

ABU HANIFAH- 2-habis (Sikap Bela Agama DanArgumentasinya Yang Kuat) “Abu Hanifah an-Nu'man adalah seorang yangsangat keras pembelaannya terhadap hak-hak Allah yang tidak bolehdilanggar, banyak diam dan selalu berfikir.” [Imam Abu Yusuf]

Pada suatu hari Abu Hanifah mendatangi majlis Imam Malik yang sedangberkumpul dengan para sahabatnya, maka tatkala ia keluar [karenapengajian sudah bubar], berkatalah Imam Malik kepada orang-orang yangada di sekitarnya, “Apakah kalian tahu siapa orang itu.” Merekamenjawab, “Tidak.” Kemudian sang Imam berkata, “Ia adalah an-Nu'manbin Tsabit, seorang yang apabila mengatakan bahwasanya tiang masjidini adalah emas maka perkataannya itu tentulah menjadi hujjah dansungguh benar-benar tiang itu akan keluar seperti yang dikatakannyaitu.”

Tidaklah Imam Malik berlebihan dalam mensifati Abu Hanifah dengan haldemikian karena memang ia memiliki hujjah yang kuat, kecepatan dalammegambil keputusan yang tepat dan ketajaman dalam berfikir.

Kitab-kitab sejarah telah menceritakan bagaimana pendirian dansikapnya terhadap para penentang dan musuh-musuhnya dalam hal ra'yudan aqidah, yang kesemuanya itu menjadi saksi akan kebenaran apa yangdikatakan oleh Imam Malik tentang Abu Hanifah, yang mana jikaseandainya ia mengatakan bahwasanya pasir yang ada di depanmu adalahemas maka tidak ada alasan bagi kamu kecuali percaya dan menerimaterhadap apa yang ia katakan. Maka bagaimana halnya jika ia mendebattentang kebenaran.

Sebagai satu contoh apa yang terjadi dengan salah seorang dari Kufahyang disesatkan Allah ia adalah seorang yang terpandang di matasebagian orang dan kata-katanya didengar oleh mereka. Ia mengatakankepada orang-orang bahwasanya Utsman bin Affan pada asalnya adalahseorang yahudi dan ia tetap menjadi yahudi setelah datangnya agamaIslam. Maka demi mendengar perkataannya tersebut Abu Hanifahmenghampirinya dan berkata, “Saya datang kepadamu hendak melamar anakperempuanmu untuk salah seorang sahabatku.”

Ia menjawab, “silahkan wahai Imam, sesungguhnya orang seperti dirimutidak akan ditolak apabila meminta sesuatu, tetapi kalau boleh tahusiapakah orang yang mau menikahi anak perempuanku itu.”

Abu Hanifah menjawab, “seseorang yang dikenal oleh kaumnya dengankemuliaan dan kekayaan, dermawan dan ringan tangan serta suka membantuorang lain, hafal kitab Allah Azza wa Jalla, selalu menghidupkanseluruh malamnya untuk beribadah dan banyak menangis karena takutnyakepada Allah.”

Maka orang itu berkata, “cukuplah wahai Abu Hanifah, sesungguhnyasebagian dari sifat yang engkau sebutkan tadi telah menjadikan orangitu pantas untuk menikahi anak perempuan Amirul Mu'minin.”

Kemudian Abu Hanifah berkata lagi, “akan tetapi ia memiliki satu sifatyang harus engkau pertimbangkan.”

Ia bertanya, “apakah sifat tersebut.”

Sang Imam menjawab, “sesungguhnya ia adalah seorang yahudi.”

Maka setelah mendengar jawaban tersebut ia terguncang kaget serayaberkata, “ia seorang yahudi apakah engkau akan memintaku untukmenikahkan anak perempuanku dengan seorang yahudi wahai Abu Hanifah!Demi Allah aku tidak akan melakukannya sekalipun ia memiliki semuasifat baik dari kaum terdahulu hingga yang terakhir.”

Maka Abu Hanifah pun berkata, “engkau menolak untuk menikahkan anakperempuanmu dengan seorang yahudi dan engkau sangat mengingkarinya,kemudian engkau mengatakan kepada orang banyak bahwasanya RasulullahSAW telah menikahkan kedua putri beliau dengan seorang yahudi !!”

Maka demi mendengar apa yang dikatakan Abu Hanifah tubuhnya bergetarkemudian berkata, “aku memohon ampun kepada Allah dari perkataan jelekyang telah aku katakan, dan aku bertaubat kepada-Nya dari kedustaanyang pernah aku lakukan.”

Contoh yang lain adalah apa yang terjadi pada salah seorang Khawarij*yang bernama adh-Dhahhak asy-Syary. Pada suatu hari ia mendatangi AbuHanifah dan berkata, “Bertaubatlah engkau wahai Abu Hanifah.”

Sang Imam menjawab, “Dari hal apakah aku bertaubat”

Orang itu menjawab, “Dari perkataanmu tentang dibolehkannya menentukansatu hakim untuk memutuskan apa yang terjadi antara Ali dan Mu'awiyah.”

Abu Hanifah berkata, “Apakah engkau mau berdebat denganku tentangmasalah ini” ia menjawab, “Ya”

Kemudian Abu Hanifah berkata, “Jika kita berselisih tentang apa yangkita perdebatkan, siapakah yang akan menjadi hakim antara kita”

Orang itu menjawab, “Pilihlah yang engkau mau.”

Maka sang Imam memandang salah seorang temannya dan berkata, “Wahaifulan, jadilah engkau penengah di antara kami tentang apa yang kamiperselisihkan”

Selanjutnya ia berkata kepada Sang khawarij, “Aku ridlo temanmumenjadi penengah antara kita, apakah kamu juga demikian”

Maka dengan senang hati ia menjawab, “Tentu”

Namun kemudian Abu Hanifah berkata, “Celakalah kamu, bagaimana kamumembolehkan adanya penengah di antara kita tentang apa yang kitaperselisihkan, sedangkan kamu mengingkari adanya di antara dua sahabatRasulullah SAW!

Maka orang terebut diam seribu bahasa dan tidak dapat menjawabnya.

Kemudian di antara contoh lainnya adalah kisah perdebatan beliaudengan Jahm bin Shafwan seorang pemimpin aliran Jahmiyah yang sesatdan seorang yang menanam kejelekan di bumi Islam. Pada suatu saat iamendatangi Abu Hanifah dan berkata, “Aku ingin berbincang-bincangdenganmu tentang beberapa perkara yang telah aku siapkan.” Akan tetapiAbu Hanifah menjawab, “berbincang-bincang denganmu adalah merupakanaib, dan membicarakan tentang apa yang kamu yakini adalah seperti apiyang menyala.”

Maka Jahm berkata, “bagaimana engkau menghukumiku demikian, sedangkanengkau belum pernah bertemu denganku sebelumnya dan belum pernahmendengar perkataanku”

Kemudian Abu Hanifah menjawab, “sesungguhnya hal yang demikian telahtersebar dan terkenal di kalangan orang awam maupun para ulama,sehingga boleh bagiku untuk berkata demikian karena berita tentangmutelah mutawatir.”

Setelah itu Jahm berkata lagi, “aku tidak akan bertanya kepadamukecuali tentang iman.”

Abu Hanifah menyela, “apakah sampai saat ini kamu belum tahu tentangiman sehingga kamu bertanya kepadaku tentangnya”

Jahm menjawab, “aku tahu, akan tetapi aku merasa ragu pada salah satumacamnya.”

Abu Hanifah berkata, “ragu dalam hal keimanan adalah kufur.” KemudianJahm berkata, “kamu tidak boleh mensifatiku dengan kekufuran sebelumkamu mendengar apa yang membuatku kafir,”

Maka Abu Hanifah berkata, “katakan apa yang ingin kamu tanyakan!”

Jahm berkata, “kabarkanlah kepadaku tentang seorang yang meyakini akankeberadaan Allah dengan hatinya, dan ia yakin bahwasanya Allah adalahEsa dan tiada sekutu baginya. Ia juga tahu tentang sifat-sifat Allahdan yakin bahwasanya tidak ada sesuatupun yang menyamai-Nya. Kemudiania mati akan tetapi tidak menyatakan keimanannya itu dengan lisannya.Apakah ia mati dalan keadaan mukmin atau kafir.”

Abu Hanifah menjawab, “ia mati dalam keadaan kafir dan termasuk ahlineraka jika ia tidak menyatakan dengan lisannya tentang apa yangdiyakini hatinya, kecuali jika ada sesuatu sebab yang menghalanginyauntuk menyatakan keimanan dengan lisannya.”

Kemudian Jahm membantah dengan berkata, “bagaimana ia tidak menjadimukmin sedangkan ia telah benar-benar meyakini adanya Allah.”

Maka kemudian Abu Hanifah berkata, “jika kamu beriman kepada al-Qur'andan kamu menjadikannya sebagai hujjah maka aku akan menjawabpertanyaanmu dengannya, tapi jika kamu tidak mengimani al-Qur'an dankamu tidak memandangnya sebagai hujjah, maka aku akan menjawabpertanyaanmu dengan sesuatu yang biasa kami katakan kepada orang yangmenyelisihi Islam.”

Akan tetapi kemudian Jahm menjawab, “justru aku mengimani al-Qur'andan menjadikannya sebagai hujjah.”

Maka Abu Hanifah menjawab, “sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta'alatelah menjadikan keimanan itu dengan dua anggota badan yaitu hati danlisan, tidak dengan salah satunya, dan yang demikian itu telah disebutkan dalam Kitab Allah al-Qur'an dan hadits Rasulullah SAW,diantaranya adalah:

Firman Allah Ta'ala, “Dan apabila mereka mendengarkan apa yangditurunkan kepada Rasul [Muhammad], kamu lihat mata mereka mencucurkanair mata disebabkan kebenaran [al-Qur'an] yang telah mereka ketahui [darikitab-kitab mereka sendiri]; seraya berkata, “Ya Tuhan kami, kamitelah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadisaksi atas [kebenaran al-Qur'an dan kenabian Muhammad s.a.w] Mengapakami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datangkepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kamike dalam golongan orang-orang yang shalih” Maka Allah memberi merekapahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, [yaitu] surga yangmengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya.Dan itulah balasan [bagi] orang-orang yang berbuat kebaikan [yangikhlas keimanannya].”[ al-Maidah: 83-85]

Disebutkan dalam ayat di atas bahwasanya mereka meyakini kebenarandengan hati dan menyatakannya dengan lisan, maka karena apa yangmereka ucapkan Allah memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalirsungai-sungai di dalamnya.

Dia juga berfirman, “Katakanlah [hai orang-orang mukmin]: “Kamiberiman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yangditurunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya,dan apa yang diberikan kepda Musa dan 'Isa serta apa yang diberikankepada nabi-nabi dari Tuhan-Nya.”[ Al-Baqarah: 136]

mereka diperintah untuk melafadzkan keimanan mereka dan tidak cukuphanya dengan hati.

Di dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Katakanlah, Laailaaha illallaah, maka kalian akan selamat.” beliau tidak menjadikankeselamatan hanya dengan keyakinan hati, akan tetapi harus disertaidengan dengan ucapan.

Di dalam hadits yang lain beliau SAW bersabda, “akan keluar darineraka orang yang mengatakan Laa ilaaha illallaah.” Beliau tidakmengatakan, akan keluar dari neraka orang yang tahu adanya Allah. Danjikalau perkataan itu tidak dibutuhkan, akan tetapi cukup keimanan ituhanya dengan hati, maka iblis itu termasuk orang yang beriman. Karenaiblis tahu bahwasanya Allah itu ada, ia tahu bahwasanya Allah lah yangtelah menciptakannya dan Allah pula yang akan mematikannya. Ia jugayakin bahwasanya Allah yang akan membangkitkannya dan Allah pula yangmenyesatkannya.

Disebutkan dalam al-Qur'an bahwasanya iblis berkata, “Engkaumenciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” Al-A'raaf:12

“Ya Tuhanku, [kalau begitu] maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari[manusia] dibangkitkan.” [Al-Hijr: 36]

“Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan [menghalang-halangi]mereka dari jalan Engkau yang lurus.”[al-A'raaf: 16]

Dan jika apa yang engkau yakini adalah benar wahai Jahm, maka sebagianbanyak orang kafir menjadi beriman karena mereka mengakui adanya Allahdengan hatinya walaupun mereka mengingkari dengan lisan mereka.

Allah berfirman, “Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dankesombongan [mereka] padahal hati mereka meyakini [kebenaran]-nya.”[An-Naml:14]

Keyakinan yang ada di hati mereka tidak dapat menjadikan merekaberiman, akan tetapi mereka tetap orang kafir karena pengingkaranlisan mereka.

Demikianlah Abu Hanifah menjelaskan tentang permasalahan iman dengansangat gamblangnya, kadang dengan al-Qur'an dan terkadang denganhadits, sehingga tampak pada wajah Jahm rasa minder dan kalah sampaikemudian ia berpamitan kepada Abu Hanifah seraya berkata, “engkautelah mengingatkanku akan sesuatu yang terlupa, aku pamit sebentar.”Akan tetapi ia pergi tanpa kembali lagi.

Di antara contoh yang lain, diceritakan bahwasanya pada suatu saat AbuHanifah menemui sekelompok orang yang mengingkari adanya Sang Pencipta[Atheis], maka ia berkata kepada mereka, “Apa yang kalian katakan jikaada sebuah kapal yang penuh dengan muatan barang, di tengah lautan iadikelilingi oleh ombak besar yang saling bertabrakan dan diterjangoleh angin yang sangat kencang, akan tetapi kapal tersebut dapatberlayar dengan sangat tenang menuju tempat tujuan tanpa adanyagoncangan sedikitpun, sedangkan di atas kapal tersebut tidak adaseorang nahkodapun didalamnya. Apakah hal tersebut masuk akal”

Mereka menjawab, “Tidak, sesungguhnya kejadian tersebut sama sekalitidak dapat diterima oleh akal”

kemudian ia berkata, “Begitukah Subhaanallah!! Kalian mengingkariadanya sebuah kapal yang dapat berjalan dengan tenang tanpa nahkoda,sedangkan kalian meyakini bahwasanya alam semesta yang penuh denganlautan luas, gugusan bintang yang selalu beredar, burung-burung yangselalu bertashbih dan berbagai macam binatang ada [tercipta] dengansendirinya tanpa ada Sang Pencipta yang menciptakan dan mengatur semuaitu Celakalah kalian.!”

Demikianlah perjalanan hidup beliau yang selalu membela agama Allahdengan apa yang telah dianugerahkan oleh-Nya yang berupa kekuatanberhujjah dan kefasihan dalam berbicara.

Kemudian tatkala maut menjemput, telah ditemukan bahwasanya di antarawasiat beliau adalah agar jasadnya dikuburkan di tanah yang bersih [tidakada syubhat rampasan atau lainnya] dan agar dijauhkan dari setiaptempat yang dikhawatirkan diambil dengan ghosob [diambil tanpa seizinpemiliknya].

Maka tatkala wasiat tersebut sampai ke telinga al-Manshur ia berkata,“siapakah yang berani mencela dia di depanku.”

Abu Hanifah juga telah berwasiat agar jasadnya dimandikan oleh al-Hasanbin 'Ammaroh, maka tatkala memandikannya ia berkata, “Semoga Allahmerahmatimu wahai Abu Hanifah, dan semoga Dia menghapus dosa-dosamusebagai balasan dari apa yang pernah engkau lakukan. Sesungguhnyaengkau tidak pernah berbuka sejak tiga puluh tahun, dan tidak pernahtidur sejak empat puluh tahun. Dan sungguh engkau telah membikin susahulama setelahmu [karena harus mencontoh dan meniru perilakumu].”

CATATAN:

* Al-Khawarij: orang-orang yang keluar dari ketaatan kepada Ali danMu'awiyah RA

Artikel ABU HANIFAH- 2-habis (Sikap Bela Agama DanArgumentasinya Yang Kuat) diambil dari http://www.asofwah.or.id
ABU HANIFAH- 2-habis (Sikap Bela Agama DanArgumentasinya Yang Kuat).

Hukum Menggantung Lukisan

Kumpulan Artikel Islami

Hukum Menggantung Lukisan Hukum Menggantung Lukisan

Kategori Gambar Dan Permainan

Jumat, 10 Juni 2005 07:10:54 WIBHUKUM MENGANTUNGKAN LUKISANOlehSyaikh Abdul Aziz bin BazPertanyaan.Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya : Apa hukum menggantung lukisan di rumah dan tempat-tempat lainnya Jawaban.Hukumnya adalah haram jika gambar tersebut adalah gambar makhluk bernyawa, baik manusia atau selainnya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.â€Å"Artinya : Janganlah engkau tinggalkan patung kecuali engkau telah membuatnya menjadi tidak berbentuk, dan jangan pula meninggalkan kuburan yang menjulang tinggi kecuali engkau meratakannya” [Hadits Riwayat Muslim dalam Al-Jana’iz, 969]Dan hadits yang ditegaskan dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha. Sesungguhnya Aisyah telah membeli bantal kecil untuk hiasan yang didalamnya terdapat gambar. Ketika Rasulullah melihat bantal tersebut, beliau berdiri di depan pintu dan enggan untuk masuk seraya bersabda.â€Å"Artinya : Sesungguhnya pemilik gambar ini akan diadzab dan akan dikatakan kepada mereka. ‘Hidupkanlah apa yang telah engkau ciptakan” [1]Akan tetapi jika lukisan tersebut dilakukan pada permadani yang digunakan untuk tempat berpijak, atau bantal yang digunakan sebagai alat untuk bersandar, maka hal itu diperbolehkan. Dalam sebuah hadits dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa ketika Jibril hendak mendatangi rumah beliau, dia enggan memasuki rumah, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya dan dijawab oleh Jibril.â€Å"Artinya : Di dalam rumah itu terdapat tirai dari kain tipis yang bergambar patung dan di dalam rumah itu terdapat seekor anjing. Perintahkan agar gambar kepala patung yang berada di pintu rumah itu dipotong sehingga bentuknya menyerupai pohon, dan perintahkan agar tirai itu dipotong dan dijadikan dua buah bantal untuk bersandar dan perintahkan agar anjing itu keluar dari rumah” [Hadits Riwayat At-Tirmidzi dalam Al-Adab 2806]Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan perintah tersebut sehingga Jibril Alaihis salam masuk ke dalam rumah itu. Diriwayatkan oleh An-Nasa’i dengan sanad yang baik[2]. Dalam hadits tersebut bahwa anjing itu adalah anjing kecil milik Hasan atau Husain yang secara sembunyi-sembunyi tinggal di dalam rumah itu. Dalam sebuah hadits shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau besabda.â€Å"Artinya : Malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan lukian” [3].Kisah tentang malaikat Jibril di atas menunjukkan bahwa gambar atau lukisan yang ada dalam permadani atau yang semacamnya tidak menyebabkan malaikat enggan memasuki suatu rumah, di mana hal itu ditegaskan dalam hadits shahih dari Aisyah bahwa ia menjadikan tirai seperti yang disebutkan di atas menjadi bantal yang digunakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk bersandar.[Ibn Baz, Kitab ad-Da’wah, hal. 19-20][Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-3, Darul Haq]_________Foote Note[1]. Hadits Riwayat Al-Bukhari dalam bab Tauhid 7557, Muslim dalam bab Al-Libas 96-2197[2]. Abu Dawud dalam bab Al-Libas 4158, At-Tirmidzi, bab Al-Adab 2806, An-Nasa'i bab Perhiasan8/216[3]. Hadits Riwayat Al-Bukhari, bab Bad’ul Khalq 3225, Muslim bab Al-Libas 2106

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1451&bagian=0


Artikel Hukum Menggantung Lukisan diambil dari http://www.asofwah.or.id
Hukum Menggantung Lukisan.

Terjerat Kebiasaan Onani/Masturbasi

Kumpulan Artikel Islami

Terjerat Kebiasaan Onani/Masturbasi Terjerat Kebiasaan Onani/Masturbasi

Kategori Adab Dan Perilaku

Senin, 1 Agustus 2005 13:42:07 WIBTERJERAT KEBIASAN BERONANI/MASTURBASIOlehSyaikh Shalih bin Fauzan Al-FauzanPertanyaan.Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Saya seorang pelajar muslim [selama ini] saya terjerat oleh kabiasaan onani/masturbasi. Saya diombang-ambingkan oleh dorongan hawa nafsu sampai berlebih-lebihan melakukannya. Akibatnya saya meninggalkan shalat dalam waktu yang lama. Saat ini, saya berusaha sekuat tenaga [untuk menghentikannya]. Hanya saja, saya seringkali gagal. Terkadang setelah melakukan shalat witir di malam hari, pada saat tidur saya melakukannya. Apakah shalat yang saya kerjakan itu diterima Haruskah saya mengqadha shalat Lantas, apa hukum onani Perlu diketahui, saya melakukan onani biasanya setelah menonton televisi atau video.JawabanOnani/Masturbasi hukumnya haram dikarenakan merupakan istimta’ [meraih kesenangan/kenikmatan] dengan cara yang tidak Allah Subhanahu wa Ta’ala halalkan. Allah tidak membolehkan istimta’ dan penyaluran kenikmatan seksual kecuali pada istri atau budak wanita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.â€Å"Artinya : Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki” [Al-Mu’minun 5-6]Jadi, istimta’ apapun yang dilakukan bukan pada istri atau budak perempuan, maka tergolong bentuk kezaliman yang haram. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi petunjuk kepada para pemuda agar menikah untuk menghilangkan keliaran dan pengaruh negative syahwat.Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda.â€Å"Artinya : Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu menikah, maka hendaklah dia menikah karena nikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Sedang barangsiapa yang belum mampu maka hendaknya dia berpuasa karena puasa itu akan menjadi tameng baginya” [1]Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi kita petunjuk mematahkan [godaan] syahwat dan menjauhkan diri dari bahayanya dengan dua cara : berpuasa untuk yang tidak mampu menikah, dan menikah untuk yang mampu. Petunjuk beliau ini menunjukkan bahwa tidak ada cara ketiga yang para pemuda diperbolehkan menggunakannya untuk menghilangkan [godaan] syahwat. Dengan begitu, maka onani/masturbasi haram hukumnya sehingga tidak boleh dilakukan dalam kondisi apapun menurut jumhur ulama.Wajib bagi Anda untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak mengulangi kembali perbuatan seperti itu. Begitu pula, Anda harus menjauhi hal-hal yang dapat mengobarkan syahwat anda, sebagaimana yang Anda sebutkan bahwa Anda menonton televisi dan video serta melihat acara-acara yang membangkitkan syahwat. Wajib bagi Anda menjauhi acara-acara itu. Jangan memutar video atau televisi yang menampilkan acara-acara yang membangkitkan syahwat karena semua itu termasuk sebab-sebab yang mendatangkan keburukan.Seorang muslim seyogyanya [senantiasa] menutup pintu-pintu keburukan untuk dirinya dan membuka pintu-pintu kebaikan. Segala sesuatu yang mendatangkan keburukan dan fitnah pada diri anda, hendaknya Anda jauhi. Di antara sarana fitnah yang terbesar adalah film dan drama seri yang menampilkan perempuan-perempuan penggoda dan adegan-adegan yang membakar syahwat. Jadi Anda wajib menjauhi semua itu dan memutus jalannya kepada anda.Adapun tentang mengulangi shalat witir atau nafilah, itu tidak wajib bagi anda. Perbuatan dosa yang Anda lakukan itu tidak membatalkan witir yang telah Anda kerjakan. Jika Anda mengerjakan shalat witir atau nafilah atau tahajjud, kemudian setelah itu Anda melakukan onani, maka onani itulah yang diharamkan –anda berdosa karena melakukannya-, sedangkan ibadah yang Anda kerjakan tidaklah batal karenanya. Hal itu karena suatu ibadah jika ditunaikan dengan tata cara yang sesuai syari’at, maka tidak akan batal/gugur kecuali oleh syirik atau murtad –kita berlindung kepada Allah dari keduanya-. Adapun dosa-dosa selain keduanya, maka tidak membatalkan amal shalih yang terlah dikerjakan, namun pelakunya tetap berdosa.[Al-Muntaqa min Fatawa Fadhilah Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan IV/273-274][Disalin dari Majalah Fatawa Volume 11/Th I/14124H-2003M]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1509&bagian=0


Artikel Terjerat Kebiasaan Onani/Masturbasi diambil dari http://www.asofwah.or.id
Terjerat Kebiasaan Onani/Masturbasi.

Meninggalkan Zina, Lalu Allah Menggantinya DenganKerajaan Dan Wanita yang Halal

Kumpulan Artikel Islami

Meninggalkan Zina, Lalu Allah Menggantinya DenganKerajaan Dan Wanita yang Halal Allah menyebutkan kisah Yusuf bin Ya’kub u dalamsatu surat lengkap. Di dalamnya terdapat banyak pelajaran dan manfaatyang lebih dari 1000 buah. Nabi yang mulia ini diuji Allah denganujian yang sangat berat, tetapi beliau bersabar. Dan demikian itulahkeadaan orang-orang shalih. Akhirnya, mihnah [ujian] itu berubahmenjadi minhah rabbaniyah [anugerah Tuhan]. Berikut ini kisahnya:

Ibu Yusuf bernama Rahil. Ia memiliki sebelas saudara. Ayahnya sangatmencintai Yusuf . Hal itulah yang kemudian mengakibatkan kedengkiansaudara-saudaranya yang lain. Sebab mereka adalah satu kelompok, satujama’ah. Namun sang ayah begitu cintanya kepada Yusuf dan saudaranyaBunyamin. Apa yang terjadi selanjutnya Mereka meminta kepada sangayah agar Yusuf diperbolehkan pergi bersama mereka. Mereka pura-puramemperlihatkan keinginan agar Yusuf menggembala bersama mereka,padahal mereka menyembunyikan sesuatu daripadanya, yang hanya AllahYang Maha Tahu. Maka mereka pun mengajak Yusuf, lalu merekamelemparkannya ke dalam sumur tua. Kemudian datanglah rombonganmusafir. Mereka menurunkan timba ke dalam sumur dan Yusuf punmenggayut padanya. Yusuf lalu dijual kepada seorang raja di Mesir. Iadibeli hanya dengan beberapa dirham.[[1]] Lalu apa yang terjadiselanjutnya

Allah berfirman:

“Dan wanita [Zulaikha] yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusufuntuk menundukkan dirinya [kepadanya] dan dia menutup pintu-pintu,seraya berkata, ‘Marilah ke sini’. Yusuf berkata, ‘Aku berlindungkepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik’.Sesungguhnya orang-orang yang zhalim tiada akan beruntung.Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud [melakukan perbuatan itu]dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud [melakukan pula] dengan wanitaitu andaikata dia tidak melihat tanda [dari] Tuhannya. Demikianlah,agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian.Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” [Yusuf:23-24].

Allah menyebutkan godaan isteri raja tersebut kepada Yusuf u sertapermintaannya kepada Yusuf sesuatu yang tidak pantas dengan posisi dankedudukannya. Yakni wanita itu berada di puncak kecantikan, kejelitaan,kedudukan dan masih amat muda. Ia lalu menutup semua pintu untuk hanyaberdua. Ia telah siap untuk menyerahkan dirinya dengan mengenakanpakaian kebesaran yang sangat indah. Padahal ia adalah seorang isteriraja. Sedangkan Yusuf u kala itu adalah seorang pemuda tampan dan elok,sedang berada di masa pubertas, masih perjaka dan tidak ada yang bisamenggantikannya. Ia jauh dari keluarga dan kampung halamannya.

Sedangkan orang yang tinggal di tengah-tengah keluarga dan sahabatnyatentu akan malu jika diketahui perbuatan kejinya, sehingga akanjatuhlah kehormatannya dalam pandangan mereka. Tetapi, jika ia beradadi negeri asing, maka kendala itu sirna. Apalagi ia dalam posisidiminta, maka menjadi hilanglah kendala lelaki yang biasanyamenawarkan diri, hilang pula rasa takutnya untuk tidak bersambut. Danwanita itu berada dalam kekuasaan dan rumah pribadinya, sehingga iatahu persis kapan waktu yang tepat, dan di tempat mana sehingga takada yang bisa melihat.

Namun, betapapun kesempatan yang ada, Yusuf justru menjaga diri dariyang diharamkan, Allah menjaganya dari berbuat keji karena dia adalahketurunan para nabi. Allah menjaganya dari tipu daya para wanita. DanAllah pun menggantinya dengan kekuasaan di muka bumi, di mana sajayang ia kehendaki. Allah memberinya kerajaan. Lalu, kepadanya datangwanita yang sebelumnya dengan merendahkan diri, meminta dan mengibaagar dinikahinya secara halal, maka Yusuf pun menikahinya. Ketikamalam pertama, Yusuf berkata kepadanya, ‘Ini sungguh lebih baikdaripada apa yang dulu engkau inginkan.’

Wahai umat Islam, renungkanlah! Betapa setelah ia meninggalkan yangharam, Allah lalu menggantinya dengan sesuatu yang lebih baikdaripadanya. Karena itu, Yusuf adalah penghulu dari tujuh [golongan]para penghulu yang bertakwa dan amat mulia. Sebagaimana disebutkandalam Shahihain dari penutup para nabi, dari Tuhan segenap langit danbumi:

Artikel Meninggalkan Zina, Lalu Allah Menggantinya DenganKerajaan Dan Wanita yang Halal diambil dari http://www.asofwah.or.id
Meninggalkan Zina, Lalu Allah Menggantinya DenganKerajaan Dan Wanita yang Halal.

Masa [Waktu] Semakin Singkat [Menyempit]

Kumpulan Artikel Islami

Masa [Waktu] Semakin Singkat [Menyempit] Masa [Waktu] Semakin Singkat [Menyempit]

Kategori Hadits

Minggu, 22 Agustus 2004 22:11:01 WIBMASA [WAKTU] SEMAKIN SINGKAT [MENYEMPIT]OlehYusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-WabilMUKADIMAHArtikel ini diambil dari sebagian kecil Tanda-Tanda Kiamat Shugro, yang dimaksud dengan tanda-tanda kiamat shugro [kecil] ialah tanda-tandanya yang kecil, bukan kiamatnya. Tanda-tanda ini terjadi mendahului hari kiamat dalam masa yang cukup panjang dan merupakan berbagai kejadian yang biasa terjadi. Seperti, terangkatnya ilmu, munculnya kebodohan, merajalelanya minuman keras, perzinaan, riba dan sejenisnya.Dan yang penting lagi, bahwa pembahasan ini merupakan dakwah kepada iman kepada Allah Ta'ala dan Hari Akhir, dan membenarkan apa yang disampaiakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, disamping itu juga merupakan seruan untuk bersiap-siap mencari bekal setelah mati nanti karena kiamat itu telah dekat dan telah banyak tanda-tandanya yang nampak.________________________________Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam."Artinya : Tidak akan datang kiamat sehingga .... zaman semakin berdekatan [terasa singkat]". [Shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Fitan 13:81-82].Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah pula, katanya : Telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam."Artinya : Tidak akan datang kiamat sehingga waktu semakin berdekatan [semakin singkat], setahun seperti sebulan, sebulan seperti sejum'at, sejum'at seperti sehari, sehari seperti sejam, dan sejam terasa hanya sekejap". [Musnad Ahmad 2 : 537-538 dengan catatan pinggir Muntakhab Al-Kanz. Dan diriwayatkan pula oleh Tirmidzi dari Anas : Tuhfatul Ahwadzi Syarah Jami'ay Tirmidzi, Awab Zuhud, Bab Maa Ja-a fi Taqoorubis Zaman wa Qashril Amal 6:624-625. Ibnu Katsir berkata, "Isnadnya menurut syarat Muslim" : An-Nihayah fil Fitan wal Malahim 1:181 dengan tahqiq Dr Thaha Zaini]Mengenai berdekatnya zaman ini terdapat bermacam-macam pendapat ulama, antara lain :[1]. Bahwa yang dimaksud dengan berdekatnya zaman ialah sedikitnya barakah pada zaman [kesempatan] itu. [Periksa : Ma'alimus sunan dengan catatan pinggir Mukhtashar Sunan Abu Daud oleh Al-Mundziri 6:141-142 ; Jami'ul Ushul oleh Ibnu Atsir 10: 409; Fathul Bari 13:16]. Ibnu Hajar berkata, "Hal ini telah kita jumpai pada masa sebelumnya".[Fathul Bari 31:16].[2]. Bahwa yang dimaksud ialah zaman Al-Mahdi dan Isa 'Alaihissalam yang pada waktu itu manusia merasakan kelezatan hidup, kemanan yang merata, dan keadilan yang menyeluruh. Karena manusia itu bila hidup dalam kesenangan, mereka merasa hanya sebentar, walaupun sebenarnya waktunya sudah lama. Dan sebaliknya mereka merasakan penderitaan dan kesengsaraan itu lama sekali walaupun sebenarnya saat pendrritaan dan kesengsaraan itu hanya sebentar. [Fathul Bari 13:16].[3]. Bahwa yang dimaksud ialah berdekatan atau hampir mirip kondisi masyarakat pada waktu itu karena sedikitnya kepeduliaan mereka terhadap Ad-Din. Sehingga, sudah tidak ada lagi orang yang menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar karena telah merajalelanya kefasikan dan eksisnya ahli kefasikan. Hal ini terjadi ketika manusia sudah tidak mau menuntut ilmu tentang Ad-Din [agama] dan ridha dengan kejahilan terhadap Ad-Din itu. Sebab, keadaan sebagaimana dalam berilmu itu bertingkat-tingkat, tidak sama, sebagaimana firman Allah :"Artinya : Dan di atas semua yang punya ilmu itu ada lagi Yang Maha Mengetahui". [Yusuf : 76].Sedang tingkat manusia dalam kejahilan itu setara. Yakni bila semua mereka itu bodoh maka peringkat mereka sama saja.[4]. Bahwa yang dimaksud ialah hubungan antar manusia pada zaman itu terasa begitu dekat karena canggihnya alat-alat transportasi, baik lewat darat, udara [maupun laut] yang demikian cepat sehingga jarak yang jauh terasa begitu dekat. [Itihaful Jama'ah 1:497 ; dan Al-'Aqaid Al-Islamiyah oleh Sayid Sabiq : 247].[5]. Bahwa yang dimaksud ialah jarak waktu semakin pendek dan berlalu dengan cepat secara hakiki. Ini terjadi pada akhir zaman, dan hal ini belum terjadi hingga sekarang. Persepsi ini diperkuat dengan alasan bahwa hari-hari Dajjal [pada zaman Dajjal] menjadi panjang sehingga sehari itu seperti setahun, seperti sebulan, dan seperti sejum'at lamanya. Bila saja hari-hari itu dapat berubah menjadi panjang maka ia juga dapat berubah menjadi pendek. Hal ini terjadi ketika aturan alam sudah rusak dan dunia telah mendekati masa kehancurannya. [Mukhtashar Sunan Abu Daud 6:142 dan Jami'ul Ushul 10:409 dengan tahqiq Abdul Qadir Al-Arnauth]Imam Abu Hamzah[1] berkata : "Boleh jadi yang dimaksud dengan berdekatannya zaman ialah jangka waktu itu menjadi pendek sebagaimana disebutkan dalam hadits :"Tidak akan datang hari kiamat sehingga masa setahun itu seperti sebulan". Dengan demikian, perpendekan waktu itu boleh jadi bersifat hissiyah [inderawi] dan boleh jadi bersifat maknawi [non inderawi]. Yang bersifat hissi [inderawi] hingga sekarang belum nampak, mungkin baru akan terjadi ketika kiamat sudah dekat.Adapun yang bersifat maknawi sudah terjadi, dan hal ini dapat dirasakan oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan agama dan yang memiliki perhatian dan kejelian terhadap urusan duniawi. Hal ini dapat dijumpai ketika mereka tidak lagi dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya dapat mereka selesaikan dengan porsi waktu yang sama. Mereka mengeluh hal itu, tetapi tidak mereka ketahui sebabnya. Hal ini boleh jadi disebabkan lemahnya keimanan karena banyaknyan perkara dan praktik hidup yang bertentangan dengan syara' dalam pelbagai aspek. Dan lebih parah lagi dalam masalah makanan, di antaranya ada yang haram melulu dan ada pula yang syubhat. Juga banyak pula orang yang tidak memperdulikan cara mencari harta apakah dengan jalan halal atau dengan jalan haram, yang penting mendapatkan hasil yang banyak.Pada kenyataannya, barakah pada waktu [masa], rizki, dan tanaman itu hanya diperoleh dengan iman yang kuat, mengikuti perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya.Allah berfirman."Artinya : Kalau penduduk suatu negeri benar-benar beriman dan bertaqwa, niscaya Kami bukakan bagi mereka barakah-barakah dari langit dan dari bumi". [Al-A'raf : 96].[Disalin dari Buku Asyratus Sa'ah Fasal Tanda-Tanda Kiamat Kecil oleh Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabil MA, edisi Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat terbitan Pustaka Mantiq hal. 119-121 penerjemah Drs As'ad Yasin dan Zaini Munir Fadholi]_________Foote Note.[1] Beliau adalah Al-'Allamah Abu Muhammad Abdullah bin Sa'ad bin Sa'id bin Abi Hamzah Al-Azdi Al-Andalusi Al-Maliki, seorang ulama hadits. Beliau memiliki banyak karangan, antara lain : "Jam'un Nihayah" yang merupakan Mukhtashar Shahih Bukhari, dan kitab "Al-Mara-i Al-Hisan" Tentang hadits dan ru'ya. Ibnu Katsir berkata, "Beliau adalah Imam yang alim dan ahli ibadah..., suka menyampaikan kebenaran, menyuruh yang ma'ruf, dan mencegah yang mungkar. Beliau wafat di Mesir pada tahun 695H. Semoga Allah merahmati beliau. Al-Bidayah wan Nihayah 13:346, dan Al-A'lam 4:89

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1002&bagian=0


Artikel Masa [Waktu] Semakin Singkat [Menyempit] diambil dari http://www.asofwah.or.id
Masa [Waktu] Semakin Singkat [Menyempit].