Selasa, 20 Mei 2008

Adab Berbicara

Kumpulan Artikel Islami

Adab Berbicara Ajaran Islam amat sangat serius memperhatikan soalmenjaga lisan sehingga Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salambersabda:Barangsiapa yang memberi jaminan kepadaku [untuk menjaga] apa yangada antara dua janggutnya [lisan] dan apa yang ada antara dua kakinya[kema-luannya] maka aku menjamin Surga untuknya. [HR. Al-Bukhari].

Menjaga Lisan

Seorang muslim wajib menjaga lisannya, tidak boleh berbicara batil,dusta, menggunjing, mengadu domba dan melontarkan ucapan-ucapan kotor,ringkasnya, dari apa yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Sebabkata-kata yang merupakan produk lisan memiliki dampak yang luar biasa.

Perang, pertikaian antarnegara atau perseorangan sering terjadi karenaperkataan dan provokasi kata. Sebaliknya, ilmu pengetahuan lahir,tumbuh dan berkembang melalui kata-kata. Perdamaian bahkanpersaudaraan bisa terjalin melalui kata-kata. Ironinya, banyak orangyang tidak menyadari dampak luar biasa dari kata-kata. Padahal NabiShallallaahu alaihi wa Salam bersabda:Sungguh seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang membawakeridhaan Allah, dan dia tidak menyadarinya, tetapi Allah mengangkatdengannya beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba berbicara dengansuatu kalimat yang membawa kemurkaan Allah, dan dia tidakmempedulikannya, tetapi ia menjerumuskan-nya ke Neraka Jahannam [HR. Bukhari]

Hadis Hasan riwayat Imam Ahmad menyebutkan, bahwa semua anggota badantunduk kepada lisan. Jika lisannya lurus maka anggota badan semuanyalurus, demikian pun sebaliknya. Ath-Thayyibi berkata, lisan adalahpenerjemah hati dan penggantinya secara lahiriyah. Karena itu, haditsImam Ahmad di atas tidak bertentangan dengan sabda Nabi yang lain: Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal darah, jikaia baik maka baiklah seluruh jasad, dan bila rusak, maka rusaklahseluruh jasad. Ketahuilah, ia adalah hati. [HR. Al-Bukhari danMuslim].

Berkata Baik Atau Diam

Adab Nabawi dalam berbicara adalah berhati-hati dan memikirkanterlebih dahulu sebelum berkata-kata. Setelah direnungkan bahwakata-kata itu baik, maka hendaknya ia mengatakannya. Sebaliknya, bilakata-kata yang ingin diucapkannya jelek, maka hendaknya ia menahandiri dan lebih baik diam. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salambersabda:Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaknya iaberkata yang baik atau diam. [HR. Al-Bukhari].

Adab Nabawi di atas tidak lepas dari prinsip kehidupan seorang muslimyang harus produktif menangguk pahala dan kebaikan sepanjang hidupnya.Menjadikan semua gerak diamnya sebagai ibadah dan sedekah. NabiShallallaahu alaihi wa Salam bersabda: … Dan kalimat yang baikadalah sedekah. Dan setiap langkah yang ia langkahkan untuk shalat [berjamaahdi masjid]adalah sedekah, dan menyingkirkan duri dari jalan adalahsedekah. [HR. Al-Bukhari].

Sedikit Bicara Lebih Utama

Orang yang senang berbicara lama-lama akan sulit mengendalikan diridari kesalahan. Kata-kata yang me-luncur bak air mengalir akanmengha-nyutkan apa saja yang diterjangnya, dengan tak terasa akanmeluncurkan kata-kata yang baik dan yang buruk. Ka-rena itu NabiShallallaahu alaihi wa Salam melarang kita banyak bicara. BeliauShallallaahu alaihi wa Salam bersabda artinya,…Dan [Allah] membenci kalian untuk qiila wa qaala. [HR. Al-Bukharidan Muslim]. Imam Nawawi rahimahullah berkata, qiila wa qaala adalahasyik membicarakan berbagai berita tentang seluk beluk seseorang [ngerumpi].Bahkan dalam hadits hasan gharib riwayat Tirmidzi disebutkan, orangyang banyak bicara diancam oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi waSalam sebagai orang yang paling beliau murkai dan paling jauhtempatnya dari Rasulullah pada hari Kiamat. Abu Hurairah Radhiallaahuanhu berkata, 'Tidak ada baiknya orang yang banyak bicara.' Umar binKhathab Radhiallaahu anhu berkata, 'Barangsiapa yang banyak bicaranya,akan banyak kesalahannya.'

Dilarang Membicarakan Setiap Yang Didengar

Dunia kata di tengah umat manusia adalah dunia yang campur aduk.Seperti manusianya sendiri yang beragam dan campur aduk; shalih, fasik,munafik, musyrik dan kafir. Karena itu, kata-kata umat manusia tentuada yang benar, yang dusta; ada yang baik dan ada yang buruk. Karenaitu, ada kaidah dalam Islam soal kata-kata, 'Siapa yang membicarakansetiap apa yang didengarnya, berarti ia adalah pembicara yang dusta'.Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam :Cukuplah seseorang itu berdosa, jika ia membicarakan setiap apayang di-dengarnya.

Dalam riwayat lain disebutkan:Cukuplah seseorang itu telah berdusta, jika ia membicarakan setiapapa yang didengarnya. [HR. Muslim].

Jangan Mengutuk dan Berbicara Kotor

Mengutuk dan sumpah serapah dalam kehidupan modern yang serbamaterialistis sekarang ini seperti menjadi hal yang dianggap biasa.Seorang yang sempurna akhlaknya adalah orang yang paling jauh darikata-kata kotor, kutukan, sumpah serapah dan kata-kata keji lainnya.Ibnu Mas'ud Radhiallaahu anhu meriwayatkan, Nabi Shallallaahu alaihiwa Salam bersabda:Seorang mukmin itu bukanlah seorang yang tha'an, pelaknat, [jugabukan] yang berkata keji dan kotor. [HR. Bukhari].

Tha'an adalah orang yang suka-merendahkan kehormatan manusia, denganmencaci, menggunjing dan sebagainya.

Melaknat atau mengutuk adalah do’a agar seseorang dijauhkan darirahmat Allah. Imam Nawawi rahima-hullah berkata, 'Mendo’akan agarseseorang dijauhkan dari rahmat Allah bukanlah akhlak orang-orangberiman. Sebab Allah menyifati mereka dengan rahmat [kasih sayang] diantara mereka dan saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa.Mereka dijadikan Allah sebagai orang-orang yang seperti bangunan, satusama lain saling menguatkan, juga diumpamakan sebagaimana satu tubuh.Seorang mukmin adalah orang yang mencintai saudara mukminnya yang lainsebagai-mana ia mencintai dirinya sendiri. Maka, jika ada orang yangmendo’akan saudara muslimnya dengan laknat [dijauhkan dari rahmatAllah], itu berarti pemutusan hubungan secara total. Padahal laknatadalah puncak doa seorang mukmin terhadap orang kafir. Karena itudisebutkan dalam hadits shahih:Melaknat seorang mukmin adalah sama dengan membunuhnya. [HR.Bukhari]. Sebab seorang pembunuh memutus-kan orang yang dibunuhnyadari berbagai manfaat duniawi. Sedangkan orang yang melaknatmemutuskan orang yang dilaknatnya dari rahmat Allah dan kenikmatanakhirat.

Jangan Senang Berdebat Meski Benar

Saat ini, di alam yang katanya demokrasi, perdebatan menjadi hal yanglumrah bahkan malah digalakkan. Ada debat calon presiden, debat calongubernur dan seterusnya. Pada kasus-kasus tertentu, menjelaskanargumen-tasi untuk menerangkan kebenaran yang berdasarkan ilmu dankeyakinan memang diperlukan dan berguna.

Tetapi, berdebat yang didasari ketidak-tahuan, ramalan, masalah ghaibatau dalam hal yang tidak berguna seperti tentang jumlah AshhabulKahfi atau yang sejenisnya maka hal itu hanya membuang-buang waktu danberpe-ngaruh pada retaknya persaudaraan. [Lihat Tafsir Sa'di, 5/24,surat Kahfi: 22]

Maka, jangan sampai seorang mukmin hobi berdebat. RasulullahShallallaahu alaihi wa Salam bersabda:Saya adalah penjamin di rumah yang ada di sekeliling Surga bagiorang yang meninggalkan perdebatan, meski dia benar. Dan ditengah-tengah Surga bagi orang yang meninggalkan dusta, meskipun diabergurau. Juga di Surga yang tertinggi bagi orang yang baik akh-laknya. [HR. Abu Daud, dihasankan oleh Al-Albani].

Dilarang Berdusta Untuk Membuat Orang Tertawa

Dunia hiburan [entertainment] menjadi dunia yang digandrungi olehsebagian besar umat manusia.

Salah satu jenis hiburan yang digandrungi orang untuk menghilangkanstress dan beban hidup yang berat adalah lawak. Dengan suguhan lawakini orang menjadi tertawa terbahak-bahak, padahal di dalamnya campurbaur antara kebenaran dan kedustaan, seperti memaksa diri denganmengarang cerita bohong agar orang tertawa. Mereka inilah yangmendapat ancaman melalui lisan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salamdengan sabda beliau:Celakalah orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuatorang-orang tertawa. Celakalah dia, dan celakalah dia! [HR. AbuDaud, dihasankan oleh Al-Albani].

Merendahkan Suara Ketika Berbicara

Meninggikan suaranya, berteriak dan membentak. Dalam pergaulan sosial,tentu orang yang semacam ini sangat dibenci. Bila sebagai pemimpin,maka dia adalah pemimpin yang ditakuti oleh bawahannya. Bukan karenakewibawaan dan keteladanannya, tapi karena suaranya yang menakutkan.Bila sebagai bawahan, maka dia adalah orang yang tak tahu diri.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menegaskan, 'Orang yang meninggikansuaranya terhadap orang lain, maka tentu semua orang yang berakalmenge-tahui, bahwa orang tersebut bukanlah orang yang terhormat.' IbnuZaid berkata, 'Seandainya mengeraskan suara [dalam berbicara], adalahhal yang baik, tentu Allah tidak menjadikannya sebagai suara keledai.'Abdurrahman As-Sa'di berkata, 'Tidak diragukan lagi, bahwa [orangyang] meninggikan suara kepada orang lain adalah orang yang tidakberadab dan tidak menghormati orang lain.'

Karena itulah termasuk adab berbicara dalam Islam adalah merendahkansuara ketika berbicara. Allah berfirman, artinya: Dan rendahkanlahsuaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai. [QS. Luqman: 19].

[Ainul Haris]

Artikel Adab Berbicara diambil dari http://www.asofwah.or.id
Adab Berbicara.

Tidak ada komentar: