Jumat, 04 Juli 2008

Pendapat Para Imam Abu Hanifah Tentang Masalah Tauhid 2/2

Kumpulan Artikel Islami

Pendapat Para Imam Abu Hanifah Tentang Masalah Tauhid 2/2 Pendapat Para Imam Abu Hanifah Tentang Masalah Tauhid 2/2

Kategori I'tiqad Al-A'immah

Selasa, 20 Juli 2004 09:43:32 WIBPENDAPAT PARA IMAM ABU HANIFAH TENTANG MASALAH TAUHIDOlehDr. Muhammad Abdurrahman Al-Khumais[7]. Beliau juga berkata: â€Å"Allah tidak serupa dengan makhluk-Nya, dan makhluk-Nya juga tidak serupa dengan Allah. Allah itu tetap akan selalu memiliki nama-nama dan sifat-sifat-Nya. [1][8].Beliau juga berkata: â€Å"Sifat-sifat Allah itu berbeda dengan sifat-sifat makhluk. Allah itu, mengetahui tetapi tidak seperti mengetahuinya makhluk. Allah itu mampu [berkuasa] tetapi tidak seperti mampunya [berkuasanya] makhluk. Allah itu melihat, tetapi tidak seperti melihatnya makhluk. Allah. Allah itu mendengar tetapi tidak seperti mendengarnya makhluk. Dan Allah itu berbicara tetapi tidak seperti berbicaranya makhluk.[2][9].Beliau juga berkata: â€Å"Allah itu tidak boleh disifati dengan sifat-sifat makhluk.” [3][10]. Beliau berkata: â€Å"Siapa yang menyifati Allah dengan sifat-sifat manusia, maka ia telah kafir.” [4][11]. Beliau juga berkata: â€Å"Allah memiliki sifat-sifat dzatiyah dan fi’liyah. Sifat-sifat dzatiyah Allah adalah hayah [hidup], qudrah [mampu], ‘ilm [mengetahui], sama’ [mendengar], bashar [melihat], dan iradah [kehendak]. Sedangkan sifat-sifat fi’liyah Allah adalah menciptakan, memberi rizki, membuat, dan lain-lain yang berkaitang dengan sifat-sifat perbuatan. Allah tetap dan selalu memiliki asma’-asma’, dan sifat-sifat-Nya.[5][12]. Beliau juga berkata: â€Å"Allah tetap melakukan [berbuat] sesuatu. Dan melakukan [berbuat] itu merupakan sifat azali. Yang melakukan [berbuat] adalah Allahyang dilakukan [obyeknya] adalah makhluk danperbuatan Allah bukanlah makhluk.” [6][13]. Beliau juga berkata: â€Å"Siapa yang berkata, ‘saya tidak tahu Tuhanku itu di mana, di langit atau di bumi, maka orang tersebut telah menjadikafir. Demikian pula orang yang berkata: â€Å"Tuhanku itu di atas ‘Arsy. Tetapi saya tidak tahu ’arsy itu di langit atau di bumi.” [7][14]. Ketika ada seorang wanita bertanya kepada beliau: â€Å"Di mana Tuhan Anda yang Anda sembah itu”. Beliau menjawab: â€Å"Allah Subhanahu wa Ta'ala ada di langit, tidak di bumi.” Kemudian ada seseorang bertanya: â€Å"Tahukah Anda bahwa Allah berfirman "wahuwa ma'akum" [Allah itu bersama kamu]” [8] Beliau menjawab: â€Å"Ungkapan itu seperti kamu menulis surat kepada seseorang, â€Å"Saya akan selalu bersamamu”, padahal kamu jauh darinya.”[9][15]. Beliau juga berkata: â€Å"Demikian pula tentang tangan Allah di atas tangan-tangan mereka yang menyatakanjanji setia kepada Rasul, tangan Allah tidak sama dengan tangan makhluk.” [10][16]. Beliau juga berkata: â€Å"Allah Subhanahu wa Ta'ala ada di langit, tidak di bumi.” Kemudian ada orang yang bertanya: â€Å"Tahukah Anda bahwa Allah berfiman, â€Å"Allah itu bersamamu. [11] ” Beliau menjawab: â€Å"Ungkapan itu seperti kamu menulis suratkepada seseorang, â€Å"saya akan selalu bersamamu”, padahal kamu jauh darinya.” [12][17]. â€Å"Beliau juga berkata: â€Å"Bahwa Allah itu mempunyai sifat kalam [berfirman] sebelum Allah berfirman kepada Nabi Musa Alaihis salam.” [13][18]. Kata beliau: â€Å"Allah berfirman dengan kalam-Nya, dan kalam adalah sifat azali.” [14][19]. Beliau berkata lagi: â€Å"Allah itu berbicara, tetapi tidak sepertibicaranya kita.”[15][20]. Kata beliau: â€Å"Nabi Musa Alaihi salam mendengar kalam Allah, sebagaimana ditegaskan sendiri oleh Allha: â€Å" Dan Allah telah berfirman langsung kepada Nabi Musa" [16]. Allah telah berfirman dan tetap akan berfirman, Allah tidak hanya berfirman kepada Nabi Musa saja.” [17][21]. Beliau berkata: â€Å"al-Qur’an itu kalam Allah, tertulis dalam mushaf dan tersimpan [terjaga] di dalam hati, terbaca oleh lisan, dan diturunkan kepada Nabi Muhammad.” [18][22]. Kata beliau lagi: â€Å"al-Qur’an itu bukan makhluk.” [19][Disalin dari kitab I'tiqad Al-A'immah Al-Arba'ah edisi Indonesia Aqidah Imam Empat [Abu Hanifah, Malik, Syafi'i, Ahmad], Bab Aqidah Imam Abu Hanifah, oleh Dr. Muhammad Abdurarahman Al-Khumais, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Di Jakarta]_________Foote Note[1] Al-Fiqh Al-Akbar, hal.301[2] Al-Fiqh Al-Akbar, hal.302[3] Al-Fiqh Al-Absath, hal.56[4] Al-Aqidah Ath-Thahawiyah, dengan komentar Al-Albani, hal.25[5] Al-Fiqh Al-Akhbar, hal.301[6] Ibid[7] Al-Fiqh Al-Absath, hal.46. Pernyataan seperti ini juga dinukil dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu Al-Fatawa V/48. Ibnu Al-Qayyim dalam Ijtima Al-Juyusy Al-Islamiyah, hal.139. Adz-Dzahabi dalam Al-Uluw, hal.101-102, Ibnu Qudamah dalam Al-Uluw, hal.116. Dan Ibnu Abi Al-Izz dalam Syarh Al-Aqidah Ath-Thahawiyah, hal.301[8] Surah Al-Hadid, ayat 4[9] Al-Asma wa Ash-Shifat, hal.429[10] Al-Fiqh Al-Absath, hal.56[11} Surah Al-Hadis, ayat 4[12] Al-Asma Ash-Sifat, II/170[13] Al-Fiqh Al-Akbar, hal.302[14] Ibid, hal.301[15] Ibid, hal.302[16] Surah An-Nisa, ayat 164[17] Al-Fiqh Al-Akbar, hal.302[18] Ibid, hal.301[19] Ibid

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=926&bagian=0


Artikel Pendapat Para Imam Abu Hanifah Tentang Masalah Tauhid 2/2 diambil dari http://www.asofwah.or.id
Pendapat Para Imam Abu Hanifah Tentang Masalah Tauhid 2/2.

Tidak ada komentar: