Minggu, 01 Juni 2008

Kecerdasan Imam al-Layts

Kumpulan Artikel Islami

Kecerdasan Imam al-Layts Imam al-Layts bin Sa'd adalah seorang ulamafiqih yang memiliki kapasitas keilmuan setingkat imam-imam madzhabyang empat, bahkan ada para ulama yang mengunggulkannya atas imamMalik dari segi keilmuan. Sayang, tidak ada murid atau pengikut yangmenyebarkan madzhab fiqihnya sehingga tidak berkembang seperti paraimam madzhab yang empat.

Dari Lu’luah, pelayan khalifah Harun ar-Rasyid, ia berkata, “Terjadisilang pendapat antara Harun ar-Rasyid dan anak perempuan pamannya [sepupunya],Zubaidah yang telah menjadi isterinya. Harun berkata, ‘Kamu ditalakbila aku bukan termasuk ahli surga.’ Kemudian beliau menyesal atasucapannya itu, lalu mengundang para ahli fiqih agar berkumpul gunamemecahkan masalahnya. Setelah berkumpul dan berdiskusi, mereka punberbeda pendapat bagaimana sebenarnya status sumpahnya tersebut.Khalifah Harun menulis surat kepada seluruh negeri agar menghadirkanpara ulama terkemuka mereka ke istana. Tatkala mereka sudah berkumpul,ia menanyai mereka mengenai sumpahnya tersebut, yaitu “Kamu ditalakjika aku tidak masuk surga”. Mereka kembali berselisih pendapat, lalutinggallah seorang ulama [syaikh] lagi yang belum berbicara dan beradadi deretan paling akhir dari majlis tersebut. Beliau lah Imam al-Laytsbin Sa’d. Ia berkata, ‘Bila Amirul Mukminin mengosongkan majlsnya ini,aku bersedia berbicara dengannya.’ Lalu sang khalifah pun menyuruhpara ulama yang ada disitu untuk meninggalkan majlis tersebut. Iaberkata lagi, ‘Saya mohon Amirul Mukminin didekatkan kepadaku.’ Makaia pun mendekatinya. Syaikh yang ‘Alim ini berkata, ‘Apakah akumendapatkan jaminan keamanan kalau berbicara.” Amirul Mukmininmenjawab, ‘Ya.’ Maka al-Layts memerintahkan agar dibawa kepadanyasebuah mushaf. Ketika mushaf itu sudah dihadirkan, ia berkata, ‘Tolongdibuka wahai Amirul Mukminin hingga surat ar-Rahman. Lalu bacalah.’Sang khalifah membacanya dan tatkala ia sampai pada ayat, “Dan bagiorang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga”[QS.ar-Rahman:46] maka, al-Layts memerintahkan, ‘Tahan dulu, wahaiAmirul Mukminin! Katakanlah, Wallaahi [Demi Allah].’ Ucapan syaikh inimembuat berat hati khalifah. Syaikh itu kembali berkata, ‘Wahai AmirulMukminin, persyaratanku tadi adalah jaminan keamanan bukan. [maksudnya,agar khalifah tidak mruka kepadanya atas permintaannya tersebut-red]Maka khalifah pun mengucapkan, ‘Wallaahi [Demi Allah],’ setelah ituberkatalah al-Layts, ‘Katakanlah, ‘Aku takut akan saat menghadapTuhanku’ Maka khalifah menuruti perintah ulama langka itu danmengulangi seperti apa yang diucapkannya. Al-Layts berkata lagi,‘Wahai Amirul Mukminin, pahalanya dua surga bukan hanya satu surga.’!”

Periwayat mengatakan, “Lalu kami mendengar suara tepuk tangan danluapan gembira di balik tirai. Maka berkatalah Harun ar-Rasyid, ‘Bagusapa yang kau putuskan itu.’ Lalu ia menghadiahi al-Layts denganbeberapa hadiah dan mengalokasikan honor untuknya.”

Ini merupakan sikap mulia yang menunjukkan indahnya ilmu di manakebenaran dan etika sama-sama dijunjung tinggi.

Anda melihat bahwa Imam al-Layts mengetahui kemana arah fatwa, yaituthalaq tersebut tidak jatuh bila ar-Rasyid adalah termasuk orang yangtakut akan saat menghadap Tuhannya. Ia juga melihat dirinya tidakboleh mengeluarkan fatwa begitu saja hingga syaratnya sudah kuat,yaitu takut kepada Allah Ta’ala. Dan ini dilakukan dengan cara memintaar-Rasyid bersumpah hingga diri al-Layts merasa tenang bahwa fatwanyasudah benar. Ia juga meminta agar orang-orang yang ada di majlisdibubarkan dulu agar sumpah yang dimintanya dari ar-Rasyid tidakdilihat orang banyak, di samping agar ar-Rasyid tidak terpancingseperti yang ingin dilakukannya andaikata ia [al-Layts] tidak terlebihdahulu mengajukan persyaratan mendapatkan perlindungan darinya supayadirinya bisa tentram. Jadi, fatwa yang dikeluarkan al-Layts tidaksemata-mata spontanitas. Ia bersumber dari al-Qur’an itu sendiri,karena itu ia meminta al-Layts agar membaca ayat tersebut, “Danbagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga”[QS.ar-Rahman:46].

Maka tenanglah hati ar-Rasyid dengan hal itu dan tahulah ia bawhadirinya masih bisa mempertahankan isterinya secara halal dan sahberdasarkan nash yang pasti dari Kalamullah.

Ini tentunya merupakan anugerah Allah, yang dalam kebanyakan kondisitidak terlepas dari adab yang bagus bagi orang yang mau berpikir danmemahami.

[SUMBER: Mi’ah Qishshah Wa Qishshah karya Muhammad Amin al-Jundi,Juz II, hal.40-42]

Artikel Kecerdasan Imam al-Layts diambil dari http://www.asofwah.or.id
Kecerdasan Imam al-Layts.

Tidak ada komentar: