Minggu, 13 Juli 2008

Sunnah-Sunnah Pergi Menuju Masjid

Kumpulan Artikel Islami

Sunnah-Sunnah Pergi Menuju Masjid Sunnah-Sunnah Pergi Menuju Masjid

Kategori Amalan Sunnah

Kamis, 5 Mei 2005 17:35:43 WIBSUNNAH-SUNNAH PERGI MENUJUA MASJIDOlehSyaikh Khalid al Husainan[a]. Bersegera Menuju MasjidRasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.â€Å"Artinya : Seandainya manusia mengetahui keutamaan panggilan adzan dan shaf awal kemudian tidaklah mereka bisa mendapatinya kecuali dengan berundi, pastilah mereka berundi dan seandainya mereka mengetahui keutamaan bersegera menuju masjid niscaya mereka akan berlomba-lomba dan seandainya mereka mengetahui keutamaan sepertiga malam yang awal dan shubuh niscaya mereka akan datang kepadaKu walaupun dengan merangkak” [Hadits Riwayat Bukhari no. 615 dan Muslim no. 437]Imam An-Nawawy berkata: â€Å"At-Tahjir adalah bersegera menuju shalat”[b]. Doa Pergi Menuju Masjid."Artinya : Ya Allah, jadikanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya dari mukaku, cahaya dari atasku dan cahaya dari bawahku, Ya Allah berikanlah aku cahaya” [Hadits Riwayat. Bukhary 11/116 no. 6316 dan Muslim no. 763 ][c]. Berjalan Menuju Masjid Dengan Tenang Dan BerwibawaRasuulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.â€Å"Artinya : Apabila kalian telah mendengar iqomah maka berjalanlah kalian menuju masjid untuk sholat dengan ketenangan dan kewibawaan.” [Hadits Riwayat Bukhari no 636 dan 908 Sedangkan Muslim tidak meriwayatkan]"As-Sakinah " artinya perlahan dalam berjalan dan menjauhkan diri dari bersendau gurau"Al-Waqoru" artinya menundukkan pandangan, merendahkan suara dan tidak menoleh-noleh.[d]. Pergi Menuju Masjid Dengan Berjalan KakiPara ulama telah menjelaskan bahwa berjalan kaki ke masjid dengan tenang tanpa tergesa-gesa mengandung banyak sekali kebaikan bagi seorang pejalan kaki. Hal ini berdasarkan nash-nash syari’at yang menunjukkan tentang keutamaan memperbanyak langkah menuju masjid.Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabdaâ€Å"Artinya : Maukah kalian aku tunjukkan apa-apa yang menyebabkan Allah menghapuskan dosa dan mengangkat derajat kalian.” Mereka berkata: â€Å"Ya, wahai Rasul”, kemudian Rasul menyebutkan salah satunya adalah memperbanyak langkah menuju masjid. [Hadits Riwayat Muslim no. 251][e] Berdo’a Ketika Masuk MasjidDoa masuk masjid yaitu :"Artinya : Ya Allah, bukalah pintu rahmat-Mu untukkuBerdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam"Artinya : Apabila diantara kalian ada yang masuk masjid maka bersholawatlah kalian atas Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian mengucapkan doa: â€Å"Ya Allah bukalah pintu rahmat-Mu untukku” [Hadits Riwayat Muslim 1/494 no. 713, Abu Dawud no. 465, Nasaa’I no.728, Ibnu Majah no. 772.][f]. Mendahulukan Kaki Kanan Ketika Masuk MasjidBerdasarkan perkataan shahabat yang mulia Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu:"Artinya : Termasuk Sunnah, apabila engkau masuk masjid, untuk mendahulukan kakimu yang kanan dan apabila engkau keluar, dahulukan kaki kirimu. [Hadits Riwayat Hakim 1/475, ia berkata : Shahih berdasarkan syarat Muslim" Dan disepakati oleh Adz-Dzahabi][g]. Memprioritaskan Menempati Shaff Yang Pertama.â€Å"Artinya : Seandainya manusia mengetahui keutamaan panggilan adzan dan shaf awal kemudian tidaklah mereka bisa mendapatinya kecuali dengan berundi, pastilah mereka berundi dan seandainya mereka mengetahui keutamaan bersegera menuju masjid niscaya mereka akan berlomba-…” [Hadits Riwayat Bukhari no. 615 dan Muslim no. 437, Pent][h]. Berdoa Ketika Keluar MasjidJika keluar dari masjid, hendaklah mengucapkan"Artinya : Ya Allah, aku mohon kepadamu karuniamu. [Hadits Riwayat Muslim 713 dan Abu Dawud 465]Dan pada riwayat An-Nasa'i terdapat tambahan agar bershalawat kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam[i]. Mendahulukan kaki kiri ketika keluar dari Masjid sebagaimana perkataan shahabat Anas bin Malik ketika menyebutkan tentang keutamaan mendahulukan kaki kanan ketika masuk masjid.[j]. Shalat Tahiyatul MasjidSabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam"Artinya : Apabila salah seorang diantara kalian masuk masjid, maka hendaklah shalat dua rakaat sebelum ia duduk” [Hadits Riwayat Bukhari no. 444 dan Muslim no. 714]Imam Syafi’i berkata, â€Å"Shalat Tahiyatul Masjid disyariatkan kecuali pada waktu yang dilarang.” [1]Al Hafidz Ibnu Hajar, â€Å"Shalat Tahiyatul Masjid adalah sunnah hukumnya menurut ijma dari ahli fatawa [ulama].”Praktek sunnah-sunnah tersebut terjadi berulangkali, dilakukan oleh seorang muslim ketika hendak bepergian menuju masjid untuk shalat lima waktu, apabila dikumpulkan maka akan didapat sebanyak 50 sunnah.[Disalin dari kitab Aktsaru Min Alfi Sunnatin Fil Yaum Wal Lailah, edisi Indonesia Lebih Dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Penulis Khalid Al-Husainan, Penerjemah Zaki Rachmawan]_________Foote Note[1]. Waktu yang terlarang untuk melakukan shalat sunnah tathawwu’ ada tiga. Berdasarkan hadits dari Uqbah bin Amir Al Juhani Radhiyallahu 'anhu diriwayatkan bahwa ia berkata: â€Å"Ada tiga waktu yang kami dilarang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk shalat pada waktu tersebut dan juga untuk menguburkan mayyit; ketika matahari persis terbit, hingga meninggi; ketika matahari tepat di atas kepala, hingga condong; dan manakala matahari mulai tenggelam, hingga betul-betul tenggelam. [Hadits Riwayat. Muslim, dalam Kitab Shalatul Musafirin, bab waktu-waktu yang terlarang. No. 831].

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1423&bagian=0


Artikel Sunnah-Sunnah Pergi Menuju Masjid diambil dari http://www.asofwah.or.id
Sunnah-Sunnah Pergi Menuju Masjid.

Peringatan Dari Bahaya Penculikan, Pembunuhan Serta Tindak Peledakan 2/2

Kumpulan Artikel Islami

Peringatan Dari Bahaya Penculikan, Pembunuhan Serta Tindak Peledakan 2/2 Peringatan Dari Bahaya Penculikan, Pembunuhan Serta Tindak Peledakan 2/2

Kategori Al-Irhab = Terorisme

Jumat, 10 September 2004 23:24:51 WIBPERINGATAN DARI BAHAYA IGHTIYAALAT [PENCULIKAN DAN PEMBUNUHAN] SERTA TINDAK PELEDAKAN DENGAN DALIH KISAH PEMBUNUHAN KAAB BIN AL-ASYRAFOlehSyaikh Abul Hasan Musthafa bin Ismail As-Sulaimani Al-Mishri[Silsilah Al-Fatawa Asy-Syar'iyah, Darul Hadits Ma'rib Yaman, 1418H]Bagian Terakhir dari Dua Tulisan [2/2]Syubhat-Syubhat Dan BantahannyaApabila mereka berkata, "Kami sudah terbukti berhasil di berbagai tempat".Bantahannya :Keberhasilan bukanlah sebuah ukuran [kebenaran, -pent]. Hal ini jika mereka memang benar-benar berhasil ! Namun mana bukti keberhasilan tersebut Bagaimana mungkin mereka berhasil bila mereka selalu menyelisihi alim ulama.Ada yang berdalil dengan hadits Aisyah yang berbunyi :"Artinya : Bakal ada pasukan yang akan menyerang Ka'bah, tetapi ketika mereka sampai di suatu tempat tiba-tiba dibinasakan seluruhnya. Tidak ada yang tersisa !" Beliau ditanya, "Bagaimana mungkin dibinasakan seluruhmya padahal di situ ada orang-orang yang tidak terlihat yaitu orang-orang yang sedang di pasar" Beliau menjawab, "Dibinasakan seluruhnya, kemudian dibangkitkan menurut niat masing-masing" [Muttafaqun 'Alaihi]Menurut akal mereka yang picik, makna implistnya adalah meledakkan kendaraan-kendaraan, terowongan-terowongan, atau bangunan-bangunan. adapun mengenai orang-orang yang tidak bersalah namun turut menjadi korban akan dibangkitkan menurut niat masing-masing.Cobalah perhatikan ! Betapa dangkalnya pemahaman mereka seandainya mereka mau menelaah kitab "Fathul Bari" [IV : 241] mereka pasti akan menemukan perkataan Ibnul Munayyir sebagai berikut :"Hukuman yang tertera di dalam hadits tersebut adalah hukuman Allah langsung dari-Nya, tidak boleh disamakan dengan hukuman Allah melalui prosedur syariat". [1]Memang benar, cara seperti itu diperbolehkan apabila tidak ada pilihan lain untuk mencegah kejahatan musuh-musuh Allah selain dengan cara tersebut, dan memiliki kemampuan untuk melakukannya tanpa menimbulkan fitnah [bencana] yang lebih besar sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Imam Ibnu Taimiyah.Akan tetapi, apakah benar tidak ada pilihan lain Realita yang ada membantahnya ! Peluang dakwah masih terbuka lebar di hadapan mereka. Kemudian bandingkanlah keadaan mereka dengan ayat di bawah ini."Artinya : Dan kalaulah tidak karena beberapa orang laki-laki dan wanita yang beriman yang tiada kamu ketahui sehingga kamu membunuhnya. maka kamu ditimpa kesulitan tanpa pengetahuan. [tentu Allah akan membiarkan kamu membinasakan mereka]" [Al-Fath : 25]Lalu anggaplah orang-orang yang mereka kafirkan itu benar-benar kafir, tetapi apakah setiap orang kafir boleh di culik dan dibunuh Bukankah terdapat beberapa perincian dan syarat-syarat yang telah digariskan oleh alim ulama Cobalah perhatikan, seandainya Rasulullah merestui keinginan beberapa sahabat [di antaranya adalah Abdurrahman bin Auf. -pent] untuk berperang pada waktu masih berada di kota Mekkah, niscaya beliau telah melanggar perintah Allah Azza wa Jalla. Allah berfirman."Artinya : Tidaklah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka Tahanlah tanganmu dari berperang !" [An-Nisaa : 77]Pada saat itu Rasulullah hanya berkata."Artinya : Aku diperintahkan untuk memaafkan"[Silakan lihat sebab turun ayat ini dalam buku " Shahihul Musnad min Asbabin Nuzul" karya Syaikh Muqbil bin Hadii hal. 81]Ada sebagian orang yang berdalil dengan fatwa Syaikhul Islam IbnuTaimiyah dalam "Majmu ' Fatawa" [XXVIII : 546-547], yaitu ketika tentara orang-orang musyrik menawan beberapa kaum muslimin untuk menghadapi tentara orang-orang musyrik tersebut [walaupun berakibat terbunuhnya tawanan-tawanan muslim itu, -pent], kemudian semuanya nanti dibangkitkan menurut niat masing-masing, tetapi hal itu dibolehkan apabila kejahatan orang-orang musyrik tersebut sudah mengganas dan tidak dapat dicegah kecuali dengan menghadapinya. Dan hal itu termasuk di dalam kaidah : Memilih mudharat yang paling ringan. Adapun perbuatan pemuda-pemuda ingusan tadi, bahkan sebaliknya, yaitu memilih mudharat yang paling berat. Bagaikan seorang pemburu yang berburu dengan ketapelnya, ia tidak dapat melumpuhkan buruan dan tidak dapat menewaskan musuh, tapi hanya meretakkan gigi atau mencederai mata seperti yang disebutkan dalam hadits Abdullah bin Mughoffal. [2]Penjelasan lengkap masalah ini tidak dapat dimuat seluruhnya di dalam kumpulan fatwa yang sederhana ini. Keterangan lebih lanjut dapat pembaca temukan di tempat lain, inysa Allah. Nasehat kami kepada segenap kaum muslimin adalah agar mereka senantiasa berada di bawah bimbingan alim ulama. Rasulullah bersabda, "Keberkahan itu terdapat pada sesepuh-sesepuh kamu [yaitu ulama kamu] " [Hadits shahih riwayat Abu Ya'la di dalam musnadnya, dan Al-Albani mencantumkan di dalam "Silsilah Hadits Shahih" No. 1778]Dan agar mereka senantiasa menekuni dakwah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditegakkan di atas kaidah dan proses belajar mengajar, ditegakkan dengan ketenangan dan penyebaran nasihat serta kesabaran. Dan agar mereka membuang jauh-jauh pemikiran-pemikiran kotor tersebut.Kemudian nasehat kami kepada pemuda-pemuda itu agar mereka bertakwa kepada Allah di dalam menghadapi umat ini dan di dalam berdakwah kepada agama Allah. Dan hendaklah mereka mengevaluasi diri sendiri. Di antara mereka ada yang benar-benar ikhlas, jujur, dan benar-benar tulus membela agama. Di antara mereka ada yang ahli ibadah, zuhud, dan orang-orang yang kita acungi jempol ibadah-ibadahnya. Semoga kami bukanlah berlebih-lebihan memuji mereka ! Hendaklah mereka selalu berkonsultasi kepada alim ulama dengan penuh kejujuran dan semata-mata untuk mencari kebenaran di dalam semua masalah yang ada. Sehingga mereka menjadi penuntut ilmu dengan sebenarnya dan menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia. Dan hendaklah mereka menghidupkan kembali majlis-majlis ilmu syar'i. Janganlah mereka tertipu dengan ucapan : "Kita sekarang berada pada era tekhnologi, bukan zaman kitab kuning seperti Fathul Barii". Hendaklah selalu diingat bahwa : Seluruh kebaikan adalah dengan mengikuti generasi awal [generasi Salafus Shalih] dan seluruh kejelekan adalah dengan mengikuti bid'ah generasi akhir.Telah sampai berita gembira kepada kami bahwa sekelompok besar dari mereka mulai menyadari besarnya bahaya dan kemudharatan akibat perbuatan mereka dan tergerak untuk rujuk dari kekeliruan mereka. Semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan. Demikianlah dugaan baik kami kepada orang-orang yang ikhlas yaitu segera bertobat kepada Allah dari kesalahan dan segera menjauhi tindakan-tindakan yang dinyatakan sesat oleh alim ulama. Semoga Allah memperkaya pengetahuan kita di dalam agama dan menganugrahkan keistiqomahan di atasnya.Kami memohon kepada Allah semoga memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan semoga menjadikan kita sebagai pembingbing kepada hidayah, bukan sebagai orang yang sesat lagi menyesatkan. Dan semoga Allah mewafatkan kita dalam keadaan selamat, bukan sebagai juru fitnah [penyebar bencana] dan bukan pula sebagai orang yang terfitnah [ditimpa bencana]. Sesungguhnya Dia-lah satu-satinya penolong dan Yang Maha Kuasa atas segalanya. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad, sahabat, serta keluarganya.[Disalin dari buku Silsilah Al-Fatwa Asy-Syar'iyah edisi Indonesia Bunga Rampai Fatwa-Fatwa Syar'iyah oleh Syaikh Abul Hasan Musthafa bin Ismail As-Sulaimani Al-Mishri, terbitan Pustaka At-Tibyan Cet Th 2000, hal 98 - 105, penerjemah Abu Ihsan]__________Foote Notes[1] Sebab hukuman Allah melalui syari'at dijatuhkan berdasarkan bukti-bukti, persaksian-persaksian, dan azas praduga tidak bersalah, berbeda dengan hukuman Allah langsung dari-Nya. -pent.[2] Maksud beliau adalah hadits Muttafaq 'alaihi dari Abdullah bin Mughaffal bahwa pada suatu hari ia melihat seseorang berburu dengan cara melemparkan batu [dengan ketapel atau sejenisnya], beliau menegurnay seraya berkata, "Janganlah gunakan cara seperti itu, sebab Rasulullah telah melarangnya, sesungguhnya Rasulullah telah bersabda, "Cara seperti itu tidak dapat melumpuhkan buruan, dan tidak dapat menewasakan musuh, tetapi hanya meretakkan gigi atau mencederai mata". Kemudian setelah itu beliau melihat orang tersebut masih melakukannya. Beliau berkata kepadanya. "Aku sudah sampaikan kepadamu bahwa Rasulullah telah melarangnya, namun kamu masih saja melakukannya ! Aku tidak mau berbicara denganmu selama-lamanya". Cobalah lihat ! betapa mirip pemuda-pemuda ingusan tadi dengan orang tersebut, -pent.

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1013&bagian=0


Artikel Peringatan Dari Bahaya Penculikan, Pembunuhan Serta Tindak Peledakan 2/2 diambil dari http://www.asofwah.or.id
Peringatan Dari Bahaya Penculikan, Pembunuhan Serta Tindak Peledakan 2/2.

Tujuan Manusia Diciptakan

Kumpulan Artikel Islami

Tujuan Manusia Diciptakan

>> Pertanyaan :

Apa tujuan penciptaan manusia?

>> Jawaban :

Sebelum menjawab pertanyaan ini, saya ingin meng-ingatkan pada kaidahumum tentang apa yang diciptakan Allah Ta'ala dan apa yangdisyariatkan-Nya. Kaidah ini diambil dari firman Allah Ta'ala:

Sesungguhnya Dialah yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. [Yusuf:83], dan firman-Nya:

Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. [Al-Ahzab:1] serta ayat-ayat lainnya yang menunjukkan tentang pene-tapan hikmahAllah Ta'ala pada apa yang diciptakan-Nya dan apa yangdisyariatkan-Nya, yaitu ketentuan-ketentuan-Nya dalam penciptaan dansyariat. Sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang diciptakan AllahTa'ala kecuali ada hikmahnya, baik itu dalam hal mengadakannya ataupunmeniadakannya, dan tidak ada sesuatu pun yang disyariatkan AllahTa'ala kecuali untuk suatu hikmah, baik itu yang diwajibkan, atau yangdiha-ramkan ataupun yang dibolehkan.

Namun kadang-kadang hikmah-hikmah yang tercakup dalam hikmahpenciptaan dan pensyariatan itu kita ketahui, kadang pula tidak kitaketahui dan ada pula yang hanya diketahui oleh sebagian orang sajasesuai dengan ilmu dan pemahaman yang diberikan Allah Ta'ala kepadamereka. Demikianlah, maka kami katakan; bahwa sesungguh-nya AllahTa'ala menciptakan jin dan manusia untuk suatu hikmah yang agung dantujuan yang mulia, yaitu untuk beribadah [menghamba] kepada-Nya,sebagaimana firman-Nya:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya merekamenyembah-Ku. [Adz-Dzariyat: 56].

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamusecara main-main [saja], dan bahwa kamu tidak akan dikembali-kankepada Kami[Al-Mukminun: 115].

Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja [tanpapertanggungjawaban][Al-Qiyamah: 36].

Dan masih banyak ayat-ayat lainnya yang menunjukkan bahwa Allah Ta'alamempunyai hikmah yang agung dalam penciptaan jin dan manusia, yaituuntuk beribadah kepada-Nya.

Ibadah adalah tunduk dan patuh kepada Allah Ta'ala dengan penuhkecintaan dan pengagungan dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya danmenjauhi larangan-larangan-Nya sesuai dengan tuntunan yang ditetapkandalam syariat-syariat-Nya. Allah Ta'ala berfirman,

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah denganmemurnikan ketaatan kepada-Nya dalam [menjalankan] agama yang lurus.[Al-Bayyinah: 5].

Jadi, itulah hikmah penciptaan jin dan manusia. Dan berdasarkan ini,maka barangsiapa yang membelakangi Rabbnya dan enggan beriba-dahkepada-Nya, berarti ia telah mencampakkan hikmah penciptaan para hamba,dan perbuatannya itu berarti persaksiannya bahwa Allah Ta'ala telahmenciptakan makhluk dengan sia-sia, kendati hal itu tidakdinyata-kannya, namun telah menunjukkan keangkuhan dan kesombongannyauntuk taat kepada Rabbnya.

Artikel Tujuan Manusia Diciptakan diambil dari http://www.asofwah.or.id
Tujuan Manusia Diciptakan.

Balasan Orang Yang Takut Kepada Rabb-nya

Kumpulan Artikel Islami

Balasan Orang Yang Takut Kepada Rabb-nya Yahya bin Ayyub berkata, “Ada seorang pemuda diMadinah yang amat dikagumi oleh ‘Umar bin al-Khaththab RA. Suatu malam,seusai shalat ‘Isya, pemuda ini keluar lalu muncullah di hadapannyaseorang wanita yang menyodorkan dirinya sehingga tergoda jugalahhatinya, lalu wanita itu berlalu.

Dia mengikuti jalannya dari belakang hingga sampai ke depan pintunya,lalu melirik-lirik karena malu dengan hatinya dan ketika itulah diateringat ayat Allah [artinya],

“Sesungguhnya orang-rang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-wasdari syaithan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga merekamelihat kesalahan-kesalahannya.” “ [al-A’râf:201], setelahmembacakan ayat itu, dia jatuh pingsan. Lantas, si wanita itu membukapintu dan melihat kondisinya seperti sudah jadi mayat, lantas dibantuoleh pembantu perempuannya, mereka berdua mengangkatnya hingga sampaike pintu rumahnya sendiri.

Tak berapa lama, keluarlah ayahnya dan menyaksikan anaknya tergeletakdi depan pintu. Sang anak kemudian dibawa masuk, lantas tersadar.Kemudian dia menanyakan kepada sang anak,

“Apa yang telah terjadi denganmu, wahai anakku.”

Sang anak tidak memberitahukan kejadian yang sebenarnya namun ayahnyanampak tetap ngotot hingga akhirnya dia menceritakan duduk perkaranya.Ketika sampai pada ayat yang dibacanya tadi, dia kembali jatuh pingsanyang sangat serius hingga menghembuskan nafas terakhir.

Kisah kematiannya ini sampai ke telinga ‘Umar RA., maka dia berkata,“Kenapa kalian tidak memberitahuku perihal kematiannya.” Kemudian diapergi menuju kuburannya, berdiri seraya memanggil,

“Wahai fulan! “ ‘Dan bagi orang yang takut saat menghadap Tuhannyaada dua surga.’ “ [ar-Rahmân:46].”

Lalu dia mendengar suara yang berasal dari dalam kuburan itu, “Wahai‘Umar, Rabbku telah memberinya padaku.”

Terdapat versi lain dari riwayat mengenai kisah ini, yaitu “Adaseorang pemuda pada masa ‘Umar bin al-Khaththab RA., yang selaludatang ke masjid dan beribadah di sana. Lantas suatu ketika, adaseorang pembantu perempuan yang jatuh cinta padanya dan hal itumembuat hatinya tergetar. Kemudian setelah itu, dia ingat kepada Allahdan melihat kesalahan-kesalahannya sehingga membuatnya jatuh pingsan.Lalu datanglah pamannya yang membawanya ke rumahnya. Tatkala siuman,dia berkata,

“Wahai pamanda, pergilah ke hadapan ‘Umar lalu sampaikanlah salamkuuntuknya serta katakan kepadanya, ‘Apa balasan orang yang takut saatmenghadap Rabb-nya.’”

Lalu sang pamanpun memberitahu ‘Umar yang lantas mengunjunginya namunternyata dia sudah meninggal dunia. Maka, berkatalah ‘Umar, “Diamendapatkan dua surga.”

[SUMBER: “al-Maw’id Jannât an-Na’îm“ karya Ibrâhîm bin‘Abdullah al-Hâzimy, h.59-60 sebagai yang dinukil dari kitab

“Rawdlah al-Muhibbîn“ karya Ibn al-Qayyim]

Artikel Balasan Orang Yang Takut Kepada Rabb-nya diambil dari http://www.asofwah.or.id
Balasan Orang Yang Takut Kepada Rabb-nya.

Wanita Telah Menyelesaikan Semua Manasik Haji KecualiMelempar Jumrah Karena Punya Anak Kecil

Kumpulan Artikel Islami

Wanita Telah Menyelesaikan Semua Manasik Haji KecualiMelempar Jumrah Karena Punya Anak Kecil

>> Pertanyaan :

Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin ditanya: Seorang wanita telahmenyelesaikan semua manasik haji kecuali melempar jumrah dan iamewakilkannya kepada orang lain, sebab ia bersama anaknya yang masihkecil, bagaimana hukum hajinya ?

>> Jawaban :

Apabila tidak ada orang yang menjaga anaknya kecuali dia, maka bolehmewakilkan melempar jumrah kepada orang lain, tetapi bila ada orangyang bisa menjaganya, maka tidak boleh mewakilkannya baik haji wajibataupun sunnah.

Artikel Wanita Telah Menyelesaikan Semua Manasik Haji KecualiMelempar Jumrah Karena Punya Anak Kecil diambil dari http://www.asofwah.or.id
Wanita Telah Menyelesaikan Semua Manasik Haji KecualiMelempar Jumrah Karena Punya Anak Kecil.

Bagaimana Allah Menyiksa Manusia Sedang Itu Sudah Ditentukan Allah

Kumpulan Artikel Islami

Bagaimana Allah Menyiksa Manusia Sedang Itu Sudah Ditentukan Allah Bagaimana Allah Menyiksa Manusia Sedang Itu Sudah Ditentukan Allah

Kategori Qadha Dan Qadar

Jumat, 27 Februari 2004 21:36:01 WIBBAGAIMANA ALLAH MENYIKSA MANUSIA SEDANG ITU SUDAH DITENTUKAN ALLAHOlehSyaikh Muhammad bin Shalih Al-'UtsaiminPertanyaan.Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin ditanya : "Ada polemik yang dirasakan sebagian manusia, yaitu bagaimana Allah akan menyiksa karena ma'siyat, padahal telah Dia takdirkan hal itu atas manusia "Jawaban.Sebenarnya hal ini bukanlah polemik. Langkah manusia untuk berbuat jahat kemudian dia disiksa karenanya bukanlah persoalan yang sulit. Karena langkah manusia pada berbuat jahat adalah langkah yang sesuai dengan pilihannya sendiri dan tidak ada seorangpun yang mengacungkan pedang di depannya dan mengatakan : "Lakukanlah perbuatan munkar itu", akan tetapi dia melakukannya atas pilihannya sendiri. Allah telah berfirman."Artinya : Sesungguhnya Aku telah memberi petunjuk kepadanya pada jalan [yang benar], maka adakalanya dia bersyukur dan adakalanya dia kufur" [Al-Insan : 3]Maka baik kepada mereka yang bersyukur maupun yang kufur, Allah telah menunjukkan dan menjelaskan tentang jalan [yang benar]. Akan tetapi sebagian manusia ada yang memilih jalan tersebut dan sebagian lagi ada yang tidak memilihnya. Penjelasan [Allah] tersebut pertama dengan Ilzam [keharusan/kepastia logis] dan kedua dengan Bayan [penjelasan].Dalam hal Ilzam, maka kita dapat mengatakan kepada seseorang : Amal duniawi dan amal ukhrawimu sebenarnya sama dan seharusnya Anda memperlakukan keduanya secara sama. Sebagai hal yang maklum adalah apabila ditawarkan kepadamu dua pekerjaan duaniawi yang telah direncanakan. Yang pertama kamu yakini mengandung kabaikan untuk dirimu dan yang kedua merugikan dirimu. Maka pastilah Anda akan memilih pekerjaan pertama yang merupakan pekerjaan terbaik dari dua rencana di atas dan tidak mungkin Anda memilih pekerjaan kedua, yang merupakan pilihan terburuk lalu Anda mengatakan : "Qadar [Allah] telah menetapkan saya padanya [piliha kedua]. Dengan demikian, apa yang telah Anda tetapkan dalam menempuh jalan dunia semestinya Anda lakukan dalam menempuh jalan ukhrawi. Kita dapat mengatakan : Allah telah menawarkan di hadapanmu dua amal akhirat, yaitu amal buruk yang berupa amal-amal yang menyalahi syara' dan amal shalih yang berupa amal-amal yang sesuai dengan syara'. Maka apabila dalam berbagai pekerjaan duniawi Anda memilih perbuatan yang baik, mengapa Anda tidak memilih amal baik dalam amal akhirat. Karena itu, seharusnya Anda memilih amal baik di dalam mencari akhirat sebagaimana Anda harus memilih pekerjaan baik dalam mencari dunia. Inilah cara Ilzam.Adapun cara Bayan, maka kita dapat mengatakan bahwa kita semua tidak tahu apa yang telah ditakdirkan Allah kepada kita. Allah berfirman."Artinya : Setiap diri tidak mengetahui apa yang akan dia kerjakan besok" [Luqman : 34]Maka ketika seseorang melakukan suatu perbuatan, berarti dia melakukannya atas pilihannya sendiri dan bukan karena mengetahui bahwa Allah telah mentakdirkan perbuatan tersebut kepadanya. Oleh karena itu, sebagian ulama' mengatakan : "Sesungguhnya Qadar itu rahasia yang tertutup". Dan kita semua tidak pernah mengetahui bahwa Allah telah mentakdirkan begitu, kecuali bila perbuatan tersebut telah terjadi. Dengan demikian, ketika kita melakukan sesuatu perbuatan, maka bukan berarti kita melakukannya atas dasar bahwa perbuatan tersebut telah ditetapkan bagi kita. Akan tetapi kita melakukannya berdasarkan pilihan kita sendiri dan ketika telah terjadi maka kita baru tahu bahwa Allah telah mentakdirkannya untuk kita.Oleh karena itu, manusia tidak bisa beralasan dengan takdir kecuali setelah terjadinya perbuatan tersebut. Disebutkan dari Amirul Mu'minin, Umar bin Kahtthab, sebuah kisah [mungkin benar dari beliau mungkin tidak] bahwa seorang pencuri yang telah memenuhi syarat potong tangan dilaporkan kepada beliau. Ketika Umar menyuruh untuk memotong tangannya, dia mengatakan : "Tunggu dulu hai Amirul Mu'minin, demi Allah aku tidak mencuri itu kecuali karena Qadar Allah". Umar mengatakan : "Aku tidak akan memotong tanganmu kecuali karena Qadar Allah". Maka Umar berargumentasi dengan argumentasi yang digunakan pencuri tersebut tentang kasus pencurian terhadap harta orang-orang Islam. Padahal Umar bisa berargumentasi dengan Qadar dan Syari'at, karena beliau diperintahkan untuk memotong tangannya. Adapun dalam kasus tersebut, beliau berargumentasi dengan Qadar karena argumentasi tersebut lebih tepat mengenai sasaran.Berdasarkan hal itu, maka seseorang tidak lagi berargumentasi dengan Qadar untuk berbuat ma'siyat kepada Allah dan dalam kenyataannya dia memang tidak punya alasan dalam hal di atas. Allah berfirman."Artinya : [Aku telah mengutus] para rasul yang membawa berita gembira dan memberi peringatan agar manusia tidak punya alasan/argumentasi kepada Allah setelah adanya para rasul" [An-Nisa : 165]Sementara semua amal manusia, setelah datangnya para rasul, tetap terjadi atas Qadar Allah. Walaupun Qadar bisa dijadikan argumentasi akan tetapi selalu bersama-sama dengan terutusnya para rasul selamanya. Dengan demikian jelas bahwa tidak layak berbuat ma'siyat dengan alasan Qadha' dan Qadar Allah, karena dia tidak dipaksa untuk melakukannya.Semoga Allah memberi Taufiq.[Disalin kitab Al-Qadha' wal Qadar edisi Indonesia Tanya Jawab Tentang Qadha dan Qadar, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin', terbitan Pustaka At-Tibyan, penerjemah Abu Idris]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=314&bagian=0


Artikel Bagaimana Allah Menyiksa Manusia Sedang Itu Sudah Ditentukan Allah diambil dari http://www.asofwah.or.id
Bagaimana Allah Menyiksa Manusia Sedang Itu Sudah Ditentukan Allah.

Dipaksa Menikah Pada Usia Dini

Kumpulan Artikel Islami

Dipaksa Menikah Pada Usia Dini

>> Pertanyaan :

Syaikh Muhammad bin Ibrahim ditanya: Seorang wanita pada masakecilnya telah dihibahkan oleh bapaknya kepada seorang laki-laki,tetapi setelah dewasa dan bapaknya telah wafat ia tidak suka terha-daplaki-laki itu, bagaimana status hal tersebut?

>> Jawaban :

Jika masalahnya seperti yang telah disebutkan maka hibah yangdisebutkan itu tidak bisa disebut pernikahan yang sah dan perempuantersebut bukan istri yang sah bagi laki-laki tersebut hanya karenapenghibahan sebab tidak terpenuhi syarat sahnya pernikahan.[Fatawa waRasaail Syaikh Muhammad bin Ibrahim, 10/78]

Artikel Dipaksa Menikah Pada Usia Dini diambil dari http://www.asofwah.or.id
Dipaksa Menikah Pada Usia Dini.

Hewan Yang Tidak Sah Dijadikan Hewan Qurban

Kumpulan Artikel Islami

Hewan Yang Tidak Sah Dijadikan Hewan Qurban

>> Pertanyaan :

Bolehkah mengucapkan niat misalnya jika saya ingin menyembelih hewanqurban untuk orang tua saya yang telah meninggal, lalu sayamengucapkan : Ya Allah, qurban ini untuk orang tua saya si fulan, atausaya melakukan hajat saya tanpa mengucapkan niat dan cukup. ?

>> Jawaban :

Niat tempatnya di hati, dan cukup dengan apa yang diniatkan dalam hati,dan tidak mengucapkannya dan dia harus mengucapkan Bismillah danAllahu Akbar ketika akan menyembelih, berdasarkan riwayat Anas binMalik radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallamberqurban dengan dua domba, dia sembelih keduanya dengan tangan beliausendiri, membaca Bismillah dan Allahu Akbar. Hr. Ahmad, Muslim, AbuDaud, Tirmidzi, Nasa'I dan Ibnu Majah. Dan tidak ada larangan, jikadia [ yang berqurban ketika menyembelih] mengucapkan : Ya Allah,qurban ini untuk orangtuaku, dan ini adalah bukan termasuk mengucapkanniat.

Artikel Hewan Yang Tidak Sah Dijadikan Hewan Qurban diambil dari http://www.asofwah.or.id
Hewan Yang Tidak Sah Dijadikan Hewan Qurban.

Apa Yang Lazim Dan Yang Wajib Dilakukan Orang Yang Berpuasa ? Dan Adakah Nilai Sosial Puasa

Kumpulan Artikel Islami

Apa Yang Lazim Dan Yang Wajib Dilakukan Orang Yang Berpuasa ? Dan Adakah Nilai Sosial Puasa Apa Yang Lazim Dan Yang Wajib Dilakukan Orang Yang Berpuasa Dan Adakah Nilai Sosial Puasa

Kategori Puasa - Fiqih Puasa

Kamis, 20 Oktober 2005 12:29:37 WIBAPA YANG LAZIM DAN YANG WAJIB DILAKUKAN ORANG YANG BERPUASAOlehSyaikh Muhammad bin Shalih Al-UtsaiminPertanyaan.Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apa yang lazim dan yang wajib dilakukan orang yang berpuasa JawabanYang lazim bagi orang yang berpuasa adalah memperbanyak ketaatan dan menghindari semua larangan. Sedangkan yang wajib atasnya adalah memelihara kewajiban-kewajiban dan menjauhi hal-hal yang diharamkan, yaitu melaksanakan shalat yang lima waktu pada waktunya secara berjama’ah, meninggalkan dusta dan ghibah [menggunjing], meninggalkan kecurangan dan praktek-praktek riba serta semua perkataan atau perbuatan haram lainnya.Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda.â€Å"Artinya : Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan amalan palsu serta perbuatan bodoh, maka Allah tidak membutuhkan dia agar meninggalkan makan dan minumnya” [Hadits Riwayat Al-Bukhari, Kitab Al-Adabul Mufrad [6057]]NILAI SOSIAL PUASAPertanyaan.Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Adakah nilai sosial dalam ibadah puasa JawabanAda. Puasa memiliki nilai-nilai sosial, di antaranya melahirkan rasa persamaan di antara sesama kaum muslimin, bahwa mereka adalah umat yang sama, maka di waktu yang sama dan berpuasa di waktu yang sama pula. Yang kaya merasakan ni’mat Allah sehingga menyayangi yang fakir. Menghindari perangkap-perangkap setan yang ditujukan kepada manusia. Lain dari itu, puasa bisa melahirkan ketakwaan kepada Allah yang mana ketakwaan tersebut dapat memperkuat hubungan antar individu masyarakat.[Fatawa Ash-Shiyam, Syaikh Ibnu Utsaimin, hal.26][Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-1, Darul Haq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1619&bagian=0


Artikel Apa Yang Lazim Dan Yang Wajib Dilakukan Orang Yang Berpuasa ? Dan Adakah Nilai Sosial Puasa diambil dari http://www.asofwah.or.id
Apa Yang Lazim Dan Yang Wajib Dilakukan Orang Yang Berpuasa ? Dan Adakah Nilai Sosial Puasa.

Hukum Terhadap Orang Yang Mengingkari Adanya Kehidupan Akhirat

Kumpulan Artikel Islami

Hukum Terhadap Orang Yang Mengingkari Adanya Kehidupan Akhirat Hukum Terhadap Orang Yang Mengingkari Adanya Kehidupan Akhirat

Kategori Syubhat Dan Jawaban

Jumat, 4 Maret 2005 07:32:12 WIBHUKUM TERHADAP ORANG YANG MENGINGKARI ADANYA KEHIDUPAN AKHIRATOlehSyaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

>> Pertanyaan :Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apa hukum terhadap orang yang mengingkari kehidupan akhirat dan mengklaim bahwa hal itu hanyalah khurafat yang ada pada abad-abad pertengahan Dan bagaimana membungkam argumentasi merekaJawaban.Barangsiapa yang mengingkari kehidupan akhirat dan mengklaim bahwa hal itu merupakan khurafat yang ada pada abad-abad pertengahan, maka dia kafir. Hal ini berdasarkan firman-firman Allah berikut:[1]. FirmanNya."Artinya : Dan tentu mereka akan mengatakan [pula], 'Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, da kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan.' Dan seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan kepada Rabbnya [tentulah kamu melihat peristiwa yang meng-harukan]. Berfirman Allah,' Bukankah [kebangkitan] itu benar,' Mereka menjawab,' Sungguh benar, demi Rabb kami.' Berfirman Allah, 'Karena itu rasakanlah adzab ini, disebabkan kamu mengingkari[nya] ' . " [Al-An'am:29-30][2]. FirmanNya."Artinya : Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. [yaitu] orang-orang yang mendustakan hari pembalasan. Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampui batas lagi berdosa. yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata, "Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu." Sekali-kali tidak [demikian], sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari [melihat] Rabb mereka." Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka. Kemudian, dikatakan [kepada mereka], ' Inilah adzab yang dahulu selalu kamu dustakan'." [Al-Muthaffifin:10-17][3]. FirmanNya."Artinya : Bahkan mereka mendustakan hari kiamat. Dan Kami sediakan neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari kiamat." [Al-Furqan : 11].[4]. FirmanNya."Artinya : Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka putus asa dari rahmatKu, dan mereka itu mendapat adzab yang pedih. " [Al-Ankabut : 23]Sedangkan untuk membungkam argumentasi mereka yang mengingkari tersebut adalah sebagai berikut:Pertama.Sesungguhnya riwayat tentang perkara kebangkitan sudah dinukil secara mutawatir oleh para Nabi dan Rasul di dalam kitab-kitab Ilahi dan syari'at-syari'at langit serta telah diterima secara meluas oleh umat-umat mereka. Bagaimana mungkin kalian mengingkarinya sementara kalian malah membenarkan riwayat yang dinukil para filosof atau pemilik suatu aliran atau prinsip tertentu kepada kalian sekalipun informasi tentang hal itu tidak mencapai tingkatan informasi mengenai perkara kebangkitan, baik dari aspek sarana periwayatannya ataupun persaksian realitas.Kedua.Sesungguhnya perkara kebangkitan dapat diterima oleh akal. Hal itu ditinjau dari beberapa aspek,[1]. Setiap orang tidak ada yang mengingkari bahwa makhluk diciptakan dari tidak ada dan bahwa ia baru terjadi dari tidak terjadi. Maka tentunya, bahwa Yang menciptakan dan menjadikannya ada setelah tidak ada juga mampu mengembalikannya [menghidupkannya] kelak adalah lebih berhak lagi. Hal ini sebagaimana firmanNya,"Artinya : Dan Dialah yang menciptakan [manusia] dari permulaan, kemudian mengembalikan [menghidupkan]nya kembali, dan menghidupkannya kembali itu adalah lebih mudah bagiNya." [Ar-Rum : 27]Dan firmanNya."Artinya : Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya." [Al-Anbiya’: 104][2]. Setiap orang tidak ada yang mengingkari keagungan penciptaan langit dan bumi karena bentuk keduanya yang besar dan pembuatannya yang demikian indah. Maka tentunya, bahwa Yang menciptakan keduanya juga mampu mengembalikannya [seperti semula] adalah lebih berhak lagi. Sebagaimana firman-firmanNya."Artinya : Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia." [Ghafir : 57]"Artinya : Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati Ya [bahkan] sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. " [Al-Ahqaf : 33]"Artinya : Dan Tidaklah Rabb yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu Benar Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencita lagi Maha Mengetahui, Sesungguhnya perintahNya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya,’Jadilah! ' maka terjadilah ia." [Yasin : 81-82].[3]. Setiap orang yang memiliki pengetahuan menyaksikan bumi yang kering dan tumbuh-tumbuhannya mati, lalu turun hujan menyiraminya sehingga menjadi subur dan tumbuh-tumbuhan hidup kembali setelah mati. Yang Mahakuasa untuk menghidup-kannya setelah ia mati adalah juga Yang Mahakuasa untuk menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati dan membangkitkannya. Allah Subanahu wa Ta'ala berfirman."Artinya : Dan sebagian dari tanda-tanda [kekuasaan]Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya [Rabb] Yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu." [Fushshilat : 39]Ketiga.Sesungguhnya perkara kebangkitan dapat dirasakan oleh fisik dan realitas terhadap kejadian-kejadian hidup kembalinya orang-orang yang sudah mati. Di dalam surat Al-Baqarah, Allah menyinggung lima kejadian, yaitu firmanNya,"Artinya : Atau apakah [kamu tidak memperhatikan] orang-orang yang melalui suatu negeri yang [temboknya] telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata, 'Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah roboh' Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya, 'Berapakah lamanya kamu tinggal disini' la menjawab, 'Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari. ' Allah berfirman, ' Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berobah; dan lihatlah kepada keledai kamu [yang telah menjadi tulang belulang]; Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, bagaimana kami menyusunnya kembali, kemudian Kami menutupnya kembali dengan daging. ' Maka tatkala telah nyata kepadanya [bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati] diapun berkata, 'Saya yakin bakwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." [Al-Baqarah : 259]Keempat.Sesungguhnya hikmah menuntut adanya kebangkitan setelah kematian agar setiap jiwa mendapatkan balasan perbuatannya sebab bila tidak demikian, maka tentunya penciptaan manusia akan menjadi sia-sia, tidak ada nilainya, tidak ada hikmahnya serta tidak akan ada perbedaan antara manusia dan binatang-binatang di dalam kehidupan duniawi ini. Hal ini sebagaimana firman-firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut."Artinya : Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main [saja], dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami. Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya;tidak ada ilah [yang berhak disembah] selain Dia, Rabb [Yang mempunyai] 'Arsy yang mulia. [Al-Mu'minun : 115-116]"Artinya : Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan [waktunya] agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan." [Thaha : 15]"Artinya : Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh, 'Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati.' [Tidak demikian], bahkan [pasti Allah akan membangkitkan-nya], sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. Agar Allah menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu, dan agar orang-orang kafir itu mengetahui bahwasanya mereka adalah orang-orang yang berdusta. Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya, 'Kun [jadilah] Maka jadilah ia." [An-Nahl : 38-40]"Artinya : Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah, 'Tidak demikian, demi Rabb-ku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.' Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." [At-Taghabun : 7]Maka, bila Anda telah menjelaskan argumentasi-argumentasi ini kepada para pengingkar adanya hari kebangkitan namun mereka terus ngotot dengan hal itu, berarti mereka itu adalah orang-orang sombong lagi pembangkang. Dan, orang-orang yang berbuat kezhaliman akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.[Majmu' Fatawa Wa Rasa'il Syaikh ibn Utsaimin, Juz.11, hal. 22-25][Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-2, hal 131-133 Darul Haq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1365&bagian=0


Artikel Hukum Terhadap Orang Yang Mengingkari Adanya Kehidupan Akhirat diambil dari http://www.asofwah.or.id
Hukum Terhadap Orang Yang Mengingkari Adanya Kehidupan Akhirat.