Sabtu, 24 Mei 2008

Kisah Syahid Dari Iraq Yang Jasadnya Dimutilasi

Kumpulan Artikel Islami

Kisah Syahid Dari Iraq Yang Jasadnya Dimutilasi Sebenarnya kisah ini berupa berita yangdipublikasikan di salah satu situs Islam berbahasa Arab terkemuka,namun karena sifat berita yang paling tidak, harus terus diup-datesetiap hari sementara kisah ini penting untuk dijadikan pelajaran danrenungan kita, maka kami memuatnya dalam versi kisah islami sehinggadapat ditampilkan untuk beberapa lama.

Sebuah kisah tewasnya seorang anggota kelompok perlawanan Islam, diIraq [al-Muqaawamah al-Islaamiyyah] yang menunjukkan masihadanya kelompok perlawanan yang benar-benar murni berjuang danberjihad untuk meninggikan Kalimatullah dan membuka mata kitalebar-lebar betapa dengki dan dendamnya musuh-musuh Islam.

Kisah seorang syahid yang berasal dari Arab Saudi, namanya Sa’id,kelahiran tahun 1975. Ia dijuluki rekan-rekan seperjuangannya dariwarga asli Iraq dengan Abu Samrah. Dan sejak itu, ia bangga dan lebihsenang dipanggil dengan julukan itu ketimbang nama aslinya.

Sebenarnya, Abu Samrah ini seorang yang hidup berkecukupan dinegerinya. Maklum, sebagai warga negara Arab Saudi tentulah kehidupansosialnya jauh lebih baik daripada saudara-saudaranya di Iraq yanghidup memprihatinkan karena dilanda peperangan dan sekarang ini masihterjajah. Ia ingin memberikan pesan kepada saudara-saudaranya, rakyatIraq bahwa dien Muhammad adalah amanah yang bukan hanya diembankan keatas pundak orang-orang Iraq saja tetapi juga ke atas kaum Musliminselain mereka.

Ia terpanggil untuk berjihad membela agama Allah sekali pun sebelumnyatidak pernah mengikuti latihan militer apa pun yang seyogyanyadimiliki oleh orang yang ingin memasuki medan perang.

Menurut penuturan Syaikh ‘Awad, salah seorang pemimpin kelompokperlawanan, Sa’id menolak untuk bergabung dengan kelompok mana pun diIraq yang di mata publik Iraq masih mengundang pro dan kontra. Dalamkesehariannya, ia dikenal sebagai seorang yang suka bercanda, banyakmenghibur rekan-rekan seperjuangannya, memiliki ghirah yang tinggi dantak rela kehormatan kaum Muslimin diinjak-injak. Setiap kali iamelihat bangunan dan rumah-rumah yang tinggi di kawasan Ramadi, iaselalu berhasrat untuk naik ke loteng-loteng rumah tersebut lalu darisitu, ia akan menjadi snipper dengan membidik 40 orang Amerika setiapharinya andaikata bukan karena khawatir tentara pendudukan Amerikaakan menggeledah rumah-rumah penduduk di situ, melecehkan kehormatankaum wanitanya dan menerobos masuk ke dalam rumah-rumah mereka. Karenakekhawatirannya itu, ia malah menolak untuk menyerang tentarapendudukan bila mereka masih berada di lorong-lorong dan dijalan-jalan padahal sangat memungkinkan sekali baginya untukmenimbulkan korban yang lebih banyak di pihak tentara pendudukantersebut. Ia pernah berkata, “Bagi saya, kehormatan wanita-wanitaSaudi tidak lebih mahal dari kehormatan wanita-wanita Iraq, sebabmereka semua adalah Muslimat dan semuanya adalah saudara-saudara kitadi dalam dienullah.

Syaikh ‘’Awad menuturkan bahwa pada malam sebelum Abu Samrah gugursebagai syahid, ia betul-betul telah memperlihatkan perjuangan yangtulus dan begitu gagah di medan pertempuran. Karena itu, beliau danrekan-rekan seperjuangannya begitu yakin bahwa ia akan meninggalkanmereka malam itu untuk selama-lamanya.

Pada malam syahidnya itu, ia bergerak maju padahal tentara pendudukansudah menarik mundur pasukannya. Ini ia lakukan untuk membuka celahsehingga para mujahidin dapat mematahkan kekuatan musuh secara totaldi dekat rumah sakit Ramadi, yang letaknya agak jauh dari kota dibagian utara. Ternyata, hari itu adalah hari terakhir ia bertemudengan para rekan seperjuangannya. Sebuah tembakan mengenai dadanyadan ia pun jatuh tersungkur dengan posisi masih memegang senjataseraya mengucapkan, “Semoga jual beli ini mendapat keuntungan, semogaperjalanan ini mendapat keuntungan. Alhamdulillah, Ya Allah,pertemukanlah aku dengan saudara-saudaraku, Ya Allah, aku titipkanpada-Mu orang-orang yang aku tinggalkan di rumah-rumahku sebab akuhanya keluar demi-Mu, bukan demi siapa-siapa.”

Syaikh ‘Awad menambahkan, “Sekali pun tembakan yang dialaminya cukupparah, tetapi suaranya ketika mengucapkan itu sangat jelas terdengar.Kami menyaksikan dan mendengarkannya hingga saat-saat terakhir ajalmenjemputnya, hanya saja tidak dapat mendekat lebih dekat lagi karenatentara pendudukan berhasil naik ke lokasi-lokasi yang tinggi danmulai menembaki dari sebagai sniper. Untung saja, kami berhasilmembawa lari empat orang rekan kami lainnya yang juga gugur sebagaisyuhada. Sementara tentara pendudukan itu menyongsong jasadnya yangsudah terlentang dan melakun mutilasi terhadap jasanya lalumelemparnya ke badan jalan. Abu Asmar sang pahlawan turun dari kudanyadengan berjalan kaki setelah datang dari negeri tempat turunnya wahyu.Orang-orang Amerika dan sekutu mereka kemudian memperlakukan jasadnyadengan cara yang belum pernah dilakukan terhadap siapa pun sebelum itu.Ini menjelaskan kepada kita betapa kedengkian orang-orang Amerikaterhadapnya.”

Yah, tentara pendudukan itu telah melakukan mutilasi terhadap jasadnya.Berdasarkan penjelasan dan kesaksian salah seorang dokter di rumahsakit umum Ramadi sebelum jasad Abu Samrah dikuburkan, bahwa menemukanjasad seorang warga negara Arab Saudi yang gugur dalam kontak senjatadengan tentara pendudukan seminggu lalu [hari selasa lalu,08-03-2005], ia mendapati dadanya sudah tersobek menganga, ususnyaterburai keluar, beberapa tusukan dalam mengenai lambungnya. Tusukanini jelas berasal dari mata tombak. Demikian pula, mutilasi jugadilakukan terhadap bagian bawah pusarnya di mana anggota kemaluannyadilobangi dengan cara yang mengenaskan sekali, yang tidak dapatdiungkapkan dengan kata-kata. Kepalanya juga dipukul dengan tombak danalat-alat yang terbuat dari besi. Di kepalanya terdapat beberapa bekasbakar akibat letupan moncong senjata api yang ditembakkan ke tubuhnya.Selain itu, terdapat pula tulisan di atas dadanya yang digores denganmenggunakan mata tombak yang tajam. Tulisan tersebut berbahasainggeris yang artinya kurang lebih ‘Tidak akan ada lagi orang yangberani setelah anda.’

Dokter tersebut mengatakan bahwa ia sudah menjahit perut dan dadajasad Abu Samrah tersebut atas permintaan rekan-rekan seperjuangannya.

Syaikh ‘Awad mengakhiri kisah sang pejuang, “Beliau rahimahullahdikuburkan setelah sebelumnya beberapa potongan anggota badannya yangrobek oleh tombak musuh kami kumpulkan terlebih dahulu. Seakan kamimenguburkan umat secara keseluruhan. Sa’id masuk dalam rombongan parasyuhada. Semoga, mata para pengecut tidak akan pernah terlelap lagi.”

[Sumber: sebuah situs islam berbahasa Arab, tertanggal 14-03-2005]

Artikel Kisah Syahid Dari Iraq Yang Jasadnya Dimutilasi diambil dari http://www.asofwah.or.id
Kisah Syahid Dari Iraq Yang Jasadnya Dimutilasi.

Tidak ada komentar: