Jumat, 30 Mei 2008

Jangan Marah !!

Kumpulan Artikel Islami

Jangan Marah !! Muqadimah

Saat berinteraksi dengan masyarakat, tak jarang kita menemui banyakkendala, baik yang bersifat agamis, sosial, psikologis dan sebagainya.Juga, tak jarang di dalam menyikapi hal itu, kita sering terpancingoleh emosi tak terkendali, sehingga perkara yang sebenarnya remeh dankecil menjadi besar dan berakibat fatal.

Seorang suami, lantaran kecemburuan yang membuta misalnya, tegamenceraikan isterinya yang tengah hamil; seorang ayah, lantarankebandelan anaknya yang sebenarnya merupakan benih dari kesalahannyasendiri, tega memukulinya hingga babak belur; seorang yang sukaberjudi, lantaran kebodohannya sendiri sehingga kalah, sangat seringmengakhirinya dengan perkelahian bahkan pembunuhan. Dan seterusnya,dimana semua itu bila dikaji dari sudut syar’i adalah sangat mudahuntuk diselesaikan.

Itulah emosi yang meluap-luap akibat kehilangan kendali dankeseimbangan akal sehingga bertindak di luar batas normal [marah yangberlebihan].

Mengingat betapa kompleksnya permasalahan ini dan betapa banyakkorbannya serta kurangnya pemahaman tentang sebab, akibat dansolusinya, maka dalam tulisan ini, kami sengaja mengangkatnya denganharapan dapat memberikan solusi yang -paling tidak- dapat mengurangi“wabah” yang telah menyerang umat tersebut. Wallaahu a’lam.

NASKAH HADITS

Dari Abu Hurairoh Radhiallaahu anhu bahwasanya seorang laki-lakiberkata kepada Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam: “Berilah akunashihat!”. Beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlahengkau marah!’. Orang tersebut mengulangi berkali-kali, beliauShallallaahu alaihi wa Sallam [tetap] bersabda: “Janganlah engkaumarah”. [HR. al-Bukhâriy]

Ungkapan, “seorang laki-laki” yang dimaksud dalam hadits di atasadalah seorang shahabat agung, yang bernama Jâriah bin Qudâmah

Ungkapan, “Janganlah engkau marah” maksudnya; jauhilah sebab-sebabnya.

Ungkapan, “orang tersebut mengulangi berkali-kali”, maksudnya bahwadia mengulangi pertanyaan yang sama dan mengharap jawaban yang lebihbermanfaat, lebih mengena atau lebih umum dari itu lagi [menurutnya],namun beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam tidak menambah jawabannya.

Mengenai matan/naskah hadits

Hadits tersebut merupakan Jawâmi’ al-Kalim dari RasulullahShallallaahu alaihi wa Sallam, yakni suatu ucapan yang mengandunglafazh yang sedikit, namun memiliki arti yang banyak, alias singkattapi padat. Sehubungan dengan hadits tersebut, para ulama berbicarapanjang lebar di dalam syarah mereka terhadapnya karena kandungannyayang meliputi faedah-faedah, hukum-hukum serta berbagai hikmah danrahasia di balik itu. Seorang muslim hendaklah merenungi dan meresapipetunjuk-petunjuk Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam danwasiat-wasiatnya, sehingga dapat mempraktekkan apa yang terkandung didalamnya.

Seputar Pengertian Marah

Marah adalah suatu kondisi psikologis [kejiwaan] yang membuat lahiriahbadan dan bathin tidak normal. Ia terjadi dari sebab-sebab tertentudan memiliki implikasi yang amat berbahaya. Dalam menyikapinya pun,masing-masing orang berbeda-beda. Namun, Islam memiliki reseptersendiri dalam menghadapinya yang perlu direnungi oleh seorangmuslim, sekaligus dipraktekkan.

Klasifikasinya

Bila dilihat dari klasifikasinya, marah terbagi menjadi beberapa macam:

Terpuji:

yaitu marah yang diekspresikan karena Allah Ta’ala. Indikasinya;Apabila seorang muslim melihat suatu larangan Allah dilanggar, makadia menjadi marah semata-mata karena semangat membela Dien-Nya.Orang yang melakukan tindakan seperti ini akan mendapatkan pahaladari Allah, karena Allah berfirman: “Demikianlah [perintah Allah].Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allahmaka itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabbnya…”. [Q.S.22/al-Hajj: 30]. Tentunya, karena dia melakukan hal itu dalam rangka“nahi munkar”, maka perlu pula baginya untuk mempertimbangkantingkatan dalam hal itu.

Tercela:

yaitu marah yang dilarang oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi waSallam seperti seorang yang marah karena membela kebathilan dirinyadan membangga-banggakannya. Orang yang melakukan hal ini akandiganjar dosa yang setimpal oleh Allah.

Marah bawaan:

yakni yang memang sudah menjadi sifat bawaan manusia sejak lahir,seperti, orang yang marah lantaran permintaannya ditolak, dansebagainya. Asal hukum hal ini adalah dibolehkan akan tetapidilarang karena implikasinya yang berbahaya dan amat tercela. Jenisini termasuk ke dalam marah yang dilarang oleh RasulullahShallallaahu alaihi wa Sallam dalam pembahasan hadits ini.

Sebab-sebab terjadinya

Di antaranya:

Bawaan/fithrah/tabi’at

Merasa tinggi dan sombong terhadap orang lain

Egoisme dan kecintaan terhadap diri sendiri yang berlebihan

Perselisihan yang tajam yang berkepanjangan dan tidak adamanfaatnya

Saling menuduh meski sekedar untuk bergurau

Saling mengejek dan merendahkan antar satu sama lainnya.

Sebab-sebab tersebut dapat membuka “pintu marah” sehingga syaithanmemasukinya dan mempermainkan seseorang dengan amarahnya tersebut.

Implikasi dan Pengaruhnya:

Di antara implikasi dari marah dan pengaruhnya yang berbahaya:

Ia menghilangkan kesadaran orang yang normal sehingga berbuat dibawahkendali perasaannya yang memuncak dan akibatnya dia melakukan hal-halyang buruk dan akan menyesalinya setelah kemarahan tersebut mereda.

Ia dapat membuat orang lain menjadi takut kepada pemiliknya [sipemarah], sehingga karena itu, dia dikucilkan sebab takut jikamendapatkan “jatah marahnya”. Akibatnya, dia dibenci oleh orang lain,tidak dihormati apalagi disukai.

Ia dapat membuka “pintu” bagi syaithan sehingga bila berhasil memasukiakal si pemarah, dia akan mempermainkan sesukanya.

Ia dapat membuyarkan kehidupan sosial yang harmonis, sehinggamerenggangkan ikatan persaudaraan yang ada dan membahayakan bagikelangsungannya.

Ia juga dapat membahayakan kesehatan dan badan, sehingga berpengaruhlangsung terhadap saraf otak yang merupakan sumber sirkulasitugas-tugas badan secara keseluruhan. Contohnya, dapat meningkatkanpersentase glukosal [zat gula], menambah tekanan darah sertamemberatkan fungsi hati dan pembuluh-pembuluh darah yang sakit.

Ia dapat berimplikasi pada rusaknya harta benda, atau berpengaruhterhadap seseorang sehingga semuanya harus ditanggung oleh pemiliknya[si pemarah] itu sendiri.

Solusi

Di antara solusi penyembuhannya secara syar’i:

Menghindari sebab-sebab yang dapat menimbulkannya

Berzikir kepada Allah melalui lisan dan hati, karena marah bersumberdari syaithan, maka apabila disebut nama Allah, dia akan bersungutkerdil. Allah Ta’ala berfirman, artinya: “[yaitu] orang-orang yangberiman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingatAllah.Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjaditenteram.” [ar-Ra’d: 28]

Mengingat pahala yang diberikan oleh Allah bila berhasil meninggalkanmarah dan mengekangnya serta memberi ma’af kepada manusia. Di antaranash-nash yang mendukung hal ini adalah firmanNya: “Dan bersegeralahkamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluaslangit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, [yaitu]orang-orang yang menafkahkan [hartanya], baik di waktu lapang maupunsempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan [kesalahan]orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. [Ali‘Imrân: 133-134]

Mengingat implikasi negatifnya; sebab andai si pemarah melihatgambaran dirinya dalam kondisi marah tersebut, niscaya marahnya akanreda seketika, manakala merasa malu melihat raut wajahnya yang jelekdan [merasa] mustahil bentuk rupanya akan sedemikian.

Berpindah dari kondisi saat dia marah kepada kondisi yang lain, sebabmarah akan hilang dengan sendirinya melalui perubahan kondisi danperpindahan dari satu kondisi kepada kondisi yang lain.

Hendaknya seorang hamba ber-ta’awwudz [berlindung] kepada Allah darias-syaithan ar-rajîm, sebab apabila seorang muslim berta’awwuz [kepadaAllah] darinya, dia akan bersungut kerdil. Indikasinya adalahsebagaimana yang disebutkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Imamal-Bukhâriy bahwasanya ada dua orang yang saling mencaci-maki di sisiNabi Shallallaahu alaihi wa Sallam, yakni salah seorang di antarakeduanya mencaci yang lainnya dan rona marah telah terpancar dariwajahnya, lalu beliau n bersabda, artinya: “Sesungguhnya akumengetahui suatu ucapan yang jikalau dia mengucapkannya pasti dia akandapat menghilangkan apa yang dia dapati [alami saat ini-red] ; yaknibila dia mengucapkan: ‘ A’ûdzu billâhi minasy syaithânir rajîm’ “.

Renungan

Seorang Mukmin tentu amat menginginkan hal-hal yang bermanfaat bagidirinya, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam hal ini, si penanyadalam hadits yang kita bahas ini memanfaatkan keberadaannya di sisiNabi Shallallaahu alaihi wa Sallam yakni memintanya untuk memberikannashihat yang dapat menjadi lentera baginya dalam menjalani seluruhsisa hidupnya.

Maka, tentunya kita dewasa ini, alhamdulilah, Allah Subhanahu waTa'ala telah menyediakan untuk kita para ulama dan da’i, karenanyakita mesti berupaya seoptimal mungkin agar dapat memanfaatkanmajlis-majlis, nashihat-nashihat serta petunjuk-petunjuk mereka.

[disadur dari Dirâsât hadîtsiyyah karya Syaikh Nâshir asy-Syimâliy,berjudul asli “Lâ taghdlab” oleh Abu Hafshoh]

Artikel Jangan Marah !! diambil dari http://www.asofwah.or.id
Jangan Marah !!.

Tidak ada komentar: