Minggu, 08 Juni 2008

Masa Haid Lebih Lama Dua Hari Dari Masa Haid Biasanya

Kumpulan Artikel Islami

Masa Haid Lebih Lama Dua Hari Dari Masa Haid Biasanya Masa Haid Lebih Lama Dua Hari Dari Masa Haid Biasanya

Kategori Wanita - Thaharah

Senin, 25 Juli 2005 06:52:14 WIBMASA HAID LEBIH LAMA DUA HARI DARI MASA HAID BIASANYAOlehSyaikh Muhammad bin Shalih Al-UtsaiminPertanyaanSyaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Seorang wanita mengalami masa haidnya itu lebih lama dua hari dari masa haidh yang biasanya, bagaimana hukum yang berlaku bagi wanita ini pada dua hari lebih itu Jawaban.Pertama, perlu kita ketahui bahwa darah haid adalah darah alami yang Allah ciptakan pada diri seorang wanita jika ia telah siap untuk hamil, karena darah haidh itu diciptakan untuk makan janin yang berada dalam perut ibunya, karena itu, wanita hamil tidak dapat haidh, sebab dengan izin Allah darah itu berubah menjadi makanan janin, lalu jika darah haidh itu adalah darah biasa maka darah itu akan keluar menjadi kotoran jika tidak ada janin bayi dalam rahim seorang wanita, dan Allah telah mensifati darah ini dengan menyebutnya sebagai kotoran, Allah berfirman.â€Å"Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah : Haidh itu adalah suatu kotoran” [Al-Baqarah : 222]Karena darah itu adalah kotoran maka darah itu adalah najis, dan setiap kali terdapat darah haidh maka hukum haidh berlaku bagi wanita itu walaupun masa haidh itu lebih dari masa haidh yang menjadi kebiasaannya, artinya jika kebiasaan masa haidh seorang wanita adalah enam hari kemudian pada bulan tertentu masa haidh itu lebih lama dua hari dari biasanya, maka dua tambahan masa haidh ini mengikuti ketetapan masa haidh yang enam hari itu, jadi selama delapan hari itu ia harus meninggalkan shalat, puasa dan juga ia tidak boleh disetubuhi oleh suaminya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menentukan waktu tertentu bagi masa haidh begitu juga sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.Dengan demikian, selama masih ada darah haidh maka selama itu pula hukum haidh berlaku, lalu jika darah itu telah berhenti maka pada saat itu pula hukum haidh tidak berlaku walaupun berhentinya darah haidh diluar kebiasaannya. Ketetapan semacam ini juga berlaku bagi orang yang mengalami masa nifas, maka bagi wanita yang telah berhenti darah nifasnya sebelum masanya, apakah haris shalat atau menunggu sampai masanya berkahir Seharusnya ia shalat karena ia telah suci dari nifas, dan di bulan ramadhan apakah ia harus berpuasa atau tidak Ya, tentu ia harus berpuasa jika itu terjadi di bulan ramadhan. Kemudian, apakah boleh suaminya menggaulinya Ya, boleh bagi suaminya untuk menggaulinya tanpa dimakruhkan. Sebab, bila ia telah dibolehkan untuk mengerjakan shalat, maka boleh pula untuk senggama.[Durus wa Fatawa Al-Haram Al-Makki, Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin, 2/283][Disalin dari Kitab Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita, Penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan, Penerjemah Amir Hamzah Fakhruddin, Terbitan Darul Haq]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1496&bagian=0


Artikel Masa Haid Lebih Lama Dua Hari Dari Masa Haid Biasanya diambil dari http://www.asofwah.or.id
Masa Haid Lebih Lama Dua Hari Dari Masa Haid Biasanya.

An-Nusuk dan Macam-macamnya

Kumpulan Artikel Islami

An-Nusuk dan Macam-macamnya

>> Pertanyaan :

Kami ingin mengetahui apakah yang disebut an-nusuk itu Dan apa sajaruang cakupannya?

>> Jawaban :

An-Nusuk itu mempunyai tiga konotasi; adakalanya secara umum bermaknaibadah, dan adakalanya berarti menyembelih [hewan kurban] denganmaksud taqarrub [mendekatkan diri] kepada Allah Ta'ala, dan adakalanyaberarti pekerjaan-pekerjaan dan bacaan-bacaan yang dilakukan di dalamibadah haji.

Yang termasuk dalam makna yang pertama adalah seperti ung-kapan Fulannasik, artinya seseorang itu adalah seorang ahli ibadah kepada AllahSubhannahu wa Ta'ala; dan untuk makna yang kedua adalah firman AllahSubhannahu wa Ta'ala:

Katakanlah, Sesungguhnya shalatku, nusuk [taqarrub]ku, hidupku dankematianku hanya aku persembahkan kepada Allah Tuhan semesta alam;tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadakudan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri [kepadaAllah]. [Al-Anam: 162-163].

An-Nusuk di dalam ayat di atas dapat bermakna taabbud [per-ibadatan],sehingga semakna dengan konotasi yang pertama. Sedangkan nusuk dalammakna yang ketiga adalah seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

Apabila kamu telah menyelesaikan manasik hajimu, maka berdzikirlah [denganmenyebut] Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut [membangga-banggakan]nenek moyangmu, atau [bahkan] bedzikirlah lebih banyak dari itu. [Al-Baqarah:200].

Demikianlah makna nusuk; dan makna yang terakhir itulah yang dimaksuddi dalam syiaar-syiar haji.

Sedangkan nusuk yang berarti haji itu ada dua macam, yaitu nusukulumrah dan nusukul hajj. Adapun nusukul umrah [ibadah umrah] adalahhal-hal yang mencakup segala pekerjaan dan bentuk pelaksanaan umrah,seperti rukun-rukunnya, kewajiban-kewajibannya, berihram dimulai darimiqat, thawaf di Baitullah [Kabah], naik [sai] di Shafa dan Marwa,dan mencukur habis rambut kepala atau memendekkannya. Adapun hajiadalah seperti: berihram dimulai dari miqat, atau dari Mekkah jika sipelaku haji itu berada di Mekkah, berangkat menuju Mina laludilanjutkan ke Arafat, kemudian ke Muzdalifah, lalu ke Mina lagi,melakukan thawaf dan sai serta menyempurnakan pekerjaan-pekerjaanibadah haji lainnya, sebagaimana akan kita sebutkan nanti insyaAllah- secara rinci.

[ Fatwa Syaikh Muhammad bin shalih Al-'Utsaimin ]

Artikel An-Nusuk dan Macam-macamnya diambil dari http://www.asofwah.or.id
An-Nusuk dan Macam-macamnya.

Asal Usul Manusia

Kumpulan Artikel Islami

Asal Usul Manusia Asal Usul Manusia

Kategori Tauhid

Minggu, 28 Maret 2004 07:08:59 WIBASAL USUL MANUSIA [TEORI EVOLUSI]OlehLajnah Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal IftaPertanyaan.Lajnah Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Ada yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera yang berevolusi. Apakah ini benar.Jawaban.Perkataan ini tidak benar. Dalilnya adalah sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur’an ketika Allah menjelaskan tentang perkembangan penciptaan Adam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.â€Å"Artinya : Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah adalah seperti Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian berkata ‘Jadilah!’, maka iapun jadilah” [Ali-Imran : 59]Kemudian tanah tersebut –dalam ayat- dibasahi sehingga menjadi tanah liat yang lengket, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.â€Å"Artinya : Dan sungguh kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati [berasal] dari tanah” [Al-Mu’minun : 12]Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.â€Å"Artinya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat” [Ash-Shaffat : 11]Kemudian, tanah tersebut berubah menjadi Lumpur hitam yang diberi bentuk. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.â€Å"Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia [=Adam] dari tanah liat kering [yang berasal] dari Lumpur hitam yang diberi bentuk” [Al-Hijr : 26]Kemudian setelah kering tanah tersebut berubah seperti tembikar. Ini dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.â€Å"Artinya : Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar” [Ar-Rahman : 14]Kemudian, Allah pun membentuk tanah tersebut menjadi bentuk yang Dia ingini ; lalu ditiupkan ruh kedalamnya dari ruh [ciptaan]-Nya. Tentang hal ini Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.â€Å"Artinya : Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Sesunggguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering [yang berasal] dari Lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, bila telah Aku sempurnakan bentuknya dan telah Aku tiupkan ke dalamnya ruh [ciptaan]-Ku, tunduklah kamu kepadanya dengan cara bersujud” [Al-Hijr : 28-29]Itulah fase perkembangan penciptaan Adam dari sudut pandang Al-Qur’an. Adapun perkembangan yang dialami keturunan Adam disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya.â€Å"Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati [berasal] dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani [yang disimpan] dalam tempat yang kokoh [rahim]. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah ; lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging ; lalu segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang ; lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging ; kemudian kami jadikan dia makhluk yang [berbentuk] lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik” [Al-Mu’minun : 12-14]Adapun tentang istri Adam [Hawa], Allah Subhanahu wa Ta’ala terangkan bahwa ia diciptakan dari Adam, sebagaimana tersebut dalam firmanNya.â€Å"Artinya : Hai manusia, bertakwalah kamu sekalian kepada tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari diri itulah Dia menciptakan istrinya” [An-Nisa : 1][Fatawa Lil Lajnah Ad-Da’imah 1/68-70, Di salin ulang dari Majalah Fatawa edisi 1/I/Ramadhan 4123H Hal. 8 -9]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=549&bagian=0


Artikel Asal Usul Manusia diambil dari http://www.asofwah.or.id
Asal Usul Manusia.

Hukum Ziarahnya Wanita Ke Kubur ? 2/2

Kumpulan Artikel Islami

Hukum Ziarahnya Wanita Ke Kubur ? 2/2 Hukum Ziarahnya Wanita Ke Kubur 2/2

Kategori Al-Masaa'il

Rabu, 9 Juni 2004 16:29:15 WIBHUKUM ZIARAHNYA WANITA KE KUBUROlehSyaikh Muhammad Nashiruddin Al-AbaniBagian Terakhir dari Dua Tulisan [2/2]Pertanyaan.Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : "Apa hukumnya wanita berziarah kubur".Jawaban.Wanita adalah saudara kandung lelaki. Maka apa yang dibolehkan bagi lelaki maka dibolehkan pula bagi wanita. Dan apa yang disunnahkan bagi lelaki maka disunnahkan pula bagi wanita, kecuali hal-hal yang dikecualikan oleh dalil yang bersifat khusus.Dalam masalah wanita ziarah ke kubur tidak ada dalil khusus yang mengharamkan wanita berziarah kubur dengan pengharaman secara umum. Bahkan diriwayatkan dalam 'Shahih Muslim' bahwa Sayyidah Aisyah Radhiyallahu 'anha tidur bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam diam-diam dari tempat tidurnya menuju pekuburan Baqi' untuk memberikan salam kepada mereka [jenazah-jenazah kaum muslimin -pent-]. Dan Aisyah pun ikut membuntuti di belakang beliau secara diam-diam.Ketika beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berjalan pelan, iapun pelan, ketika beliau cepat, iapun cepat, hingga sampai kembali ke tempat tidurnya. Kemudian beliau masuk ke kamarnya dan melihat Aisyah dalam keadaan terengah-engah. Beliau berkata kepada Aisyah : "Ada apa denganmu wahai Aisyah Apakah engkau curiga bahwa Allah dan Rasul-Nya akan curang terhadapmu Sesungguhnya tadi Jibril mendatangiku dan berkata :"Sesungguhnya Rabbmu menyampaikan salam kepadamu dan memerintahkanmu untuk mendatangi Baqi' dan memintakan ampunan untuk mereka [ahli kubur]".Dalam suatu riwayat lain di luar As-Shahih, Aisyah berkata : Apalah aku bila dibandingkan denganmu wahai Rasulullah ! Kemudian lanjut Aisyah :-sebagaimana dalam As-Shahih- "Wahai Rasulullah! Jika aku berziarah kubur maka apa yang harus aku ucapkan Beliau bersabda : "Ucapkanlah .... [beliau mengucapkan doa salam kepada ahli kubur sebagaimana yang telah kita kenal].Adapun hadits."Artinya : Allah melaknat para wanita yang sering mendatangi kubur".Hanyalah berlaku saat di Makkah. Kita berpegang dengan hadits yang sudah terkenal."Artinya : Dahulu aku pernah melarang kalian dari berziarah kubur, sekarang berziarahlah kalian".Dan tidak 'syak' lagi bahwa larangan tersebut bukan di Madinah akan tetapi di Makkah, karena mereka baru saja keluar dari kesyirikan. Tidak mungkin larangan ini terjadi di Madinah.Adapun perkataan beliau : "Sekarang berziarahlah kalian", besar kemungkinan ini terjadi di Makkah. Akan tetapi sama saja apakah di Makkah atau di Madinah, yang jelas izin menziarahi kubur terjadi setelah larangan ziarah di Makkah. Dan hal ini memberikan suatu konsekuensi penting bagi hadits Aisyah di atas. Karena jika sabda Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam :"Dahulu aku pernah melarang kalian ...." terjadi setelah Aisyah, maka mungkin hadits Aisyah di 'nasakh" [hapus], tetapi ini terlalu jauh sekali.Pendapat yang kuat adalah beliau melarang mereka berziarah kubur ketika di Makkah, kemudian pada akhir masa Makkah atau awal masa Madinah, beliau membolehkan ziarah kubur.Yang jelas dan yang harus kita ketahui bahwa larangan tersebut ditujukan untuk lelaki dan wanita. Maka izin [untuk kembali berziarah kubur] juga untuk laki-laki dan wanita. Kalau begitu kapan berlakunya hadits."Artinya : Allah melaknat wanita-wanita yang sering menziarahi kubur"Jika hadits tersebut keluar setelah izin Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada para wanita untuk berziarah kubur, berarti terjadi penghapusan hukum dua kali [dilarang, lalu dibolehkan, dan akhirnya dilarang lagi]. Hal seperti ini tidak pernah kita jumpai dalam hukum-hukum syari'at yang di 'mansukh'.Baiklah ! kita anggap saja sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Allah melaknat wanita-wanita yang sering menziarahi kubur" keluar setelah beliau menginzinkan pria dan wanita berziarah kubur. Tapi bagaimana dengan hadits yang menyatakan bahwa Rasulullah memberikan izin kepada Aisyah untuk berziarah kubur Apakah izin Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ini terjadi setelah hadits laknat di atas Atau sebelumnya Pendapat yang kuat menurut kami adalah bahwa izin Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar sebelum hadits "laknat terhadap perempuan-perempuan tukang berziarah".Dengan demikian bisa kita simpulkan bahwa yang dilarang adalah perempuan yang berlebih-lebihan dan terlalu sering berziarah. Sangat tidak mungkin ziarah ini haram bagi wanita, sementara Sayyidah Aisyah kerap kali berziarah kubur, sampai sepeninggal Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.[Disalin dari kitab Majmu'ah Fatawa Al-Madina Al-Munawarrah, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Al-Bani. hal 157-160, Pustaka At-Tauhid]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=797&bagian=0


Artikel Hukum Ziarahnya Wanita Ke Kubur ? 2/2 diambil dari http://www.asofwah.or.id
Hukum Ziarahnya Wanita Ke Kubur ? 2/2.

Belenggu-Belenggu Hizbiyah 2/2

Kumpulan Artikel Islami

Belenggu-Belenggu Hizbiyah 2/2 Belenggu-Belenggu Hizbiyah 2/2

Kategori Bahaya Hizbiyyah

Senin, 7 Juni 2004 09:40:52 WIBBELENGGU-BELENGGU HIZBIYAHOlehSyaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-AtsariBagian Terakhir dari Dua Tulisan [2/2]Wahai Kaum MusliminSungguh, kini manusia telah dipisahkan dari hubungan dengan ulama Al-Kitab was Sunnah, telah dipisahkan dari pergaulannya bersama dhahirnya syari'ah dengan cara-cara dan sarana-sarana bid'ah yang coraknya bermacam-macam sesuai dengan perubahan zaman.Oleh karena itu hendaklah Anda berpegang kepada para "Ulama Syari'ah" dan para pengkaji "Ilmu Syar'i", yang menjadi pembela-pembela Al-Kitab was Sunnah dari segenap bid'ah dan noda. Hendaknya Anda duduk dan mengitari mereka untuk mendengarkan perkataan mereka. Ingatlah akan firman Allah Ta'ala."Artinya : Dan siapakah yang lebih dhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabb-Nya, kemudian dia berpaling daripadanya". [Al-Kahfi : 57][11]Demikianlah, bahwa hizbiyah mempunyai cara-cara dan sepak terjang bid'ah yang tidak pernah dilakukan para SALAF. Hal demikian teranggap sebagai penghambat ilmu dan sebab terbesar bagi terpecah belahnya jama'ah. Karena betapa banyaknya tali persatuan Islam telah menjadi berantakan, dan betapa banyaknya kaum muslimin menjadi lengah karenanya. [12]Semua itu merupakan salah satu penyakit "Ta'ashub" [berfanatik golongan].Bahwa sesungguhnya menelaah [mempelajari] bermacam-macam arah pandang [wijhatun nadhar], kemdian membanding-bandingkan satu dengan lainnya, akan memberikan kesiapan dan kemampuan kepada seseorang untuk instrospeksi, memberikan nasihat-nasihat, melakukan pembetulan dan pelurusan. [13]Namun hal-hal serupa ini justru telah hilang di kalangan para ahzab [golongan-golongan], orang-orang yang memecah belah agamanya menjadi terserak di lembah-lembah dan di bukit-bukit.Satu lagi bentuk belengu hizbiyah yang nampak nyata ialah : "Sirriyah [kerahasiaan]"Sesunggunya telah menjadi jelas berdasarkan apa yang telah kami sebutkan bahwa ; Ahlus Sunnah ialah orang-orang yang itiba'' sedangkan Ahlul Bid'ah ialah orang-orang yang mengada-ngadakan sesuatu yang sebelumnya belum pernah ada dan tanpa ada sandarannya.Oleh sebab itulah mereka [ahlul bid'ah] merahasiakan bid'ah mereka. Sementara itu Ahlus Sunnah tidak pernah menyembunyikan madzhab mereka. Kalimat-kalimatnya jelas, madzhabnya masyhur, dan akibat baiknya terkembali kepada mereka. [14]Imam Ahmad di dalam "Az-Zuhdi" hal : 45. dan Ad-Darimi dalam "Sunannya" [1/19] telah meriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz bahwa beliau berkata : "Apabila kamu melihat ada sekelompok orang [kaum] saling berbisik-bisik tentang sesuatu mengenai agamanya, tanpa [melibatkan] orang umum, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka sedang membangun kesesatan".Khabar di atas disebutkan pula oleh Ibnul Jauzi dalam Tablis Iblis. Kemudian dalam Al-muntaqa An Nafis [hal.89], saya memberikan komentar sebagai berikut. "Agama kita [segala puji bagi Allah] adalah jelas lagi nyata, tiada yang tersembunyi, tersimpan, dan terrahasiakan. Maka sesungguhnya apa yang dilakukan oleh kaum hizbiyun berupa hal demikian [sembunyi-sembunyi/berahasia-rahasian -pen], adalah satu pintu kesesatan, wal-iyadzubillah ta'ala.Namun betapa mengherankannya ketika mereka berdalil tentang sirriyah [kerahasian] yang mereka klaim itu, dengan dalil-dalil Al-Qur'an atau As-Sunnah. Ternyata ketika diteliti dan diperhatikan, tidak ada sedikitpun di antara dalil-dalil itu yang bisa diterima.Diantara dalil-dalil tersebut adalah :[a] Menyembunyikannya Ibrahim 'alaihis salam, tentang penghancuran patung-patung sebagaimana tersebut dalam surat Al-Anbiya 62-63.[b] Menyembunyikannya seorang mukmin dari kalangan keluarga Fir'aun akan keimanannya, seperti tersebut dalam surat Ghafir : 28-29.[c] Dan kisah-kisah lain tentang orang-orang terdahulu yang termuat di dalam kitab Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka juga berdalil tentang keadaan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada periode Makkah, dengan segala sirriyah yang meliputi da'wahnya.Begitu pula berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam." Artinya ; Jadikanlah kitman [bersembunyi] sebagai alat bantu untuk mensukseskan apa yang menjadi kebutuhanmu".Sebagai jawaban atas istidlal-istidlal [argumentasi] di atas, ialah bahwa semua dalil-dalil ini selain dalil yang terakhir, terjadi sebagai berikut :Manakala kaum muslimin dalam keadaan tertindas [mustadl'afin] dan dalam keadaan mereka takut jika men-jahar-kan [berterang-teranganan] Islam. Di samping itu sesungguhnya "Sebagian besar keadaan bersembunyinya kaum muslim, tetap dalam keadaan tegak berpegang kepada perintah-perintah yang diterimanya dari wahyu". [15]Atau manakala seorang da'i dalam keadaan tidak mampu mengatakan bahwa dirinya seorang muslim.Adapun hadits yang terakhir [16] maka sebenarnya tidalah tepat kalau ditempatkan sehubungan dengan permasalahan ini, sebab didalamnya ada satu penggal hadits bagian akhir yang dihilangkan, dan itulah justru yang menjadi tujuan sirriyyah [yang dimaksud oleh penggalan hadits yang pertama] yaitu sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam."....Sesungguhnya setiap yang mendapatkan nikmat niscaya ada yang dengki padanya".Penggalan terakhir ini memberi penjelasan tentang sisi sebenarnya yang di-istidlal-kan dengan hadits diatas, yaitu bahwa hadits tersebut dengan menyembunyikan [merahasiakan] ni'mat dan tidak menceritakannya, sebab dikhawatirkan akan dijahili oleh orang yang dengki, ini telah melahiran sebuah jalan bagi terobek-robeknya umat dengan melalui dua sisi :Sisi dari pihak penguasa yang menyeleweng yang memiliki aturan-aturan sesat, yakni para oknum yang mengkhawatirkan kursi serta kedudukannya. Pihak ini dengan tangan besinya tentu akan membabat siapapun, bukan saja kepada orang-orang yang memastikan dirinya berkecimpung dan menerjuni dunia sirriyyah, tetapi juga kepada orang-orang yang pada sangkaan mereka punya unsur sirriyah.Bersama pihak kaum muslimin sendiri, akan terdapat jurang pemisah yang dalam di antara mereka, sebab mereka akan [saling] menyembunyikan apa-apa yang justru tidak boleh di sembunyikan, mereka akan saling merahasiakan apa-apa yang sebenarnya tidak boleh dirahasiakan ..."Akibatnya jiwa-jiwa manusia menjadi terdzalimi, dari hati-hati orang pun menjadi hitam pekat...Kedua sisi perkara di atas, [mestinya] wajib dijauhi oleh para da'i sebab : 'Da'wah sudah di kumandangkan, prinsip-prinsipnya bertebaran terdapat di dalam kitab abadi yaitu : Al-Qur'an Al-karim, Sunnah Nabawiyah nan suci, dan di dalam kitab-kitab serta berjilid-jilid buku yang isinya sarat dengan ajaran Islam, kitab-kitab itu telah menjadi milik semua orang.Berdasarkan ini, saya tidak melihat adanya alasan bagi harakah Islamiyah untuk meredam da'wah terang-terangan dengan anggapan bahwasanya masih dalam marhalah [tahapan] sirriyah periode pertama, bahkan justru mungkin untuk dikatakan : Bahwa sesungguhnya marhalah sirriyatud da'wah [kerahasian da'wah] telah habis sama sekali, sampai suatu ketika Allah membinasakan bumi ini beserta seluruh apa yang ada di atasnya, sebab agama ini telah dikumandangkan dan telah sempurna, habislah sudah menyembunyikan agama ini. [17]Bagi pengamat sejarah masa lalu, apalagi sejarah masa kini, tentu ia akan melihat bahwa kapan saja di situ ditemukan ketertutupan dan kerahasiaan, maka di sana pasti akan merajalela penyelewengan-penyelewengan syar'i.... Kapan saja ditemukan ketersembunyian dan kitman [tersimpan], maka disana pasti akan dikuasai rasa takut dan rasa aman pun akan lenyap.Dinul Islam, dengan segala keluhuran, kesucian dan kejernihannya... berada diatas semuanya ini. Tak ada tempat di dalam Islam untuk menyembunyikan hakikat, menyembunyikan thariqah [cara] dan menyembunyikan maslak [jalan/manhaj].Sesunggunya da'wah menuju sirriyah tidak terbatas hanya untuk menghadapi musuh-musuh da'wah yang menyusup dibawah nama kemaslahatan memenuhi seluruh rongga-rongga da'wah. Untuk selanjutnya menjadi celah bagi terdahulukannya sikap-sikap loyal [terhadap masing-masing da'wah sirriyyah-pen] dan terjauhkannya dari rasa cukup untuk menyerahkan perwalian kepada kekuasaan ahlul halli wal 'aqdi [yakni para ulama dan tokoh-tokoh yang mewakili seluruh umat Islam untuk mengurusi persoalan mereka, termauk urusan ba'iat-pen].Dan adalah yang akan menjadi korban pertama bagi da'wah sirriyyah justru para pendukung amal Islami sendiri, bukan musuh-musuhnya.Semestinya tidaklah boleh lepas dari benak kita apa yang bakal ada dalam da'wah sirriyah berupa tipu daya, penyelewengan fikrah dan penyimpangan aqidah.Sebab da'wah semacam itu pasti akan menempuh perjalanan melalui lorong-lorong gelap, hingga tidak ada satu celah pun yang terbuka bagi upaya pembetulan, dialog dan evaluasi hail-hasilnya, [itu semua] hanya karena dalih : demi pemeliharaan eksitensi, sirriyah [kerahasiaan]. [18] dan security [19]Marilah kita renungkan bersama sabda Nabi kita Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, semoga Allah memelihara Anda :" Artinya : Sungguh telah aku tinggalkan kamu di atas [hujjah] putih berseri, yang malam harinya seperti siang harinya ; tidak akan menyeleweng darinya kecuali orang yang binasa" [20]Itulah dia sumber hujjah ....., dan di atasnyalah [tegak] hujjah.[Disalin dari kitab Ad-Da'wah Ilallah Baina At-Tajammu' Al-Hizbi Wa Ta'awun As-Syar'i, Sub Judul Quyud Hizbiyah oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari, dan diketik ulang dari Majalah As-Sunnah Edisi 07/1/1414-1993 diterjemahkan oleh Ahmaz Faiz]_________Foote Note[11] At-Thali'ah Fi Bara'ati Ahlis Sunnah Lil'utaibi, hal : 30, 32 dengan sedikit perubahan[12] Hailah Tholibi Ilmi, No. 65 Li As-Syaikh Bakar Abu Zaid[13] Dari Muqaddimah Umar Ubaid Hasanah dalam kitab Fiqhud Da'wah 1/8 Kitabul Ummah[14] Al-Muntaqa An-Nafis min Tablis Iblis, hal : 40[15] As-Sirriyatu wa Atsaruha Fi Ada'i L-mahami 'L-askariyyah Lis Syaikh Muhammad Abu Rahim[16] Bila hadits itu bisa diterima keshahihannya, maka di dalamnya masih mengandung unsur pertentangan, jadi persoalannya masih perlu dikaji lebih lanjut[17] Al-Manhaj Al-Haraki lis-sirah An-Nabawiyah [1/33] Li Al-Ghadban, bandingkan pula dengan kitab Atsarat wa Saqathah ....hal : 33 Li Zuhair Salim].[18] Setiap kerja [amal Islam] yang mencirikan watak rahasia serta berbau gerakan bawah tanah, apabila disangka bahwa hal itu hebat dan cerdik, dan bahwa musuh-musuhnya tidak bakal bisa melacak kegiatan tersebut dengan seluruh unsur-unsurnya, maka berarti ia berada dalam kelalaian. Sesungguhnya lorong-lorong kerahasiaan yang gelap merupakan lorong-lorong yang tepat guna menumbuhkan benih-benih yang aneh dan majhul. Dan tepat untuk kerja gelap di bawah tanah, Fi An-Naqd Adz-Dzati, hal : 41 oleh Khalis Jalby], dan security [Nadhrat Fi Masirah Al-Amal Al-Islami, dengan perubahan. hal : 38-39[19] Nadhrat Fi Masirah Al-Amal Al-Islami, dengan sedikit perubahan. hal. 38-39[20] Hadits Hasan, telah saya takhrij dalam Arba'iy Ad-Da'wah wad Du'at, No 6 Nasyr Daar Ibnil Qayyim-Dammam]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=787&bagian=0


Artikel Belenggu-Belenggu Hizbiyah 2/2 diambil dari http://www.asofwah.or.id
Belenggu-Belenggu Hizbiyah 2/2.

Mahram Wanita Meninggal Pada Saat Ibadah Haji

Kumpulan Artikel Islami

Mahram Wanita Meninggal Pada Saat Ibadah Haji

>> Pertanyaan :

Syaikh Ibrahim ditanya: Jika mahram yang menemani wanita meninggalbagaimana hukumnya ?

>> Jawaban :

Jika memungkinkan untuk mendatangkan mahram dari salah satu tempat,maka ia harus menunggu, apabila tidak mungkin maka ia pergi walaupuntanpa ditemani mahram dan tidak boleh memilih jalan yang membahayakandirinya.

Artikel Mahram Wanita Meninggal Pada Saat Ibadah Haji diambil dari http://www.asofwah.or.id
Mahram Wanita Meninggal Pada Saat Ibadah Haji.

Kisah AshHabul Kahfi

Kumpulan Artikel Islami

Kisah AshHabul Kahfi Mereka adalah para pemuda yang diberi petunjuk olehAllah Ta'ala serta Dia mengilhami mereka keimanan, sehingga merekamengenal Allah dan mengingkari keyakinan kaum mereka yang menyembahberhala. Mereka mengadakan pertemuan untuk membicarakan masalah akidahmereka disertai dengan perasaan takut akan kekejaman dan kekerasankaum mereka, seraya berkata, artinya,Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeruIlah selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian ¡K. [Al-Kahfi: 14],yakni jika seruan kami ditujukan kepada selain-Nya, ¡§maka sungguhkami telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran. [Al-Kahfi:14], yakni perkataan keji, dusta dan zhalim. Sedangkan kaum kami initelah menjadikan selain Dia sebagai ilah-ilah [untuk disembah].Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang [tentangkepercayaan mereka]. Siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orangyang mengada-ada kebohongan terhadap Allah. [Al-Kahfi: 15].

Setelah mereka sepakat mengenai keyakinan tersebut dan menyadari bahwamereka tidak mungkin menjelaskannya kepada kaum mereka, maka merekamemohon kepada Allah Ta'ala supaya dimudahkan urusan mereka, artinya, Wahai Rabb kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dansempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami [ini]. [Al-Kahfi: 10].

Kemudian mereka berlindung ke gua, lalu Allah Subhannahu wa Ta'alamemudahkan urusan mereka, melapangkan lubang gua serta menempatkanpintunya di sebelah utara, sehingga tidak terkena sinar matahari; baikketika terbit maupun saat terbenam, dan mereka tertidur dalam gua dibawah penjagaan serta perlindungan Allah Subhannahu wa Ta'ala selamatiga ratus sembilan tahun. Allah Subhannahu wa Ta'ala telah melindungimereka dari rasa takut, karena posisi mereka [gua] berdekatan dengankota kaum mereka.

Allah Subhannahu wa Ta'ala senantiasa menjaga dan melindungi merekadalam gua tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya,artinya, Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan kamibalik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri [Al-Kahfi: 18], supayabumi tidak membusukan tubuh mereka.

Kemudian Allah Subhannahu wa Ta'ala membangunkan mereka setelahtertidur dalam jangka waktu yang cukup lama supaya mereka salingbertanya diantara mereka sendiri. [Al-Kahfi: 19]. Akhirnya merekamenemukan jawaban yang sesungguhnya, sebagaimana hal tersebutditegaskan oleh Allah Ta'ala di dalam firman-Nya, artinya,Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamuberada [di sini]. Mereka menjawab, Kita berada [di sini] sehari atausetengah hari. Berkata [yang lain lagi]: Rabb kamu lebih mengetahuiberapa lama kamu berada [di sini]. Maka suruhlah salah seorang diantara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini. [Al-Kahfi:19]. Allah Subhannahu wa Ta'ala menjelaskan kisah ini hingga akhir.

Tanda-Tanda Kekuasaan Allah Dan Faidah-Faidah Yang Dapat DiambilDari Kisah Tersebut

Di dalam kisah tersebut terdapat tanda-tanda kekuasaan AllahSubhannahu wa Ta'ala dan faidah-faidah yang bermanfaat, di antaranya:

Bahwa kisah ashhabul kahfi, meskipun sangat mengagumkan, tetapibukan merupakan tanda kekuasaan Allah Subhannahu wa Ta'ala yangpaling mengagumkan, karena Allah Subhannahu wa Ta'ala memilikitanda-tanda kekuasaan tersendiri dan kisah-kisah lain yang didalamnya terdapat pelajaran berharga bagi orang-orang yang berkenanmerenungkannya.

bahwa orang yang memohon perlindungan kepada Allah Subhannahu waTa'ala, maka Allah akan melindungi dan menyayanginya, dan menjadikannya sebab-sebab untuk menunjukkan orang-orang yang sesat. AllahSubhannahu wa Ta'ala telah melindungi ashhabul kahfi dalam tidurmereka yang cukup lama dengan memelihara keimanan dan tubuh merekadari gangguan serta pembunuhan kaum mereka dan Allah Subhannahu waTa'ala menjadikan bangunnya mereka dari tidur mereka sebagai tandakesempurnaan kekuasaan-Nya, kebaikan-Nya yang banyak danbermacam-macam, supaya hamba-hamba-Nya mengetahui bahwa janji AllahSubhannahu wa Ta'ala pasti benar.

Adalah perintah menuntut ilmu-ilmu yang bermanfaat danmendiskusikannya, karena Allah Ta'ala telah mengutus mereka untuktujuan tersebut dan mengilhami mereka untuk berdiskusi di antaramereka seputar keyakinan mereka dan pengetahuan masyarakat mengenaikeyakinan atau perilaku mereka sehingga diperoleh bukti-bukti danpengetahuan bahwa janji Allah pasti benar dan sesungguhnya kiamatitu pasti terjadi tanpa ada keraguan di dalamnya.

Adalah berkenaan dengan etika seseorang yang merasa samarmengenai sesuatu ilmu, maka hendaklah ia mengembalikannya kepadagurunya dan berusaha untuk memahami dengan seksama pelajaran yangtelah diketahuinya.

Bahwa sah mewakilkan dan mengadakan kerja sama dalam jual beli.Hal tersebut merujuk perkataan mereka,artinya, Maka suruhlah salahseorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini ,kemudian ¡K maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu. [Al-Kahfi:19].

Bahwa diperbolehkannya memakan makanan yang baik-baik danmemilih makanan-makanan yang layak dan sesuai dengan seleraseseorang selama tidak melebihi batas-batas kewajaran. Sedang jikamelebihi batas-batas kewajaran maka hal tersebut termasuk perbuatanyang dilarang. Hal itu didasarkan kepada perkataan salah seorangdari mereka,artinya, ¡K dan hendaklah dia lihat manakah makananyang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu. [Al-Kahfi: 19].

Adalah berkenaan dengan anjuran supaya memelihara, melindungiserta menjauhkan diri dari perbuatan yang dapat menimbulkan fitnahdalam urusan agama dan harus menyembunyikan ilmu yang mendorongmanusia berbuat jahat.

Adalah berkenaan dengan keterangan yang menjelaskan perhatiandan kecintaan para pemuda itu kepada agama yang benar, pelarianmereka untuk menjauhkan diri dari semua fitnah dalam urusan agamamereka dan pengasingan diri mereka dengan meninggalkan kampunghalaman serta kebiasaan mereka untuk menempuh jalan Allah Subhannahuwa Ta'ala.

Adalah berkenaan dengan keterangan yang menjelaskan hal-hal yangtercakup dalam kejahatan, seperti kemadharatan dan kerusakan yangmengundang kemurkaan Allah Æ'¹ dan kewajiban meninggalkannya, danmeniggalkannya merupakan jalan yang harus ditempuh oleh kaummukminin.

Bahwa firman Allah Subhannahu wa Ta'ala,artinya, Orang-orangyang berkuasa atas urusan mereka berkata, Sesungguhnya kami akanmendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya. [Al-Kahfi: 21]menunjukkan bahwa orang-orang yang berkuasa yang dimaksud ialah parapenguasa ketika mereka dibangunkan dari tidur mereka yaitu parapenguasa yang telah beragama dengan agama yang benar, karena parapenguasa itu mengagungkan dan memuliakan mereka, sehingga parapenguasa tersebut berniat membangun sebuah rumah peribadatan di atasgua mereka.

Meski hal itu dilarang khususnya dalam syari'at agama, maka yangdimaksud ialah menjelaskan tentang ketakutan luar biasa yangdirasakan Ashhabul Kahfi ketika membela dan mempertahankan keimananmereka sehingga harus berlindung di sebuah gua dan setelah itu AllahSubhannahu wa Ta'ala membalas perjuangan mereka dengan penghormatandan pengagungan dari manusia. Hal itu merupakan kebiasaan AllahSubhannahu wa Ta'ala dalam membalas seseorang yang telah memikulpenderitaan karena-Nya serta menetapkan baginya balasan yang terpuji.

Bahwa pembahasan yang panjang lebar dan bertele-tele dalammasalah-masalah yang tidak penting; maka hal itu tidak perlumendapatkan perhatian yang serius. Hal itu merujuk firman AllahTa'ala,artinya, Karena itu janganlah kamu [Muhammad] bertengkartentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamumenanyakan tentang mereka [pemuda-pemuda itu] kepada seorang pun diantara mereka. [Al-Kahfi: 22].

Bahwa bertanya kepada seseorang yang tidak berilmu dalam masalahyang akan dimintai pertanggungan jawab di dalamnya atau orang yangtidak dapat dipercaya adalah terlarang. Hal itu merujuk firman AllahTa'ala,artinya, ¡K dan jangan kamu menanyakan tentang mereka [pemuda-pemudaitu] kepada seorang pun di antara mereka. [Al-Kahfi: 22].

Sumber: Qishash al Anbiya¡¦, Syaikh Abdur Rahman bin Nashir as-Sa¡¦di,kisah no 33 dan 34. [Abu Hilmi]

Artikel Kisah AshHabul Kahfi diambil dari http://www.asofwah.or.id
Kisah AshHabul Kahfi.

Sikap Anak Kepada Orang Tua Yang Masih Kafir

Kumpulan Artikel Islami

Sikap Anak Kepada Orang Tua Yang Masih Kafir Sikap Anak Kepada Orang Tua Yang Masih Kafir

Kategori Birrul Walidain

Senin, 31 Januari 2005 13:17:51 WIBSIKAP ANAK KEPADA ORANG TUA YANG MASIH KAFIROlehUstadz Yazid bin Abdul Qadir JawasBagaimana seorang anak harus bersikap terhadap orang tuanya yang masih kafir Kisah Sahabat Sa'ad bin Abi Waqqas Radhiyallahu 'anhu dan ibunya dapat dijadikan sebagai pelajaran.Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim [Juz. IV hal. 1877 no. 1748 [43]], Diceritakan bahwa Ummu Sa'ad [ibunya Sa'ad] bersumpah tidak akan berbicara kepada anaknya dan tidak mau makan dan minum karena menginginkan Sa'ad murtad dari ajaran Islam. Ummu Sa'ad mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menyuruh seorang anak berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya berkata, "Aku tahu Allah menyuruhmu berbuat baik kepada ibumu dan aku menyuruhmu untuk keluar dari ajaran Islam ini". Kemudian selama tiga hari Ummu Sa'ad tidak makan dan minum. Bahkan memerintahkan Sa'ad untuk kufur. Sebagai seorang anak Sa'ad tidak tega dan merasa iba kepada ibunya. berkaitan dengan kisah Sa'ad ini Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan wahyu seperti yang terdapat pada surat Al-Ankabut ayat 8 ."Artinya : Dan Kami berwasiat kepada manusia agar berbakti kepada orang tuanya dengan baik, dan apabila keduanya memaksa untuk menyekutukan Aku yang kamu tidak ada ilmu, maka janganlah taat kepada keduanya"Sedangkan wahyu yang kedua dalam surat Luqman ayat 15."Artinya : Dan apabila keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan apa-apa yang tidak ada ilmu padanya, jangan taati keduanya dan bergaul lah dalam kehidupan dunia dengan perbuatan yang ma'ruf [baik] dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa-apa yang telah kamu kerjakan".Turunnya ayat ini membuat Sa'ad semakin bertambah mantap keyakinannya dan akhirnya Sa'ad membuka mulut ibunya dan memaksa ibunya untuk makan. Dengan demikian Sa'ad tidak berbuat kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan juga bisa berbuat baik kepada ibunya.Para Ulama mengambil dalil dari ayat ini tentang wajibnya berbakti dan bersilaturahmi kepada kedua orang tua meskipun keduanya masih kafir. Kafir yang dimaksud pada permasalahan ini bukan kafir harbi [kafir yang menentang dan memerangi Islam].Jika orang tuanya tidak kafir harbi, tidak menyerang kaum muslimin, maka hendaklah bergaul dengan mereka dengan baik dan bersilaturahmi kepada keduanya. Hal tersebut didasarkan kepada surat Luqman ayat 14."Artinya : Dan bergaul-lah kepada keduanya dalam kehidupan dunia dengan cara yang ma'ruf"Kemudian dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8, Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada orang-orang yang tidak menyerang kita."Artinya : Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama. Dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil".Kisah ini terjadi pada Asma binti Abu Bakar Ash-Shidiq. Ketika ibunya yang masih dalam keadaan musyrik akan datang untuk berkunjung kepadanya, Asma meminta fatwa kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Hendaklah kamu menyambung silaturahmi kepada ibumu" [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]Secara fitrah, seorang anak akan mencintai orang tuanya karena merekalah yang melahirkan serta mengurusnya, tapi jika mencintainya karena iman maka tidak dibenarkan. Dengan dasar surat Al-Mujadalah ayat 22."Artinya : Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridla terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap [limpahan rahmat]-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung"Jika keduanya kafir harbi, maka tidak boleh berbakti dan bersilaturahmi kepada keduanya dengan dasar surat Al-Mumtahanah ayat 9."Artinya : Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama. Dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu orang lain untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka adalah orang-orang yang zhalim.Dengan demikian kita tidak boleh berbuat baik kepada orang-orang kafir harbi atas dasar ayat tersebut. Bahkan seandainya bertemu di medan perang, diperbolehkan untuk dibunuh. Hal ini sudah pernah terjadi terhadap Abu Ubaidah Ibnul Jarrah dengan bapaknya pada waktu perang Badar. Bapaknya ikut di medan pertempuran dan berada di pihak kaum musyrikin kemudian Abu Ubaidah membunuhnya.Timbul pertanyaan, "Bolehkah mendo'akan orang tua yang masih kafir" Jawabnya adalah, baik kafir harbi atau bukan kafir harbi tidak diperbolehkan mendoakannya untuk memintakan ampun dan kasih sayang kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, ketika keduanya masih hidup maupun sudah meninggal. Dasarnya adalah surat At-Taubah ayat 113, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman."Artinya : Tidaklah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang beriman memintakan ampun kepada Allah bagi orang-orang musyrik walaupun orang-orang musyrik itu kaum kerabatnya, sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam"Ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala supaya mengampuni dosa ibunya, Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak mengabulkannya karena ibunya mati dalam keadaan kafir[1] Kedua orang tua Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mati dalam keadaan kafir[2] Kalau ada yang bertanya, "Bukankah pada saat itu belum diutus Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam " Saat itu sudah ada millah Ibrahim. Sedangkan kedua orang tua Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak masuk dalam millah Ibrahim sehingga keduanya masih dalam keadaan kafir [3]Nabi Ibrahim juga pernah memintakan ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk kedua orang tuanya yang masih kafir, karena pada waktu itu Ibrahim belum tahu dan belum turun wahyu tentang adanya larangan tersebut. Setelah turun wahyu, Ibrahim kemudian menahan diri. Kisah ini bisa dilihat dalam surat At-Taubah ayat 114."Artinya : Dan permintaan ampun dari Ibrahim kepada Allah untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah maka Ibrahim berlepas diri daripadanya, sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya dan lagi menyantun"Jika orang tua masih kafir tetapi bukan kafir harbi, maka diperbolehkan mendo'akan agar mereka diberikan hidayah. Dikatakan oleh Imam Al-Qurtubi, ayat yang ke-8 tadi merupakan dalil tentang tetapnya menyambung tali silaturrahmi kepada orang tua yang masih kafir serta mendo'akan keduanya agar mendapatkan hidayah dan kembali ke jalan yang haq.Walaupun tidak boleh memintakan ampunan dan rahmat kepada orang tua yang masih kafir tetapi masih diperbolehkan memintakan hidayah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mendakwahkannya jika bukan kafir harbi. Jadi dakwah kepada orang tua yang masih kafir harus tetap dilakukan dan dengan cara yang baik. Dapat kita lihat bagaimana dakwahnya Ibarahim 'Alaihi Shalatu wa sallam kepada orang tuanya. Beliau mendakwahkan dengan kata-kata yang lemah lembut. Dakwah kepada orang tua yang masih kafir saja harus dilakukan dengan kata-kata yang lemah lembut, terlebih lagi jika orang tuanya tidak kafir tetapi masih suka melakukan bid'ah, harus didakwahkan dengan kata-kata lebih lemah lembut lagi.Sikap Nabi Ibrahim terhadap bapaknya yang kafir dapat dilihat dalam surat Maryam ayat 41-48."Artinya : Ceritakanlah wahai Muhammad kisah Ibrahim di dalam kitab Al-Qur'an, sesungguhnya dia seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi"Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya, "Wahai bapakku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak dapat mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolongmu sedikitpun juga""Wahai bapakku sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu. Maka ikutilah aku niscaya aku akan menunjukkan kamu ke jalan yang lurus""Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaithan sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Allah Yang Maha Pemurah""Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa adzab dari Allah Yang Maha Pemurah maka kamu menjadi kawan bagi syaitah"Berkata bapaknya, "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku hai Ibrahim jika kamu tidak berhenti niscaya akan aku rajam dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama"Ibrahim berkata, "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu aku akan meminta ampun bagimu kepada Allah sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku""Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang engkau seru selain Allah dan aku akan berdo'a kepada Rabb-ku mudah-mudahan aku tidak kecewa dengan berdo'a kepada Rabb-ku[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, terbitan Darul Qolam - Jakarta]_________Foote Note.[1]. Hadits Riwayat Muslim Kitabul Jazaaiz 2 hal.671 no. 976-977, Abu Dawud 3234, Nasa'i 4 hal. 90 dll[2]. Dalilnya, ada seorang bertanya, "Ya Rasulullah ! Dimana Ayahku" Jawab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Ayahmu di Neraka". Ketika orang itu akan pergi, dipanggil lagi, beliau bersabda, "Ayahku dan ayahmu di neraka" [Hadits Shahih Riwayat Muslim Kitabul Iman I/191 no. 203, Abu Dawud no. 4718 Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra 7/190] Pada riwayat yang lain, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada kedua anak Mulaikah, "Ibu kamu di Neraka", keduanya belum bisa menerima, lalu Nabi panggil dan beliau bersabda, "Sesungguhnya ibuku bersama ibumu di Neraka" [Thabrani dalam Mu'jam Kabir [10/98-99 no. 10017]], Hakim 4/364.[3]. Lihat, Adillah Mu'taqad Abi Hanifah fil A'zham fii Abawayir Rasul Alaihis Shalatu wa Salam ta'lif Al-'Alamah Ali bin Sulthan Muhammad Al-Qary [wafat 1014]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1327&bagian=0


Artikel Sikap Anak Kepada Orang Tua Yang Masih Kafir diambil dari http://www.asofwah.or.id
Sikap Anak Kepada Orang Tua Yang Masih Kafir.

Bagaimanakah hukum bergaul dengan orang-orang kafir,memperlakukan mereka dengan baik dan lemah lembut, karena berharapmereka

Kumpulan Artikel Islami

Bagaimanakah hukum bergaul dengan orang-orang kafir,memperlakukan mereka dengan baik dan lemah lembut, karena berharapmereka

>> Pertanyaan :

Bagaimanakah hukum bergaul dengan orang-orang kafir, memperlakukanmereka dengan baik dan lemah lembut, karena berharap mereka mau masukIslam?

>> Jawaban :

Tidak dapat diragukan lagi, orang muslim harus membenci musuh-musuhAllah dan melepaskan diri dari mereka. Sebab inilah jalan para rasuldan para pengikut mereka. Firman Allah : Sesungguhnya telah ada suriteladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamadengan dia; tatkala mereka berkata keada kaumnya, Sesungguhnya kamiberlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu sembah selainAllah, kami ingkari[kekafiran]mu dan telah nyata antara kami dan kamupermusuhan dan kebncian buat selama-lamnya sampai kamu beriman kepadaAllah saja. [QS. Al-Mumtahanah:4] Kamu tidak akan mendapati suatukaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasihsayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atausaudara-saudara ataupun keluargsa mereka. Mereka itulah yang Allahtelah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan merekadengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Berdasarkan hal ini,orang Muslim tidak boleh menyimpan rasa cinta dan sayang di dalam hatikepada musuh-musuh Allah, yang berarti juga merupakan musuhnya. Allahberfirman: Hai orang-orang yang beriman janganlah kau mengambil musuh-Kudan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepadamereka [berita-berita Muhammad] karena rasa kasih sayang, padahalsesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu. [QS. Al-Mumtahanah:1] Tentang sikap orang Muslim yang memperlakukanmereka dengan lemah lembut karena berharap dapat menarik merekakedalam Islam dan beriman, mak hal ini tidak apa-apa. Sebab initermasuk masalah menundukkan orang kepada Islam. Tetapi apabila putussasa untuk membujuk mereka, maka mereka harus diperlakukan sebagaimanamestinya memperlakukan mereka. Masalah ini sudah diuraikan dalambuku-buku para ulama, khususnya buku Ahkamu Ahlidz-Zimmah, karanganIbnul Qoyyim. [Syaikh Utsaimin]

Artikel Bagaimanakah hukum bergaul dengan orang-orang kafir,memperlakukan mereka dengan baik dan lemah lembut, karena berharapmereka diambil dari http://www.asofwah.or.id
Bagaimanakah hukum bergaul dengan orang-orang kafir,memperlakukan mereka dengan baik dan lemah lembut, karena berharapmereka.

Propaganda Kepada Teori Penyatuan Agama Setelah Berakhirnya Tiga Kurun Yang Utama

Kumpulan Artikel Islami

Propaganda Kepada Teori Penyatuan Agama Setelah Berakhirnya Tiga Kurun Yang Utama Propaganda Kepada Teori Penyatuan Agama Setelah Berakhirnya Tiga Kurun Yang Utama

Kategori Propaganda Sesat

Selasa, 11 Mei 2004 09:52:37 WIBTINJAUAN HISTORIS TEORI PENYATUAN AGAMA DAN BEBERAPA KASUS YANG BERKAITAN DENGANNYAOlehSyaikh Bakr bin Abdullah Abu ZaidBagian Kedua dari Enam Tulisan [2/6][2]. PROPAGANDA KEPADA TEORI PENYATUAN AGAMA SETELAH BERAKHIRNYA TIGA KURUN YANG UTAMAKemudian muncullah upaya baru dalam menyebarkan teori ini melalui slogan-slogan yang memperdaya orang-orang jahil. Yakni slogan bahwa agama-agama seperti Yahudi, Nasrani dan Islam, kedudukannya seperti kedudukan empat madzhab yang dikenal kaum muslimin. Seluruhnya merupakan jalan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala [1]Demikian syubhat-syubhat yang mereka tebarkan, nash-nash yang mereka penggal untuk mengelabuhi dan menjebak kaum awam dan untuk menjaring orang-orang yang menyandang gelar-gelar mentereng di segala tempat.Kemudian teori ini ditelan bulat-bulat oleh pentolan-pentolan wihdatul wujud, ittihadiyah, hululiyah, dan kaum sufi dari golongan ekstrim Syi’ah Rafidah yang mengaku Islam di Mesir, Syam, tanah Parsi dan negeri-negeri non Arab lainnya. Sebenarnya teori ini mereka warisi dari bangsa Tartar dan bangsa-bangsa kafir lainnya. Sampai-sampai sebahagian orang-orang mulhid lagi sesat itu membolehkan memeluk agama Yahudi dan Nasrani, bahkan diantara mereka ada yang lebih mengutamakan agama Yahudi dan Nasrani daripada agama Islam. Keyakinan sesat ini banyak dianut oleh orang-orang yang dikuasai ilmu filsafat. Barangkali dari situ mereka berkeyakinan bahwa manusia yang paling utama adalah ‘Al-Muhaqqiq”, yaitu juru dakwah kepada Al-Hululiyah dan Al-Ittihadiyah.Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah membongkar kedok mereka di beberapa tempat dalam buku-bukunya. [2]Melalui perjuangan yang dilakukan oleh ulama-ulama Islam propaganda-propaganda sesat dan kufur ini dapat dipadamkan. Mereka menyerukan bahwa teori tersebut adalah kufur dan orang-orang yang menganutnya adalah kafir murtad dari Islam.Dalam hal ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menunjukkan sikap Islami yang senantiasa di kenang. Demikian pula ulama-ulama lainnya yang gigih membantah pentolan-pentolan sesat itu, misalnya Al-Hallaj Al-Husein bin Manshur Al-Farisi yang dibunuh karena murtad pada tahun 309 [3], Ibnu Arabi Muhammad bin Ali Ath-Tha’i pentolan orang-orang yang memiliki keyakinan wihdatul wujud dalam kitabnya Al-Fushush, meninggal pada tahun 638, Ibnu Sab’in yang meninggal pada tahun 669, At-Tilimsani yang meninggal pada tahun 690 dan Ibnu Hud yang meninggal pada tahun 699, serta masih banyak yang lainnya lagi.[4][Disalin dari kitab Al-Ibthalu Linazhariyyatil Khalthi Baina Diinil Islaami Wa Ghairihii Minal Adyan, edisi Indonesisa Propaganda Sesat Penyatuan Agama, Oleh Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid, Terbitan Darul Haq]_________Foote Note[1] Silakan baca Majmu’ Al-Fatawa Juz 4 hal.203[2] Silakan baca Majmu’ Al-Fatawa Juz 4 hal.203-208, Juz 4 hal.164-167. Juz 28 hal.523. Lihat juga buku Ash-Shofadiyah Juz 1 hal.98-100 dan 268. Lihat juga buku Ar-Radd Ala Manthiqiyin hal.282-283[3] Saya sengaja tidak memakai rumus ‘H” sebagai tanda tarikh Hijriyah. Karena di dalam Dienul Islam tidak ada penanggalan lain kecuali Hijriyah, sedang penanggalan Miladi bukanlah bagian dari penanggalan Hijriyah. Dan jika menyebut penanggalan Miladi saya akan merumuskannya dengan huruf ‘M’.[4] Peringatan : Malapetaka yang menimpa kita sekarang ini adalah adanya beberapa oknum yang memuji orang-orang sesat yang mengaku Islam tersebut, membangga-banggakan mereka serta mempromosikan ucapan-ucapan mereka. Apalagi orang-orang orientalis dan kolonialis membantu mencetak buku-buku mereka dan menyebarkannya. Bahaya besar tersebut harus diwaspadai oleh kaum muslimin. Dan hendaknya orang-orang yang dimudahkan Allah segera bangkit membendung arus penyesatan yang disebarkan melalui pena dan lisan merka tersebut. Sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan RasulNya serta dalam rangka membela Dienullah ini dan melindungi pemeluknya dari kejahatan mereka.

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=711&bagian=0


Artikel Propaganda Kepada Teori Penyatuan Agama Setelah Berakhirnya Tiga Kurun Yang Utama diambil dari http://www.asofwah.or.id
Propaganda Kepada Teori Penyatuan Agama Setelah Berakhirnya Tiga Kurun Yang Utama.

Proses Penciptaan Manusia

Kumpulan Artikel Islami

Proses Penciptaan Manusia Proses Penciptaan Manusia

Kategori Tauhid

Sabtu, 3 April 2004 09:07:22 WIBPROSES PENCIPTAAN MANUSIAOlehLajnah Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal IftaPertanyaan.Lajnah Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya : Ruh ditiupkan ke dalam janin setelah berumur empat bulan. Apakah dari pernyataan tersebut bisa dipahami bahwa sperma yang telah bersatu dengan indung telur wanita dan menjadi bakal janin sebelumnya tidak memiliki ruh Jawaban.Setiap sperma dan indung telur wanita [memiliki] kehidupan yang sesuai dengan tabi’atnya, tentu jika selamat dari penyakit. Keduanya, [yaitu sperma dan indung telur] telah dipersiapkan dan ditakdirkan oleh Allah untuk saling menyatu, lalu menjadi zigot ; dan zigot ini juga hidup dengan kehidupan yang sesuai dengan tabi’atnya pada masa perkembangan dan perubahan dalam waktu yang telah tertentu ; kemudian jika telah ditiupkan ruh kedalamnya akan berlangsunglah kehidupan yang baru dengan izin Allah yang Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.Dan betapapun manusia mengerahkan seluruh upayanya, sekalipun seorang dokter yang ahli maka tidak akan dapat meliputi pengetahuan tentang rahasia kandungan, sebab-sebab dan perkembangannya ; jikapun ada [sedikit] pengetahuan mereka tentang [kandungan] itupun setelah diberi pengetahuan [sebelumnya], [melakukan] penelitian dan percobaan sebagian a’radh [teori-teori] dan keadaan-keadaan.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.â€Å"Artinya : Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisiNya ada ukurannya. Dialah Yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib maupun yang nampak, Maha Besar lagi Maha Tinggi” [Ar-Rad : 8-9]Dan firmanNya Subhanahu wa Ta’ala.â€Å"Artinya : Sesungguhnya hanya ada padaNya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat ; dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui yang ada dalam rahim” [Luqman : 34]Semoga shalawat tercurah kepada Nabi, keluarganya dan sahabat-shabatnya.[Fatawa Li Al- Lajnah Ad-Da’imah 1/70, Fatwa no. 2612 Di susun oleh Syaikh Ahmad Abdurrazzak Ad-Duwaisy, Darul Asimah Riyadh. Di salin ulang dari Majalah Fatawa edisi 2/I/Syawwal 1423H Hal. 5]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=582&bagian=0


Artikel Proses Penciptaan Manusia diambil dari http://www.asofwah.or.id
Proses Penciptaan Manusia.

Wanita Ingin Haji Didampingi Anak Laki-Lakinya YangBelum Baligh

Kumpulan Artikel Islami

Wanita Ingin Haji Didampingi Anak Laki-Lakinya YangBelum Baligh

>> Pertanyaan :

Syaikh Ibrahim ditanya: Perempuan ingin menunaikan haji dengandidampingi anaknya yang berumur tiga belas tahun bersama denganseorang laki-laki dan keluarganya ?

>> Jawaban :

Dibolehkan bagi seorang wanita menunaikan haji bersama rombongan yangdimana ada didalamnya beberapa wanita yang dapat diper-caya apalagiada anak laki-lakinya yang berumur tiga belas tahun, walaupun umurtersebut belum memenuhi syarat tetapi kekurangan syarat tersebut bisatertutupi dengan beberapa wanita yang menemaninya. Apalagi sebagianulama membolehkan seorang wanita pergi haji hanya ditemani kaum wanitayang bisa dipercaya, sebagaimana yang saya sebutkan tadi.

Artikel Wanita Ingin Haji Didampingi Anak Laki-Lakinya YangBelum Baligh diambil dari http://www.asofwah.or.id
Wanita Ingin Haji Didampingi Anak Laki-Lakinya YangBelum Baligh.

Seputar Issu Terorisme 2/2

Kumpulan Artikel Islami

Seputar Issu Terorisme 2/2 Seputar Issu Terorisme 2/2

Kategori Al-Irhab = Terorisme

Senin, 14 Nopember 2005 08:52:25 WIBSEPUTAR ISSU TERORISMEOlehSyaikh Ali bin Hasan bin Ali Al-Halaby Al-AtsaryBagian Terkahir dari Dua Tulisan 2/2Kemana mereka dengan ilmu [yang dimilikinya] atau [lebih pantasnya] dengan kebodohannya Kita tidak akan lupa terhadap tindakan mereka yang sadis dengan mengatasnamakan Islam, padahal sama sekali tidak ada hubungannya dengan Islam. Tidak ada toleransi bagi kita atas perbuatan mereka ini, ketika ada di antara mereka yang memperoleh penganiayaan, serta penyiksaan. Sebab Allah telah berfirman.â€Å"Artinya : Dan balasan kejahatan adalah kejelekan serupa”Tenu saja semua ini termasuk dalam pedoman-pedoman syar’i.Apalagi, mereka melakukannya dengan keburukan, tentunya akan mendapatkan imbalan keburukan yang berlipat ganda. Tindakan mereka tanpa pedoman ilmu, tanpa bayyinah [bukti], tanpa petunjuk dan tanpa taufikNya.Saya kagum dengan ungkapan seorang da’i ketika menggambarkan para pelaku aksi-aksi merusak tersebut dengan mengatasnamakan Islam, yang mungkin dengan niat baik. Namun, niat baik tidak akan mengubah amalan jelek menjadi amalan shalih. Sebab sabda Nabi.â€Å"Artinya : Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya”Maksudnya sesungguhnya amalan baik tergantung niatnya yang baik pula.Da’i itu mengatakan : â€Å"Sesungguhnya masalah utama kita dengan orang-orang itu, terletak pada permasalahan akal-akal mereka, bukan terletak pada hati-hati mereka”.Mungkin hati mereka berniat baik, tapi belum cukup, sebab harus bersesuaian dengan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Bagaimana kalau peristiwa ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak musuh dengan memperalat mereka untuk merusak dan menodai citra Islam Dalam kesempatan ini saya ingin menyebutkan satu perkara yang harus ditulis oleh sejarah dan harus diabadikan sepanjang masa. Bahwa dakwah Salafiyah dengan para ulamanya, da’i-da’inya, penuntut ilmunya dan guru-gurunya, benar-benar telah memperingatkan bahaya pemikiran-pemikiran ekstrim dan menyimpang ini. Pemikiran-pemikiran yang telah diingatkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sabdanya.â€Å"Artinya : Hati-hatilah, jangan sekali-kali bersikap ghuluw [berlebihan] dalam agama. Sesungguhnya hal yang telah membinasakan orang-orang sebelummu hanyalah sikap ghuluw mereka dalam agama mereka”.Dakwah Salafiyah yang diberkahi ini telah memperingatkan bahaya pemikiran-pemikiran menyimpang tesebut sejak lebih dari 20 tahunan, dan semakin menggema peringatan itu semenjak sepuluh tahun belakangan, sebelum kita mendengar di radio, koran, majalah dan media massa lain tentang issu terorisme.Para ulama dakwah Salafiyah telah mengingatkan bahaya sikap ghuluw yang dibangun berdasarkan penyimpangan terhadap Al-Qur’an dan Sunnah ini, sejak bertahun-tahun lamanya dengan maksud agar istilah-istilah syar’i tertanam secara mengakar, kemudian meletakkannya sesuai dengan tempatnya. Baik berkaitan dengan istilah jihad, batasan-batasan, hak-hak serta ketentuan-ketentuannya, atau istilah kufur dan takfir, ataupun istilah-istilah lain yang masih banyak lagi.Ini merupakan point penting yang harus dicamkan dalam benak dan ditanamkan dalam hati, supaya al-haq [kebenaran] sajalah yang menjadi penuntun dan pembimbingSebagai penutup ceramah saya, [saya sampaikan] dua hal penting yang berkaitan erat dengan negara ini, yang penduduknya baik-baik, mengagungkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Dua perkara tersebut ialah.[1]. Negara ini adalah negara Islam terbesar yang berpenduduk lebih dari 200 juta, mayoritas adalah muslimin. Islam tersebar dengan luas di negeri ini sejak beberapa abad lalu, tidak dengan pedang, tetapi dengan akhlak, iman dan amal shalih. Mana bukti tuduhan terorisme kini yang ingin dilekatkan kepada Islam, yang –sebenarnya- sama sekali tidak ada hubungannya dengan Islam Kita bersyukur kepada Allah, sebab di awal abad sebelum abad ini, Allah telah menempatkan seorang alim yaitu Syaikh Allamah Ahmad Asy-Syurkati yang meluruskan garis perjuangan, berdakwah kepada Al-Kitab dan Sunnah, memerangi syirik, khurafat, kesesatan, menyeleksi hadits yang dha’if dan memerangi bid’ah. Tokoh ini, telah berkerja mentauhidkan masyarakat negeri ini berdasarkan ilmu yang murni manhaj yang benar.[2]. Keharusan membedakan antar hakikat terorisme dengan pembelaan terhadap tanah air muslimin. Kalau ada negara menjajah negara lain, maka pembelaan diri tidak termasuk terorisme, meskipun menurut pengertian para musuh Islam. Justru [pembelaan ini] merupakan kewajiban yang diperintahkan sesuai dengan kemampuan dan kemudahan yang dimiliki. Negara ini selama empat abad melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda dan berhasil mengusir mereka dari tanah air.Semoga Islam tetap berkibar di negeri ini, sehingga hati menjadi penuh dengan kebahagiaan, dan jiwa manusia dipenuhi keimanan.[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VIII/1425H/2005M Rubrik Liputan Khusus yang diangkat dari ceramah Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Al-Halaby Al-Atsary Tanggal 5 Desember 2004 di Masjid Istiqlal Jakarta]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1664&bagian=0


Artikel Seputar Issu Terorisme 2/2 diambil dari http://www.asofwah.or.id
Seputar Issu Terorisme 2/2.

Tiga Landasan Utama Manhaj Salaf 1/2

Kumpulan Artikel Islami

Tiga Landasan Utama Manhaj Salaf 1/2 Tiga Landasan Utama Manhaj Salaf 1/2

Kategori Manhaj

Senin, 14 Juni 2004 09:04:26 WIBTIGA LANDASAN UTAMA MANHAJ SALAFOlehSyaikh Muhammad Nasiruddin Al-AlbaniBagian Pertama dari Dua Tulisan [1/2]Sebagaimana telah dimaklumi bersama bahwa dakwah salafiyah berdiri tegak di atas tiga landasan.Pertama : Al-Qur'anul KarimKedua : Sunnah shahihah [hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang shahih]Para Salafiyin di seluruh penjuru negeri memusatkan pada hadits-hadits shahih, [mengapa demikian] karena di dalam sunnah [dengan kesepakatan para ulama] terdapat hadits-hadits palsu [maudhu] atau hadits-hadits lemah [dhaif], [yang bercampur dengan hadits shahih] semenjak sepuluh abad yang lalu, dan hal ini adalah perkara yang tidak ada perselisihan. Para ulama juga bersepakat perlunya ditasfiyah [penyeleksian] mana yang hadits dan mana yang bukan hadits. Oleh karena itu para Salafiyyin "bersepakat" bahwa dasar yang kedua ini [yaitu Sunnah], tidak sepatutnya diambil apa adanya [tanpa melihat shahih atau tidaknya], karena dalam hadits-hadits tersebut terdapat hadits dhaif maupun maudhu yang tidak boleh diamalkan sekalipun dalam fadhailul amal. Inilah dasar yang kedua.Ketiga : Al-Qur'an dan Sunnah wajib dipahami dengan pemahaman sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tabi'in serta tabiut tabi'in.Inilah keistimewaan dakwah Salafiyyah atas seluruh dakwah-dakwah yang berdiri di muka bumi di zaman ini, dalam dakwah-dakwah itu, ada ajaran Islam dan ada juga ajaran-ajaran yang bukan berasal dari Islam.Dakwah Salafiyyah mempunyai keistimewaan dengan dasar yang ketiga ini yaitu Al-Qur'an dan sunnah wajib dipahami sejalan dengan manhaj Salafus Shalih dari kalangan para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tabi'in [orang yang berguru kepada tabi'in], yaitu pada tiga masa yang pertama [100H-300H] yang telah diberi persaksian oleh hadits-hadits yang telah dimaklumi, bahwa masa itu adalah masa sebaik-baik umat. Semua ini berdasarkan pada dalil-dalil yang cukup sehingga menjadikan kita mengatakan dengan pasti bahwa setiap orang yang memahami Islam dan Al-Qur'an dan hadits tanpa disertai landasan yang ketiga ini, pasti akan "datang" dengan membawa ajaran Islam yang baru.Bukti terbesar dari hal ini, adanya kelompok-kelompok Islam yang [semakin] bertambah tiap hari. Penyebabnya karena tidak berpegang teguh pada tiga landasan ini, yaitu Al-Qur'an, Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alihi wa sallam dan Pemahaman Salafus Shalih. Oleh sebab itu kita dapati sekarang di negeri-negeri Islam, satu kelompok yang belum lama munculnya di Mesir [yaitu Jama'ah Takfir wal Hijrah]. Kelompok ini menyebarkan pemikiran-pemikiran dan racun-racunnya di berbagai negeri Islam dan mendakwakan berada di atas Al-Qur'an dan Sunnah. Alangkah serupanya dakwaan mereka itu dengan dakwaan kelompok Khawarij. Karena kelompok khawarij juga mengajak kepada Al-Qur'an dan Sunnah, akan tetapi mereka menafsirkan Al-Qur'an dengan hawa nafsu mereka dengan tanpa melihat pemahaman Salafus Shalih khususnya sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan saya banyak bertemu dengan anggota mereka serta berdebat dengan salah seorang pemimpin mereka, yang mengatakan bahwa ia tidak menerima tafsir ayat walaupun datang dari puluhan sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, ia tidak menerima tafsir itu jika tidak sesuai dengan pendapatnya. Dan orang yang mengatakan perkataan ini tidak mampu membaca ayat Al-Qur'an dengan [lancar] tanpa kesalahan. Inilah sebab penyelewangan khawarij terdahulu yang mereka adalah orang-orang Arab asli, maka apa yang dapat kita katakan pada orang khawarij masa kini yang mereka itu jika bukan orang-orang non Arab secara nyata tetapi mereka adalah orang-orang Arab yang tidak fasih, dan bukan orang-orang Ajam yang fasih berbahasa Arab Inilah realita mereka, dengan berterus terang mengatakan bahwa mereka tidak menerima tafsir nash secara mutlak kecuali jika Salafush Shalih bersepakat atasnya, demikianlah yang dikatakan salah seorang di antara mereka [sebagai usaha penyesatan dan pengkaburan]. Maka aku [Al-Albani] katakan padanya : "Apakah kamu meyakini kemungkinan terjadinya kesepakatan Salafus Shalih dalam penafsiran satu nash dari Al-Qur'an " dia berkata : "Tidak, ini adalah sesuatu yang mustahil" maka kukatakan : "Jika demikian, apakah engkau ingin berpegang pada yang mustahil ataukah engkau bersembunyi dibalik sesuatu " lalu diapun mundur dan diam.Inti masalahnya, bahwa penyebab kesesatan seluruh kelompok-kelompok sejak masa lampau maupun sekarang, adalah tidak berpegang pada landasan yang ketiga in, yaitu memahani Al-Qur'an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman [manhaj] Salafus Shalih.Mu'tazilah, Murji'ah, Qadariyyah, Asy'ariyyah, Maturidiyyah dan seluruh penyelewengan yang terdapat pada kelompok-kelompok itu penyebabnya adalah karena mereka tidak berpegang teguh pada pemahaman Salafus Shalih, oleh karena itu para ulama' peneliti berkata."Segala kebaikan tertumpu dalam mengikuti Salafush Shalih""Segala kejahatan tertumpu pada bid'ah para Khalaf [generasi sesudah Salaf]"Ini bukan sya'ir, ini adalah perkataan yang disimpulkan dari Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Allah berfirman."Artinya : Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali" [An-Nisa' : 115]Mengapa Allah Jalla Jalaluhu mampu untuk berfirman."Artinya : Dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min"Padahal Allah Jalla Jalaluhu mampu untuk berfirman."Artinya : Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali".Megapa Allah berfirman "Artinya : Dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min"Yaitu agar seseorang tidak menunggangi kepalanya sendiri dengan mengatakan : "Beginilah saya memahami Al-Qur'an dan beginilah saya memahami Hadits". Maka dikatakan kepadanya : "Wajib bagi kamu memahami Al-Qur'an sesuai dengan pemahaman orang-orang yang pertama kali beriman [Salafush Shalih]. Nash Al-Qur'an ini didukung oleh hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang menguatkannya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang perpecahan yang terjadi pada umatnya, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda."Artinya : 'Semuanya di neraka kecuali satu kelompok' para sahabat bertanya siapa kelompok itu ya Rasulullah beliau bersabda : "Al-Jama'ah". Dalam riwayat yang lain : "Sesuatu [ajaran dan pemahaman] yang mana aku dan para sahabatku berpijak padanya".Mengapa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan kelompok yang selamat itu berada di atas pemahaman jama'ah, yaitu jama'ah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam [Yang demikian itu] agar tertutup jalan bagi orang-orang ahli ta'wil dan orang-orang yang mempermainkan dalil-dalil dan nash-nash Al-Qur'an dan hadits.Sebagai contoh, firman Allah Jalla Jalaluhu."Artinya : Wajah-wajah [orang-orang mu'min] pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabbnyalah mereka melihat" [Al-Qiyamah : 19-20]Ayat ini adalah nash yang jelas dalam Al-Qur'an bahwa Allah Jalla Jalaluhu memberikan karuniaNya kepada hamba-hambaNya yang beriman pada hari kiamat, mereka akan melihat wajah Allah Jalla Jalaluhu yang mulia, sebagaimana dikatakan oleh seorang faqih ahli syair yang beraqidah salaf. "Kaum mu'min melihat Allah tanpa takyif [menanyakan bagaimana], tidak pula tasybih [menyerupakan] dan memisalkan"Mu'tazilah berkata : "Tidak mungkin seorang hamba bisa melihat Rabbnya di dunia maupun di akhirat", [Jika ditanyakan kepadanya]: "Akan tetapi kemana kamu membawa makna ayat itu " dia berkata : "Ayat itu bermakna : wajah orang-orang mukmin melihat pada kenikmatan Rabbnya". Jika ditanyakan kepadanya : "Anda menakwilkan makna melihat Allah dengan arti [melihat kenikmatan Rabbnya] sedang Allah Jalla Jalaluhu berfirman : "Kepada Rabnyallah mereka melihat" darimana kamu datangkan kata kenikmatan ia berkata : Ini adalah majas [kiasan].Oleh sebab itu Ibnu Taimiyah mengingkari adanya majaz di dalam Al-Qur'an. Karena ia merupakan salah satu pegangan terkuat dan terbesar yang telah merobohkan aqidah Islam. Ayat diatas, menetapkan suatu karunia dari Allah Jalla Jalaluhu kepada hambaNya yaitu mereka akan melihat wajah Allah Jalla Jalaluhu pada hari kiamat, tetapi orang-orang Mu'tazilah mengatakan ini tidak mungkin.[Disalin dari Majalah : Al Ashalah, diterjemahkan oleh Majalah Adz-Dzkhiirah Al-Islamiyah Edisi : Th. I/No. 03/ 2003 - 14124H,Terbitan Ma'had Ali Al-Irsyad Surabaya]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=816&bagian=0


Artikel Tiga Landasan Utama Manhaj Salaf 1/2 diambil dari http://www.asofwah.or.id
Tiga Landasan Utama Manhaj Salaf 1/2.

Nabi Tidak Pernah Menentukan Do?a Khusus Untuk Thawaf

Kumpulan Artikel Islami

Nabi Tidak Pernah Menentukan Do?a Khusus Untuk Thawaf

>> Pertanyaan :

Apa hukum berdoa melalui buku doa di saat melakukan thawaf diBaitullah?

>> Jawaban :

Berpegang teguh kepada buku tersebut tidak boleh, karena RasulullahShalallaahu alaihi wasalam tidak pernah menetapkan doa khusus untukthawaf, yang beliau lakukan ketika berada di antara dua sudut Yamanidan Hajar Aswad adalah berdoa dengan membaca:

Hanya doa ini yang riwayatnya shahih dari Rasulullah Shalallaahualaihi wasalam.

Adapun di dalam putaran selanjutnya, setiap orang boleh berdoa dengandoa apa saja yang mudah baginya atau berdzikir kepada Allah denganbertasbih atau bertahlil, dan setiap orang pasti mampu melakukannya;atau membaca ayat-ayat Al-Quran yang bisa ia baca, ini merupakandzikir yang paling utama.

Adapun adanya sebagian orang yang berpegang kepada doa-doa tertentuuntuk setiap putaran thawaf, maka hal ini tidak ada landasan hukumnyadi dalam syariat Islam. Maka selayaknya hal seperti itu dicegah,apalagi sebagian orang ada yang beranggapan seakan-akan merupakankewajiban thawaf. Juga ada sekelompok jamaah yang dipimpin olehseseorang yang membacakan doa dengan suara keras dan jamaahmeng-ikutinya dengan suara keras pula, adakalanya mereka tidakmengerti arti dan mana doa yang dibacakan itu, perbuatan ini sangatmengganggu kekhusyuan orang lain.

Perlu kita ketahui bahwa doa yang tidak dihayati dan tidak dimengertiartinya tidaklah berguna. Maka bagi setiap Muslim hendaknya berdoauntuk dirinya dengan doa yang dibaca sepenuh hati dan dime-ngertimananya agar diterima oleh Allah.

[Ibnu Fauzan: Fatawa nur alad darb, jilid 3, hal. 96.]

Artikel Nabi Tidak Pernah Menentukan Do?a Khusus Untuk Thawaf diambil dari http://www.asofwah.or.id
Nabi Tidak Pernah Menentukan Do?a Khusus Untuk Thawaf.

Orang-Orang Yang Bertoleransi

Kumpulan Artikel Islami

Orang-Orang Yang Bertoleransi Orang-Orang Yang Bertoleransi

Kategori Toleransi

Minggu, 26 September 2004 06:47:35 WIBORANG-ORANG YANG BERTOLERANSIOlehSyaikh Salim bin 'Ied Al-HilaliDari Atha' bin Farwah, bahwasanya Utsman pernah membeli sebidang tanah dari seseorang ternyata orang tersebut terlambat menyerahkan tanah tersebut kepadanya, Utsman-pun menemuinya lalu bertanya : "Apa yang menghalangimu untuk mengambilkan hartamu" Jawabnya : "Engkau membuat aku lalai, aku tidak menemui seorangpun melainkan dia pasti mencelaku". Utsman berkata : "Apakah hal itu yang menghalangimu" Jawabnya : "Ya". Ustaman berkata : "Silakan engkau memilih antara tanahmu dan hartamu!" Kemudian dia mengisahkan, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Semoga Allah memasukkan ke dalam surga seseorang yang toleran dalam jual-beli, menagih dan memutuskan" [Hadits Riwayat Al-Baghawi 8/35 dengan sanad yang padanya ada kelemahan] [1]Dari Abdullah bin Abi Qatadah dari ayahnya, bahwasanya dia pernah menuntut haknya dari seseorang lelaki, ternyata lelaki tadi bersembunyi darinya, dia bertanya : "Apa yang membuat engkau berbuat demikian Jawabnya : "Kesulitan membayar hutang" Maka diapun memintanya bersumpah, iapun bersumpah, lalu dia meminta bon catatan hutangnya dan diberikan kepada lelaki tersebut sembari berkata : "Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Barangsiapa yang memberi tangguh orang yang kesulitan atau meletakkan hutangnya, maka Allah akan menyelamatkan dia dari kengerian pada hari kiamat" [Muslim 1563 dan lainnya]Adalah Qais bin Sa'd bin Ubadah termasuk dermawan yang terkenal hingga pada suatu hari dia jatuh sakit, ternyata saudara-saudaranya tidak segera menjenguknya, diapun bertanya tentang ketidakhadiran saudara-saudaranya tersebut, jawab mereka : "Sesungguhnya mereka merasa malu karena hutang mereka kepadamu" Diapun mengatakan : "Semoga Alllah merendahkan harta yang menghalangi para saudara untuk berkunjung". Lalu dia menyuruh seseorang untuk mengi'lankan [mengumumkan] : "Barangsiapa yang mempunyai hutang kepada Qais, maka telah dihalalkan untuknya!" Maka, tidak sampai sore hari diambang pintu rumah Qais telah pecah dikarenakan banyaknya orang yang datang untuk menjenguknya" [Lihat Madarijus Salikin 2/292]Ibnul Qayyim Ragimahullah menggambarkan kepribadian gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah, seperti yang diungkapkan berikut ini :"Saya tidak pernah melihat seseorang-pun yang mengumpulkan perangai-perangai ini selain Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah semoga Allah mensucikan rohnya. Sebagai murid senior beliau menyatakan :"Saya ingin terhadap sahabatku seperti beliau mensikapi musuh-musuh dan lawan-lawanya, saya tidak pernah melihat beliau medo'akan kejelekan atas mereka sedikitpun, namun beliau mendo'akan kebaikan buat mereka.Pada suatu hari saya [Ibnu Qayyim] pernah datang kepada beliau membawa berita gembira tentang kematian musuh beliau yang paling keras dan paling hebat gangguannya, ternyata beliau menghardikku, mengingkari tindakannku dan mengucapkan Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji'un, kemudian segera bangkit menuju rumah keluarganya untuk bertakziyah sembari berkata : "Saya yang akan menggantikan kedudukan dia buat kalian, tidak ada satu urusanpun yang kalian memerlukan bantuan melainkan aku akan membantu kalian!" Atau ucapan senada, maka keluarga itupun gembira dengan ucapan beliau, mendoakan kebaikan buat beliau dan memuliakan sikap beliau mudah-mudahan Allah merahmatinya dan meridloinya" [Madarijus Salikin 2/345] [2][Disalin dari kitabToleransi Islam Menurut Pandangan Al-Qur'an dan As-Sunnah, oleh Syaikh Salim bin 'Ied Al-Hilali, terbitan Maktabah Salafy Press, hal. 49-50, penerjemah Abu Abdillah Mohammad Afifuddin As-Sidawi.]_________Foote Note[1] Penulis membawakan atsar ini sebagai pelajaran, adapaun dalil-dalil tentang toleransi, maka telah banyak beliau sebutjan dan shahih derajatnya [-pent][2] Bila engkau ingin melihat kitabku "Ibnu Taimiyah Al-Muftara 'alaihi" pasal "Ibnu Taimiyah wa Makarimul Akhlaq"

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1045&bagian=0


Artikel Orang-Orang Yang Bertoleransi diambil dari http://www.asofwah.or.id
Orang-Orang Yang Bertoleransi.

Sanad Dan Matan

Kumpulan Artikel Islami

Sanad Dan Matan Sanad Dan Matan

Kategori As-Sunnah

Selasa, 17 Februari 2004 12:38:45 WIBSANAD DAN MATANOlehAl-Utstadz Yazid bin Abdul Qadir JawasSanad atau Isnad secara bahasa artinya sandaran, maksudnya ialah jalan yang bersambung sampai kepada matan, rawi-rawi yang meriwayatkan matan hadits dan menyampaikannya. Sanad dimulai dari rawi yang awal [sebelum pencatat hadits] dan berkahir pada orang yang sebelum Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yakni para sahabat. Misalnya Bukhari meriwayatkan satu hadits, maka Bukhari dikatakan mukharrij atau mudawwin [yang mengeluarkan hadits atau yang mencatat hadits], rawi yang sebelum Bukhari dikatakan awal sanad sedangkan sahabat yang meriwayatkannya hadits itu dikatakan akhir sanad.Matan secara bahasa artinya : kuat, kokoh, keras ; maksudnya ialah isi atau omongan atau lafazh-lafazh hadits yang terletak sesudah rawi dari sanad yang akhir.Para ulama hadits tidak mau menerima hadits yang datang kepada mereka melainkan kalau ada sanadnya, mereka lakukan yang demikian itu sejak tersebarnya dusta atas nama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang dipelopori oleh orang-orang Syi'ah. Seorang tabi'in yang bernama Muhammad bin Sirin [wafat th. 110H] ia berkata : "Mereka [yakni para ulama hadits] tadinya tidak menanyakan tentang sanad, tetapi tatkala terjadi fitnah, mereka berkata. Sebutkan kepada kami nama rawi-rawi kamu, bila dilihat yang menyampaikan Ahlus Sunnah diterima haditsnya, tapi bila yang menyampaikan ahlul bid'ah maka ditolak haditsnya".Kemudian semenjak itu para ulama meneliti setiap sanad yang sampai kepada mereka. Bila syarat-syarat hadits shahih dan hasan terpenuhi, maka mereka menerima hadits-hadits tersebut sebagai hujjah. dan jika tidak terpenuhi syarat-syarat tersebut mereka menolaknya.Abdullah bin Mubarak [wafat th.181 H] berkata : "Sanad ini dari agama, kalau seandaianya tidak ada sanad, maka orang akan berkata sekehendaknya apa yang ia mau". [syarah Muslim Nawawi 1/87]Para ulama hadits telah menetapkan qaidah-qaidah dan pokok-pokok pembahasan bagi tiap-tiap sanad dan matan hingga dapat diterima hadits tersebut. Ilmu yang mebahas tentang masalah ini ialah ilmu Mushthalah Hadits.Pembagian As-Sunnah Menurut Sampainya Kepada KitaAs-Sunnah yang datang dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada kita dilihat dari segi sampainya dibagi menjadi dua, yaitu : Mutawaatir dan Ahad. Hadits Mutawatir ialah berita dari RasulullahShallallahu 'alaihi wa sallam yang disampaikan secara bersamaan oleh orang-orang kepercayaan dengan cara yang mustahil mereka bisa bersepakat untuk berdusta.Hadits Mutawatir mempunyai empat syarat, yaitu:[1]. Rawi-rawinya tsiqat dan mengerti terhadap apa yang dikhabarkan dan dengan kalimat pasti.[2]. Sandaran penyampaian kepada sesuatu yang konkrit, seperti penyaksian atau mendengar langsung.[3]. Bilangan/jumlah mereka banyak, karenanya mustahil menurut adat mereka berdusta.[4]. Bilangan yang banyak ini tetap demikian dari mulai awal sanad, pertengahan sampai akhir sanad, minimal sepuluh orang rawi yang meriwayatkannya.Hadits Ahad ialah hadits yang derajatnya tidak sampai kepada derajat Mutawaatir. Hadits Ahad terbagi menjadi tiga macam.[1]. Hadits Masyhur, ialah hadits yang diriwayatkan dengan tiga sanad.[2]. Hadits 'Aziz, ialah hadits yang diriwayatkan dengan dua sanad.[3]. Hadits Gharib, ialah hadits yang diriwayatkan dengan satu sanad.[Disalin dari buku Kedudukan As-Sunnah Dalam Syari'at Islam oleh Yazid Abdul Qadir Jawas, hal.31-32, terbitan Pustaka Al-Kautsar.]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=222&bagian=0


Artikel Sanad Dan Matan diambil dari http://www.asofwah.or.id
Sanad Dan Matan.

Fenomena Tahdzir, Cela-Mencela Sesama Ahlussunnah Dan Solusinya 3/3

Kumpulan Artikel Islami

Fenomena Tahdzir, Cela-Mencela Sesama Ahlussunnah Dan Solusinya 3/3 Fenomena Tahdzir, Cela-Mencela Sesama Ahlussunnah Dan Solusinya 3/3

Kategori Rifqon Ahlassunnah

Kamis, 9 September 2004 08:42:56 WIBFENOMENA TAHDZIR, CELA-MENCELA SESAMA AHLUSSUNNAH DAN SOLUSINYAOlehSyaikh Abdul Muhsin Bin Hamd Al-‘Abbad Al-BadrBagian Ketiga dari Tiga Tulisan [3/3]Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata dalam kitab Majmu’ Fatawa [III/413-414] ketika beliau berbicara tentang Yazid bin Mu’awiyah. Beliau berkata, â€Å"Pendapat yang benar adalah pendapat yang dikemukakan oleh para imam, yaitu bahwa Yazid bin Mu’awiyah tidak perlu dicintai secara khusus, namun juga tidak boleh dilaknat. Meskipun dia seorang yang fasiq atau zalim, mudah-mudahan Allah mengampuni orang yang fasiq dan zalim, terlebih lagi dia telah melakukan kebaikan yang besar.Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah pernah bersabda.â€Å"Pasukan pertama yang memerangi tentara Konstatin akan diampuni dosa-dosanya.”Dan pasukan pertama yang memerangi tentara Konstatin dipimpin oleh Yazid bin Mu’awiyah, dan Abu Ayyub Al-Anshari ikut dalam pasukan tersebut. Oleh karena itu, selayaknya kita bersikap adil dalam permasalahan tersebut. Kita tidak boleh mencela Yazid bin Mu’awiyah dan memata-matai seseorang dalam bersikap terhadapnya, karena sikap seperti itu adalah bid’ah yang bertentangan dengan manhaj Ahlussunnah Wal Jama’ah.Dalam kitab yang sama [III/415], beliau juga berkata, â€Å"Sikap seperti itu juga akan memecah belah umat Islam. Disamping itu, sikap itu tidak diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.”Beliau juga berkata dalam kitab yang sama [XX/164], â€Å"Tidak boleh seorang pun menjadikan orang lain sebagai figur yang harus diikuti dan sebagai standar dalam berteman atau bermusuhan selain Rasulullah. Tidak diperkenankan pula seseorang menjadikan sebuah perkataan pun sebagai barometer untuk berteman dan bermusuhan selain perkataan Allah dan Rasul-Nya serta ijma’ kaum muslimin. Cara-cara seperti ini adalah termasuk perbuatan ahli bid’ah. Para ahli bid’ah biasa menjadikan figur atau sebuah perkataan sebagai tolak ukur. Mereka berteman ataupun bermusuhan dengan dasar perkataan atau figure tersebut. Akhirnya hanya memecah-belah umat Islam.Para pendidik tidak boleh mengkotak-kotakkan umat Islam, dan melakukan perbuatan yang hanya akan menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka. Bahkan yang seharusnya dilakukan adalah saling menolong atas dasar kebaikan dan takwa, sebagaimana difirmankan Allah Ta’ala.â€Å"Dan Tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” [QS. Al-Maidah: 2]Al-Hafizh Ibnu Rajab ketika menjelaskan hadist: Beliau berkata, â€Å"Termasuk tanda bagusnya keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tak berguna baginya.”Dalam kitab Jami’ Al ‘Ulum wa Al ‘Hikam [I/288], beliau berkata, â€Å"Hadist ini merupakan landasan penting dalam masalah adab. Imam Abu Amru bin Ash Shalah menceritakan bahwa Abu Muhammad bin abu Zaid, salah seorang imam Madzhab Malik pada zamannya, pernah berkata: â€Å"Adanya berbagai macam adab kebaikan bercabang dari empat hadist, yaitu hadist Rasulullah:â€Å"Barangsiapa yang beriman dengan Allah Ta’ala dan hari akhirat hendaklah ia mengucapkan perkataan yang baik atau [kalau tidak bisa] lebih baik diam.”Lalu hadits:â€Å"Salah satu ciri baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.”Lalu hadist Rasulullah yang mengandung wasiatnya yang singkat:â€Å"Jangan marah,”Kemudian yang terakhir hadist:â€Å"Seorang mukmin mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya.”Saya Berkata :Betapa perlunya para penuntut ilmu dengan adab-adab diatas, karena adab-adab tersebut jelas akan mendatangkan kebaikan dan manfaat bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Para penuntut ilmu juga perlu menjauhi sikap dan kata-kata yang kasar yang hanya akan membuahkan permusuhan, perpecahan, saling membenci dan mencerai-beraikan persatuan.Menjadi kewajiban bagi setiap penuntut ilmu untuk menasehati dirinya sendiri agar berhenti mengikuti tulisan-tulisan di internet yang memuat komentar kedua belah pihak dalam masalah ini. Hendaknya mereka memanfaatkan dan memperhatikan website yang lebih bermanfaat seperti website milik Syaikh Abdul Aziz bin Baz yang berisi telaah pembahasan-pembahasan ilmiah keagamaan dan fatwa-fatwa beliau yang sampai sekarang telah mencapai dua puluh satu jilid. Website lain yang lebih bermanfaat untuk mereka lihat adalah website Fatwa Lajnah Daimah yang sampai kini telah mencapai dua puluh jilid; begitu pula website Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin yang berisi telaah kitab-kitab dan fatwa-fatwanya yang banyak dan luas.[Disalin dari buku Rifqon Ahlassunnah Bi Ahlissunnah Menyikapi Fenomena Tahdzir dan Hajr, hal 69-85, Terbitan Titian Hidayah Ilahi]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1011&bagian=0


Artikel Fenomena Tahdzir, Cela-Mencela Sesama Ahlussunnah Dan Solusinya 3/3 diambil dari http://www.asofwah.or.id
Fenomena Tahdzir, Cela-Mencela Sesama Ahlussunnah Dan Solusinya 3/3.

Salim, Maula Abu Hudzaifah

Kumpulan Artikel Islami

Salim, Maula Abu Hudzaifah [ Sebaik-baik Pemikul Al-Quran ]

Pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpesankepada para shahabatnya, katanya: Ambillah olehmu al-Quran itu dariempat orang, yaitu: Abdullah bin Mas'ud, Salim maula Abu Hudzaifah,Ubai bin Ka'ab dan Mu'adz bin Jabal ... !

Dulu kita telah mengenal Ibnu Mas'ud, Ubai dan Mu'adz!

Maka siapakah kiranya shahabat yang keempat yang dijadikan Rasulshallallahu 'alaihi wasallam sebagai andalan dan tempat bertanya dalammengajarkan al-Qur'an ...

Ia adalah Salim radhiyallahu 'anhu, maula Abu Hudzaifah radhiyallahu 'anhu....Pada mulanya ia hanyalah seorang budak belian, dan kemudian Islammemperbaiki kedudukannya, hingga diambil sebagai anak angkat olehsalah seorang pemimpin Islam terkemuka, yang sebelum masuk Islam jugaadalah seorang bangsawan Quraisy dan salah seorang pemimpinnya....

Dan tatkala Islam menghapus adat kebiasaan memungut anak angkat, Salimradhiyallahu 'anhu-pun menjadi saudara, teman sejawat serta maula [=hamba yang telah dimerdekakan] bagi orang yang memungutnya sebagaianak tadi, yaitu shahabat yang mulia bernama Abu Hudzaifah bin 'Utbahradhiyallahu 'anhu. Dan berkat karunia dan ni'mat dari Allah Ta'ala,Salim radhiyallahu 'anhu mencapai kedudukan tinggi dan terhormat dikalangan Muslimin, yang dipersiapkan baginya oleh keutamaanjiwanya,serta perangai dan ketaqwaannya ....

Shahabat Rasul yang mulia ini disebut Salim radhiyallahu 'anhu maulaAbu Hudzaifah radhiyallahu 'anhu , ialah karena dulunya ia seorangbudak belian dan kemudian dibebaskan! Dan ia beriman kepada Allah danRasul-Nya tanpa menunggu lama ..., dan mengambil tempatnya di antaraorang-orang Islam angkatan pertama.

Mengenai Hudzaifah bin 'Utbah radhiyallahu 'anhu, ia adalah salahseorang yang juga lebih awal dan bersegera masuk Islam denganmeninggalkan bapaknya 'Utbah bin Rabi'ah menelan amarah dan kekecewaanyang mengeruhkan ketenangan hidupnya, disebabkan keislaman puteranyaitu. Hudzaifah adalah seorang yang terpandang di kalangan kaumnya,sementara bapaknya mempersiapkannya untuk menjadi pemimpin Quraisy....

Bapak dari Hudzaifah radhiyallahu 'anhu inilah yang setelahterang-terangan masuk Islam mengambil Salim radhiyallahu 'anhu sebagaianak angkat, yakni setelah ia dibebaskannya, hingga mulai saat itu iadipanggilnya Salim bin Abi Hudzaifah radhiyallahu 'anhu Dan keduaorang itu pun beribadah kepada Allah dengan hati yang tunduk danterpusat, serta menahan penganiayaan Quraisy dan tipu muslihat merekadengan hati yang shabar tiada terkira ....

Pada suatu hari turunlah ayat yang membathalkan kebiasaan mengambilanak angkat. Dan setiap anak angkat pun kembali menyandang namabapaknya yang sesungguhnya, yakni yang telah menyebabkan lahirnya danmengasuhnya. Umpamanya Zaid bin Haritsah radhiyallahu 'anhu yangdiambil oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sebagai anak angkat dandikenal oleh Kaum Muslimin sebagai Zaid bin Muhammad shallallahu 'alaihiwasallam, kembali menyandang nama bapaknya Haritsah, hingga namanyamenjadi Zaid bin Haritsah. Tetapi Salim radhiyallahu 'anhu tidakdikenal siapa bapaknya, maka ia menghubungkan diri kepada orang yangtelah membebaskannya hingga dipanggilkan Salim maula Abu Hudzaifahradhiyallahu 'anhuma ....

Mungkin ketika menghapus kebiasaan memungut memberi nama anak angkatdengan nama orang yang mengangkatnya, Islam hanya hendak mengatakankepada Kaum muslimin: Janganlah kalian mencari hubungan kekeluargaandan silaturrahmi dengan orang-orang diluar Islam sehingga 'persaudaraankalian lebih kuat dengan sesama Islam sendiri dan se-'aqidah yangmenjadikan kalian beusaudara ... !

Hal ini telah difa hami sebaik-baiknya oleh Kaum Muslimin angkatanpertama. Tak ada suatu pun yang lebih mereka cintai setelah Allah danRasul-Nya, dari saudara-saudara mereka se-Tuhan Allah dan se-AgamaIslam! Dan telah kita saksikan bagaimana orang-orang Anshar itumenyambut saudara-saudara mereka orang Muhajirin, hingga merekamembagi tempat kediaman dan segala yang mereka miliki kepada Muhajirin... !

Dan inilah yang kita saksikan terjadi antara Abu Hudzaifahradhiyallahu 'anhu bangsawan Quraisy dengan Salim radhiyallahu 'anhuyang berasal dari budak belian yang tidak diketahui siapa bapaknya itu.Sampai akhir hayat mereka, kedua orang itu lebih dari bersaudarakandung, ketika menemui ajal, mereka meninggal bersama-sama, nyawamelayang bersama nyawa, dan tubuh yang satu terbaring di samping tubuhyang lain... !

Itulah dia keistimewaan luar biasa dari Islam, bahkan itulah salahsatu kebesaran dan keutamaannya... !

Salim radhiyallahu 'anhu telah beriman sebenar-benar iman, danmenempuh jalan menuju Ilahi bersama-sama orang-orang yang taqwa danbudiman. Baik bangsa maupun kedudukannya dalam masyarakat tidakmenjadi persoalan lagi. Karena berkat ketaqwaan dan keikhlasannya, iatelah meningkat ke taraf yang tinggi dalam kehidupan masyarakat baruyang sengaja hendak dibangkitkan dan ditegakkan oleh Agama Islamberdasarkan prinsip baru yang adil dan luhur.

Prinsip itu tersimpul dalam ayat mulia berikut ini: -Sesungguhnya orang yang termulia di antara kalian di sisi Allah ialahyang paling taqwa ... ! [Q.S. 49 al-Hujurat: 13]

Dan menurut Hadits: Tiada kelebihan bagi seorang bangsa Arab atasselain bangsa Arab kecuali taqwa, dan tidak ada kelebihan bagi seorangketurunan kulit putih atas seorang keturunan kulit hitam kecuali taqwa .

Pada masyarakat baru yang maju ini, Abu Hudzaifah radhiyallahu 'anhumerasa dirinya terhormat, bila menjadi wali dari seseorang yangdulunya menjadi budak beliannya. Bahkan dianggapnya suatu kemuliaanbagi keluarganya, mengawinkan Salim radhiyallahu 'anhu dengankemenakannya Fatimah binti Walid bin 'Utbah .... !

Dan pada masyarakat baru yang maju ini, yang telah menghancurkankefeodalan dan kehidupan berkasta-kasta, serta menghapus rasialismedan diskriminasi, maka dengan kebenaran dan kejujurannya, keimanan danamal baktinya, Salim radhiyallahu 'anhu menempatkan dirinya selaludalam barisan pertama.

Benar ..., ialah yang menjadi imam bagi orang-orang yang hijrah dariMekah ke Madinah setiap shalat mereka di mesjid Quba'. Dan ia menjadiandalan tempat bertanya tentang Kitabullah [ al-Qur'an ], hingga Nabishallallahu 'alaihi wasallam menyuruh Kaum Muslimin belajardaripadanya. Ia banyak berbuat kebaikan dan memiliki keunggulan yangmenyebabkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya: Segala puji bagi Allah yang menjadikan dalam golonganku, seseorangseperti kamu ... !

Bahkan kawan-kawannya sesama orang beriman menyebutnya: Salimradhiyallahu 'anhu salah seorang dari Kaum Shalihin

Riwayat hidup Salim radhiyallahu 'anhu seperti riwayat hidup Bilalradhiyallahu 'anhu, riwayat hidup sepuluh shahabat Nabi shallallahu 'alaihiwasallam ahli ibadah dan riwayat hidup para shahabat lainnya yangsebelum memasuki Islam hidup sebagai budak belian yang hina dina lagipapa. Diangkat oleh Islam dengan mendapat kesempurnaan petunjuk,sehingga ia menjadi penuntun ummat ke jalan yang benar, menjadi tokohpenentang kedhaliman, ia juga adalah kesatria di medan laga.

Pada Salim radhiyallahu 'anhu terhimpun keutamaan-keutamaan yangterdapat dalam Agama Islam. Keutamaan-keutamaan itu berkumpul padadiri dan sekitarnya, sementara keimanannya yang mendalam mengatursemua itu menjadi suatu susunan yang amat indah.

Kelebihannya yang paling menonjol ialah mengemukakan apa yangdianggapnya benar secara terus terang. Ia tidak menutup mulut terhadapsuatu kalimat yang seharusnya diucapkannya, dan ia tak hendakmengkhianati hidupnya dengan berdiam diri terhadap kesalahan yangmenekan jiwanya ... !

Setelah kota Mekah dibebaskan oleh Kaum Muslimin, Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam mengirimkan beberapa rombongan kekampung-kampung dan suku-suku Arab sekeliling Mekah, dan menyampaikankepada penduduknya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallamsengaja mengirim mereka itu untuk berda'wah bukan untuk berperang. Dansebagai pemimpin dari salah satu pasukan ialah Khalid bin Walidradhiyallahu 'anhu.

Ketika Khalid radhiyallahu 'anhu sampai di tempat yang dituju,terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkannya terpaksa mengunakansenjata dan menumpahkan darah. Sewaktu peristiwa ini sampai kepadaNabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau memohon ampun kepadaTuhannya amat lama sekali sambil katanya: Ya Allah, aku berlepas dirikepada-Mu dari apa yang dilakukan oleh Khalid ... !

Juga peristiwa tersebut tak dapat dilupakan oleh Umar radhiyallahu 'anhu,ia pun mengambil perhatian khusus terhadap pribadi Khalid katanya: Sesungguhnyapedang Khalid terlalu tajam ... !

Dalam ekspedisi yang dipimpin oleh Khalid radhiyallahu 'anhu ini ikutSalim radhiyallahu 'anhu maula Abu Hudzaifah radhiyallahu 'anhu sertashahabat-shahabat lainnya Dan demi melihat perbuatan Khalid tadi,Salim radhiyallahu 'anhu menegurnya dengan sengit dan menjelaskankesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya. Sementara Khalid,pahlawan besar di masa jahiliyah dan di zaman Islam itu, mula-muladiam dan mendengarkan apa yang dikemukakan temannya itu kemudianmembela dirinya, akhirnya meningkat menjadi perdebatan yang sengit.Tetapi Salim radhiyallahu 'anhu tetap berpegang pada pendiriannya danmengemukakannya tanpa takut-takut atau bermanis mulut.

Ketika itu ia memandang Khalid bukan sebagai salah seorang bangsawanMekah, dan ia pun tidak merendah diri karena dahulu ia seora~g budakbelian, tidak ... ! Karena Islam telah menyamakan mereka! Begitu pulaia tidaklah memandangnya sebagai seorang panglima yangkesalahan-kesalahannya harus dibiarkan begitu saja ...,tetapi iamemandang Khalid sebagai serikat dan sekutunya dalam kewajiban dantanggung jawab ... !

Serta ia menentang dan menyalahkan Khalid itu bukanlah karena ambisiatau suatu maksud tertentu, ia hanya melaksanakan nasihat yang diakuihaqnya dalam Islam, dan yang telah lama didengarnya dari Nabishallallahu 'alaihi wasallam bahwa nasihat itu merupakan teras dantiang tengah Agama, sabdanya: Agama itu ialah nasihat ... ! Agama ituialah nasihat ... ! Agama itu ialah nasihat ... ! Dan ketikaRasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendengar perbuatan Khalid binWalid, beliau bertanya, katanya: Adakah yang menyanggahnya ...

Alangkah agungnya pertanyaan itu, dan alangkah mengharukan... ! Danamarahnya shallallahu 'alaihi wasallam menjadi surut, ketika merekamengatakan pada beliau: Ada, Salim radhiyallahu 'anhu menegur danmenyanggahnya ... !':

Salim radhiyallahu 'anhu hidup mendampingi Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam dan orang-orang beriman. Tidak pernah ketinggalan dalam suatupeperangan mempertahankan Agama, dan tak kehilangan gairah dalam suatuibadah. Sementara persaudaraannya dengan Abu Hudzaifah radhiyallahu 'anhu,makin hari makin bertambah erat dan kukuh jua! Saat itu berpulanglahRasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ke rahmatullah. Dan khilafatAbu Bakar radhiyallahu 'anhu menghadapi persekongkolan jahat dariorang-orang murtad. Dan tibalah saatnya pertempuran Yamamah ! Suatupeperangan sengit, yang merupakan ujian terberat bagi Islam... !

Maka berangkatlah Kaum Muslimin untuk berjuang. Tidak ketinggalanSalim radhiyallahu 'anhu bersama Abu Hudzaifah radhiyallahu 'anhuradhiyallahu 'anhu saudara seagama.

Di awal peperangan, Kaum Muslimin tidak bermaksud hendak menyerang.Tetapi setiap Mu'min telah merasa bahwa peperangan ini adalahpeperangan yang menentukan, sehingga segala akibatnya menjadi tanggungjawab bersama!

Mereka dikumpulkan sekali lagi oleh Khalid bin Walid radhiyallahu 'anhu,yang kembali menyusun barisan dengan cara dan strategi yangmengagumkan. Kedua saudara, Abu Hudzaifah radhiyallahu 'anhu dan Salimradhiyallahu 'anhu berpelukan dan sama berjanji siap mati syahid demiAgama yang haq, yang akan mengantarkan mereka kepada keberuntungandunia dan akhirat. Lalu kedua saudara itu pun menerjunkan diri kedalam kancah yang sedang bergejolak ... !

Abu Hudzaifah radhiyallahu 'anhu berseru meneriakkan: Haipengikut-pengikut al-Quran... ! Hiasilah al-Quran dengan amal-amalkalian ... ! Dan bagai angin puyuh, pedangnya berkelibatan danmenghunjamkan tusukan-tusukan kepada anak buah Musailamah...,sementara Salim radhiyallahu 'anhu berseru pula, katanya: - Amatburuk nasibku sebagai pemikul tanggung jawab al-Quran, apabila bentengKaum Muslimin bobol karena kelalaianku... ! Tidak mungkin demikian, wahai Salim radhiyallahu 'anhu... ! Bahkanengkau adalah sebaik-baik pemikul al-Quran ... ! ujar Abu Hudzaifahradhiyallahu 'anhu. Pedangnya bagai menari-nari menebas dan menusukpundak orang-ouang murtad, yang bangkit berontak hendak mengembalikanjahiliyah Quraisy dan memadamkan cahaya Islam ....

Tiba-tiba salah sebuah pedang orang-orang murtad itu menebas tangannyahingga putus ..., tangan yang dipergunakannya untuk memanggul panjiMuhajirin, setelah gugur pemanggulnya yang pertama, ialah Zaid binKhatthab radhiyallahu 'anhu. Tatkala tangan kanannya itu buntung danpanji itu jatuh segeralah dipungutnya dengan tangan kirinya laluterus-menerus diacungkannya tinggi-tinggi sambil mengumandangkan ayatal-Quran berikut ini:

Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlahbesar dari pengikut [nya] yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemahkarena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dantidak [pula] menyerah [kepada musuh]. Allah menyukai orang-orang yangsabar. [QS. 3:146]

Wahai, suatu semboyan yang maha agung... ! Yakni semboyan yang dipilihSalim radhiyallahu 'anhu saat menghadapi ajalnya ... !

Sekelompok orang-orang murtad mengepung dan menyerbunya, hinggapahlawan itu pun rubuhlah .... Tetapi ruhnya belum juga keluar daritubuhnya yang suci, sampai pertempuran itu berakhir dengan terbunuhnyaMusailamah si Pembohong dan menyerah kalahnya tentara murtad sertamenangnya tentara Muslimin ....

Dan ketika Kaum Muslimin mencari-cari korban dan syuhada mereka,mereka temukan Salim radhiyallahu 'anhu dalam sekarat maut. Sempatpula ia bertanya pada mereka: Bagaimana nasib Abu Hudzaifahradhiyallahu 'anhu ... Ia telah menemui syahidnya , ujar mereka. Baringkan daku disampingnya.... , katanya pula.lni dia di sampingmu, wahai Salim radhiyallahu 'anhu ... ! Ia telahmenemui syahidnya di tempat ini ... !

Mendengar jawaban itu tampaklah senyumnya yang akhir .... Dan setelahitu ia tidak berbicara lagi ....

Ia telah menemukan bersama saudaranya apa yang mereka dambakan selamaini……

Mereka masuk Islam secara bersama. Hidup secara bersama .... Dankemudian mati syahid secara bersama pula... !

Persamaan nasib yang amat….yang amat indah ... ! Maka pergilah menemuiTuhannya ..., seorang tokoh Mu'min meninggalkan nama, dan mengenaidirinya sewaktu telah tiada lagi, Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhupernah berkata:Seandainya Salim radhiyallahu 'anhu masih hidup, pastilah ia menjadipenggantiku nanti... !

Mengharukan, dan suatu takdir.

Artikel Salim, Maula Abu Hudzaifah diambil dari http://www.asofwah.or.id
Salim, Maula Abu Hudzaifah.