Minggu, 29 Juni 2008

SHILAH BIN ASY-YAM AL-‘ADAWI (Ahli Ibadah YangPemberani, Singa Tunduk Padanya, Mati Syahid Berdua Putranya!)

Kumpulan Artikel Islami

SHILAH BIN ASY-YAM AL-‘ADAWI (Ahli Ibadah YangPemberani, Singa Tunduk Padanya, Mati Syahid Berdua Putranya!) Mukaddimah

Kisah ini sangat menarik sekali, sekaligus mengharukan. Betapa tidakBagaimana terkoleksi pada seorang tokoh dua sifat; seorang yang ahliibadah tapi juga pemberani di medan perang. Ia menjadi rebutan parakomandan pasukan Islam dalam peperangan mereka karena keberanian dandoanya. Ia bernasib mujur karena mendapatkan isteri yang ahli ibadahpula dan seorang putra yang pemberani. Kekhusyu’an shalatnya tidakterpengaruh oleh kedatangan singa yang hendak menerkamnya bahkan singaitu kemudian tunduk padanya…

Kisah selanjutnya bagaimana, silahkan menikmati!

“Shilah Bin Asy-yam al-‘Adawi menuntut ilmu dari sebagian besarsahabat dan mencontoh cara hidup halal dan akhlak mereka,” [Ucapanal-Ashbahaani]

Shilah ibn Asyam al-‘Adawi seorang ahli ibadah dari para ahli ibadahmalam...seorang pejuang dari para pejuang siang.

Apabila kegelapan telah menutupkan tirainya ke alam semesta danmanusia terlelap dalam tidur...ia pun bangkit dan menyempurnakan wudlu,kemudian ia berdiri di mihrabnya dan masuk dalam shalatnya sertamendapatkan suka cita dengan Rabbnya.

Maka, bersinarlah cahaya ilahi dalam dirinya, menyinari bashirahnya kepenjuru dunia...memperlihatkannya akan ayat-ayat Allah di ufuk.

Disamping itu semua, ia adalah orang yang hobby membaca al-qur’an diwaktu fajar.

Apabila sepertiga malam terakhir telah tiba, ia mencondongkanbengkaunnya kepada juz-juz al-qur’an...Mulailah [lidahnya] mentartilayat-ayat Allah yang jelas dengan suara merdu dan suara tangisan.

Terkadang ia mendapatkan kelezatan al-qur’an yang menyentuh ke dalamhatinya dan mendapatkan ketakutan kepada Allah dengan akal jernihnya.

Pada sisi lain, ia merasakan al-qur’an berisi ancaman yang memecahhatinya...

Shilah ibn Asyam tidak pernah bosan dari ibadahnya ini sekalipun.Tidak ada bedanya apakah di rumahnya atau dalam perjalanan, di saatsibuk atau di saat waktu luangnya.

Ja’far ibn Zaid menghikayatkan, “Kami keluar bersama salah satu daripasukan muslimin dalam sebuah perang ke kota “Kabul“ [ibukotaAfghanistan, terletak dekat sungai Kabul] dengan harapan Allah akanmemberikan kemenangan kepada kami. Dan adalah Shilah ibn Asyam beradadi tengah pasukan.

Ketika malam telah menutupkan tirainya â€"dan kami berada di tengahperjalanan-, para pasukan menurunkan bekalnya dan menyantap makanannyalalu menunaikan shalat ‘Isya...

Mereka kemudian pergi menuju ke kendaraannya mencari kesempatan untukistirahat di sisinya...

Maka, aku melihat Shilah ibn Asyam pergi menuju ke kendaraannyasebagaimana mereka pergi. Ia lalu meletakkan pinggangnya untuk tidursebagaimana yang mereka lakukan.

Aku lantas berkata dalam hati, “Dimanakah yang orang-orang riwayatkantentang shalatnya orang ini dan ibadahnya serta apa yang merekasebarkan tentang shalat malamnya hingga kakinya bengkak! Demi Allah,aku akan menunggunya malam ini hingga aku melihat apa yangdikerjakannya.”

Tidak lama setelah para prajurit terlelap dalam tidurnya...hingga akumelihatnya bangun dari tidurnya dan berjalan menjauh dari perkemahan,bersembunyi dengan gelapnya malam dan masuk ke dalam hutan yang lebatdengan pepohonannya yang tinggi dan rumput liar. Seakan-akan belumpernah dijamah sejak waktu yang lama.

Aku berjalan mengikutinya...

Sesampinya ia di tempat yang kosong, ia mencari arah kiblat danmenghadap kepadanya. Ia bertakbir untuk shalat dan ia tenggelam didalamnya...aku melihatnya dari kejauhan. Aku melihatnya berwajahberseri...tenang anggota badannya dan tenang jiwanya. Seakan-akan iamenemukan seorang teman dalam kesepian, [menemukan] kedekatan dalamjauh dan cahaya yang menerangi dalam gelap.

Di saat dia demikian...tiba-tiba muncul kepada kami seekor singa darisebelah timur hutan. Setelah aku merasa aku merasa yakin darinya,bahwa yang datang itu macan hatiku serasa copot saking takutnya. Akulalu memanjat sebatang pohon yang tinggi untuk melindungiku dariancamannya.

Singa tersebut terus saja mendekat kepada Shilah ibn Asyam, sedangkania tenggelam dalam shalatnya hingga jaraknya tinggal beberapa langkahsaja darinya...Dan demi Allah ia tidak menoleh kepadanya...tidakmempedulikannya...

Tatkala ia sujud, aku berkata, “Sekarang [saatnya] ia akan menerkamnya.”

Ketika ia bangkit dari sujudnya dan duduk, singa itu berdiri dihadapannya seakan-akan memperhatikannya.

Ketika ia salam dari shalatnya, ia memengkaung kepada singa itu dengantenang...dan menggerakkan kedua bibirnya dengan ucapan yang tidak akudengar.

Dan tiba-tiba saja singa tersebut berpaling darinya dengan tenang, dankembali ke tempat semula.

Di saat fajar telah terbit, ia bangkit untuk menunaikan shalat fardlu.Kemudian ia mulai memuji Allah AWJ dengan pujian-pujian yang aku belumpernah mendengar yang sepertinya sekalipun.

Ia kemudian berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu agarmenyelamatkan aku dari neraka...Apakah seorang hamba yang berbuatsalah seperti aku berani untuk memohon surga kepadaMu!”

Ia terus saja mengulang-ulangnya hingga ia menangis dan membuatku ikutmenangis.

Kemudian ia kembali ke pasukannya tanpa ada seorang pun yang tahu.

Nampak di mata orang-orang, seakan-akan ia baru bangun dari tidur dikasur. Sedangkan aku kembali dari mengikutinya, dan aku merasa [lelahdari] begadang malam...badan penat...dan ketakutan terhadap singa...danapa-apa yang Allah Maha Tahu dengannya.

Di samping itu semua, Shilah ibn Asyam tidak pernah membiarkan satukesempatan dari kesempatan-kesempatan mauidzah dan peringatan kecualiia memanfaatkannya.

Dan metodhe dakwahnya adalah ia menyeru kepada jalan Rabbnya denganhikmah dan mauidzah hasanah. Jiwa-jiwa yang lari ia condongkan [dekatkan]...hati-hatiyang keras ia lemahkan [lunakkan].

Di antaranya, bahwa ia pernah keluar ke daratan di tanah Bashrah untukkhalwah [menyepi] dan beribadah...

Lalu sekelompok pemuda yang akan bersenang-senang melewatinya...

Mereka bermain-main...bersendau gurau dan bergembira...

Ia [Shilah] menyalami mereka dengan halus...

Dan dengan lembut ia berkata kepada mereka, “Apa yang kalian katakantentang suatu kaum yang ber’azm untuk safar karena suatu urusan besar,hanya saja mereka di waktu siang berbelok dari jalan untuk berbuatsia-sia dan bermain-main....dan di waktu malam mereka tidur untukistirahat. Maka kapankah kalian melihat mereka menyelesaikanperjalanannya dan sampai di tempat tujuan!”

Dan ia terbiasa mengucapkan kalimat tersebut di saat itu dan pada saatyang lain...

Pada suatu ketika ia bertemu dengan mereka dan ia mengucapkankata-katanya tersebut kepada mereka...

Maka, salah seorang pemuda dari mereka bangkit dan berkata,“Sesungguhnya dia â€"demi Allah- tidak memaksudkan perkataannya kepadasiapapun selain kita. Kita di siang hari bermain-main....dan di malamhari tidur...”

Kemudian pemuda tersebut memisahkan diri dari teman-temannya danmengikuti Shilah ibn Asyam sejak hari itu. Ia terus menemaninya hinggakematian menjemputnya.

Di antaranya pula, bahwa pada suatu siang ia pernah pergi bersamasekelompok sahabatnya kepada suatu tujuan. Lalu lewatlah di depanmereka seorang pemuda yang menakjubkan dan bagus penampilannya....

Pemuda tersebut memanjangkan kain celananya hingga ia menyeretnya ditanah seperti orang sombong...

Para sahabatanya lalu bermaksud [melakukan tindakan] terhadap pemudatersebut, mereka ingin mencemoohnya dengan perkataan dan memukulnyadengan keras...

Maka Shilah berkata kepada mereka, “Biarkan aku, yang akanmenyelesaikan urusannya.”

Ia mendekati pemuda tersebut dan berkata dengan kelembutan seorangayah yang penuh sayang...dan bahasa seorang sahabat yang jujur, “Wahaianak saudaraku, sesungguhnya aku punya hajat kepadamu.”

Pemuda itu berhenti, dan berkata, “Apa itu wahai paman”

Ia berkata, “Hendaklah kamu mengangkat kainmu, sesungguhnya yangdemikian itu lebih suci untuk pakaianmu...lebih bertakwa kepada Rabbmu...danlebih dekat dengan sunnah Nabimu.”

Dengan rasa malu pemuda itu berkata, “Ya, dengan senang hati...”

Kemudian ia segera mengangkat kainnya.

Shilah berkata kepada sahabatnya, “Sesungguhnya yang seperti ini lebihbaik daripada apa yang kalian inginkan...kalau seengkauinya kalianmemukulnya dan mencemoohnya niscaya ia akan memukul dan mencemoohkalian...dan tetap membiarkan kainnya menjulur menyapu tanah.”

Pada suatu kali seorang pemuda dari Bashrah mendatangainya dan berkata,“Wahai Abu ash-Shahbaa, ajari aku apa-apa yang telah Allah ajarkankepadamu.”

Maka Shilah tersenyum dan berseri wajahnya, dan ia berkata, “Sungguhkamu telah mengingatkan aku -wahai anak saudaraku- tentang kenanganlama yang tidak aku lupakan...dimana pada saat itu aku seorang pemudasepertimu...Aku mendatangi orang yang tersisa dari sahabat RasulullahSAW, dan aku berkata kepada mereka, “Ajarilah aku apa-apa yang telahAllah ajarkan kepada kalian.” Mereka berkata, “Jadikanlah al-Qur’ansebagai penjaga jiwamu dan kebun hatimu. Dengarkan nasehatnya dannasehatilah kaum muslimin dengannya. Perbanyaklah berdoa kepada AllahAWJ semampumu.”

Anak muda itu berkata, “Berdoalah untukku, semoga engkau dibalasidengan kebaikan.”

Ia menjawab, “Semoga Allah menjadikanmu senang [antusias] untukmemperoleh yang kekal [akhirat]...dan menjadikanmu zuhud terhadap yangfana [dunia]...dan menganugrahkan keyakinan kepadamu yang mana jiwamenjadi tenang kepadanya, dan dibutuhkan kepadanya dalam agama.”

Shilah memiliki seorang misan perempuan bernama “Mu’âdzah Al-‘Adawiyah.”..Diaadalah seorang tabi’in sepertinya...di mana ia pernah bertemu denganummul mukminin ‘Aisyah RA dan mengambil ilmu darinya.

Kemudian al-Hasan al-Bashri â€"semoga Allah mengharumkan ruhnya-berjumpa dengannya dan mengambil [ilmu] darinya.

Ia seorang wanita yang bertakwa dan suci...taat ibadah dan zuhud.

Di antara kebiasaannya adalah apabila malam tiba, ia berkata, “Bisajadi ini adalah malam terakhir bagiku, maka janganlah kamu tidurhingga pagi....” Dan apabila siang tiba, ia berkata, “Mungkin iniadalah hari terakhir bagiku, maka janganlah pinggang ini merasa tenanghingga sore.”

Di musim dingin, ia mengenakan pakaian yang tipis sehingga rasa dinginmenghalanginya untuk condong kepada tidur dan berhenti dari ibadah.

Ia menghidupkan malamnya dengan shalat dan banyak beribadah.

Apabila rasa kantuk mengalahkannya ia berjalan berputar-putar dirumahnya dan berkata, “Wahai jiwa, di depanmu ada tidur panjang...besokkamu akan tidur panjang di kuburan...entah di atas penyesalan atau diatas kesenangan. Maka pilihlah untuk dirimu wahai Mu’aadzah pada hariini apa yang kamu sukai agar kamu besok menjadi apa.”

Shilah ibn Asyam walaupun begitu kuat dalam beribadah dan begitutinggi zuhudnya tidaklah ia membenci sunnah Nabinya SAW [dalam halmenikah], ia lalu meminang anak perempuan pamannya [misannya]“Mu’aadzah” untuk dirinya.

Ketika hari disandingkannya ia kepada Shilah, keponakan laki-lakinyamengurusinya dan membawanya ke kamar mandi kemudian memasukkannyamenemui istrinya di rumah yang diberi wewangian...

Setelah keduanya bersama-sama, ia berdiri shalat dua rakaat sunnah, ia[istrinya] berdiri shalat dengan shalatnya dan mengikutinya.

Kemudian sihir shalat menarik keduanya hingga keduanya berlanjutshalat bersama hingga fajar menjadi terang.

Di pagi harinya, keponakannya datang menemuinya dan berkata, “Wahaipaman, anak perempuan pamanmu telah disandingkan kepadamu, lalu kamuberdiri shalat sepanjang malam dan kamu meninggalkannya.”

Ia menjawab, “Wahai anak saudaraku...sesungguhnya kemarin kamu telahmemasukkan aku ke sebuah rumah yang dengannya kamu telah mengingatkanaku kepada neraka...kemudian kamu memasukan aku ke tempat lain yangdengannya kamu mengingatkan aku kepada surga...Pikiranku terus sajamemikirkan keduanya hingga pagi.”

Anak muda itu berkata, “Apa itu wahai paman!”

Ia menjawab, “Sungguh kamu telah memasukkan aku ke kamar mandi, makahawa panasnya telah mengingatkan aku akan panas neraka...kemudin kamumemasukkan aku ke rumah pengantin, sehingga bau harumnya mengingatkanaku kepada wangi surga...”

Shilah ibn Asyam bukan hanya orang yang banyak khasyah kepada Allahdan banyak bertaubat, ahli ibadah dan zuhud semata. Disamping itu iaadalah seorang penunggang kuda [prajurit] yang kuat dan pahlawan yangberjihad.

Sedikit sekali medan pertempuran yang mengenal seorang pemberani yanglebih kuat darinya...lebih kuat jiwanya...dan lebih tajam tebasanpedangnya. Sehingga para panglima muslimin berlomba-lomba untukmenariknya kepada [pasukan] mereka.

Setiap dari mereka ingin memperoleh kemenangan dengan keberadaannya diperkemahannya, agar dengan karunia keberaniannya ia memetik kemenanganbesar yang dicita-citakan.

Ja’far ibn Zaid meriwayatkan, ia menuturkan, “Kami keluar dalam suatupeperangan. Dan bersama kami ada Shilah ibn Asyam dan Hisyam ibn ‘Aamir...Ketikakami telah bertemu musuh, Shilah dan sahabatnya melesat dari barisankaum muslimin dan keduanya menerobos kumpulan musuh, menusuk dengantombak dan membabat dengan pedang, sehingga keduanya memberi pengaruhyang besar terhadap front depan pasukan. Maka sebagian panglima musuhberkata kepada sebagian yang lain, “Dua orang tentara muslimin telahmenurunkan [menimpakan] kepada kita hal seperti ini, bagaimana jadinyaapabila mereka seluruhnya memerangi kita Tunduklah kalian kepadahukum muslimin dan tunduklah dengan taat kepada mereka.”

Pada tahun 76 H, Shilah ibn Asyam keluar dalam sebuah peperanganbersama pasukan muslimin menuju negeri Maa waraaun nahri* dan iaditemani oleh anaknya.

Ketika kedua pasukan saling berhadapan, dan perang semakin berkecamuk.Berkatalah Shilah kepada anaknya, “Wahai anakku...majulah danperangilah musuh-musuh Allah sehingga jika kamu syahid, aku akanmengharap pahalanya dari Allah Dzat yang tidak akan pernah hilangtitipan-titipan di sisi-Nya.”

Pemuda tersebut melesat memerangi musuh layaknya anak panah yangmelesat dari busurnya, ia terus saja bertempur hingga jatuh tersungkursyahid.

Tidak berlangsung lama, sehingga ayahnya pergi mengikutinya. Ia terusberjihad sehingga mati syahid di sampingnya.

Ketika berita kematian keduanya sampai ke Bashrah, para wanita segeramenemui “Mu’aadzah al-Adawiyah” untuk menghiburnya. Ia lalu berkatakepada mereka, “Apabila kalian datang untuk mengucapkan selamatkepadaku, maka selamat datang atas kalian...namun apabila kaliandatang untuk hal lain, maka kembalilah dan semoga kalian dibalasidengan kebaikan...”

Semoga Allah menjadikan wajah-wajah yang mulia ini berseri...

Dan semoga Allah membalasinya dengan kebaikan atas Islam dan Muslimin.

Sejarah manusia tidak mengenal yang lebih bertakwa dan lebih sucidarinya.

CATATAN KAKI:

* Negeri Maa Waraun Nahri adalah negeri-negeri yang saat initerletak di Turkistan yang di jajah oleh Rusia dan menghitungnyabagian dari negerinya

RUJUKAN:

Sebagai tambahan tentang Shilah bin Asy-yam, lihat:

1. Ath-Thabaqatul Kubra oleh Ibn Sa’d: 7/134

2. At-Tarikhul Kabir: 4/321

3. Al-Kuna: 2/13

4. Al-Jarh wat Ta’diil: 4/447

5. Hilyatul Auliyaa: 2/237

6. Usdul Ghaabah: 4/34

7. Tarikhul Islam: 3/19

8. Al-Bidayah wan Nihayah: 9/15

9. Al-Ishabah: 2/200

10. Thabaqat Khalifah dan Shifatush Shafwah oleh Ibnul Jauzi

Artikel SHILAH BIN ASY-YAM AL-‘ADAWI (Ahli Ibadah YangPemberani, Singa Tunduk Padanya, Mati Syahid Berdua Putranya!) diambil dari http://www.asofwah.or.id
SHILAH BIN ASY-YAM AL-‘ADAWI (Ahli Ibadah YangPemberani, Singa Tunduk Padanya, Mati Syahid Berdua Putranya!).

Tidak ada komentar: