Selasa, 27 Mei 2008

Mengenal Imam al-Bukhary

Kumpulan Artikel Islami

Mengenal Imam al-Bukhary Muhammad Ibnu Abi Hatim berkata, “Saya terilham/menghafalhadits ketika masih dalam asuhan belajar.” Lalu saya bertanya, “Umurberapakah Anda pada waktu itu” Beliau menjawab, “Sepuluh tahun ataukurang.” [Riwayat al-Farbari dari Muhammad Ibnu Abi Hatim, seorangjuru tulis al-Imam al-Bukhari].

Suatu ketika al-Imam al-Bukhari tiba di Baghdad. Kehadiran beliaudidengar oleh para ahlul hadits negeri itu. Maka, berkumpullah merekauntuk menguji kehebatan hafalan beliau tentang hadits.

Syahdan para ulama tersebut sengaja mengumpulkan seratus buah hadits.Susunan, urutan dan letak matan serta sanad seratus hadits tersebutsengaja dibolak-balik. Matan dari sebuah sanad diletakkan untuk sanadlain, sementara suatu sanad dari sebuah matan diletakkan untuk matanlain dan begitulah seterusnya. Seratus buah hadits itu dibagikankepada sepuluh orang tim penguji, hingga masing-masing mendapat bagiansepuluh buah hadits.

Maka tibalah ketetapan hari yang telah disepakati.Berbondong-bondonglah para ulama dan tim penguji itu, serta para ulamadari Khurasan dan negeri-negeri lain serta penduduk Baghdad menujutempat yang telah ditentukan.

Ketika suasana majlis telah menjadi tenang, salah seorang darikesepuluh tim penguji mulai memberikan ujiannya. Beliau membacakansebuah hadits yang telah dibolak-balik matan dan sanadnya kepadaal-Imam al-Bukhari. Ketika ditanyakan kepada beliau, al Imam al-Bukharimenjawab, “Saya tidak kenal hadits itu.” Demikian seterusnya satupersatu dari kesepuluh hadits penguji pertama itu dibacakan, danal-Imam al-Bukhari selalu menjawab, “Saya tidak kenal hadits itu.”

Beberapa ulama yang hadir saling berpandangan seraya bergumam, “Orangini berarti faham.” Akan tetapi ada di kalangan mereka yang tidakmengerti, hingga menyimpulkan bahwa al-Imam al-Bukhari terbataspengetahuannya dan lemah hafalannya.

Orang kedua maju. Beliau juga melontarkan sebuah hadits yang telahdibolak-balik sanad dan matannya, yang kemudian dijawab pula, “Sayatidak kenal hadits itu”. Begitulah, orang kedua ini pun membacakansepuluh hadits yang menjadi bagiannya, dan seluruhnya dijawab beliau,“Saya tidak kenal hadist itu.”

Begitulah selanjutnya orang ketiga, keempat, kelima hingga sampaiorang kesepuluh, semuanya membawakan masing-masing sepuluh hadits yangtelah dibolak-balik matan dan sanadnya. Dan al-Imam al-Bukharimemberikan jawaban tidak lebih daripada kata-kata, “Saya tidak kenalhadits itu.”

Setelah semuanya selesai menguji, beliau kemudian menghadap orangpertama seraya berkata, “Hadits yang pertama Anda katakan begini,padahal yang benar adalah begini, lalu hadits Anda yang kedua andakatakan begini padahal yang benar seperti ini. Begitulah seterusnyahingga hadits kesepuluh disebutkan oleh beliau kesalahan letak sanadserta matannya, dan kemudian dibetulkannya kesalahan itu hingga semuasanad dan matannya menjadi benar kedudukannya.

Demikian pula seterusnya yang dilakukan oleh al-Bukhari kepada parapenguji berikutnya hingga sampai kepada penguji kesepuluh. Maka,orang-orang pun lantas mengakui serta menyatakan kehebatan hafalanserta kelebihan beliau. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani mengatakan,“Yang hebat bukanlah kemampuan al-Bukhari dalam mengembalikankedudukan hadits-hadits yang salah, sebab beliau memang hafal, tetapiyang hebat justru hafalnya beliau terhadap kesalahan yang dilakukanoleh para penguji tersebut secara berurutan satu persatu hanya dengansekali mendengar.”

Siapakah al-Imam al-Bukhari

Beliau adalah Abu Abdillah, bernama Muhammad bin Ismail bin Ibrahimbin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ja’fi. Kakek moyang Bardizbah [begitulahcara pengucapannya menurut Ibnu Hajar al-‘Asqalani] adalah orang asliPersia. Bardizbah, menurut penduduk Bukhara berarti petani. Sedangkankakek buyutnya, al-Mughirah bin Bardizbah, masuk Islaam di tangan al-Yamanal-Ja’fi ketika beliau datang di Bukhara. Selanjutnya nama al-Mughirahdinisbatkan [disandarkan] kepada al-Ja’fi sebagai tanda wala’kepadanya, yakni dalam rangka mempraktekkan pendapat yang mengatakan,bahwa seseorang yang masuk Islam, maka wala’nya kepada orang yangmengislamkannya.

Adapun mengenai kakeknya, Ibrahim bin al-Mughirah, Ibnu Hajar al-‘Asqalanimengatakan, “Kami tidak mengetahui [menemukan] sedikit pun tentangkabar beritanya.” Sedangkan tentang ayahnya, Ismail bin Ibrahim, IbnuHibban telah menuliskan tarjamah [biografi]-nya dalam kitabnyaats-Tsiqat [orang-orang yang tsiqah/terpercaya] dan beliau mengatakan,“Ismail bin Ibrahim, ayahnya al-Bukhari, mengambil riwayat [hadits]dari Hammad bin Zaid dan Malik. Dan riwayat Ismail diambil olehulama-ulama Irak.” Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani juga telahmenyebutkan riwayat hidup ismail ini di dalam Tahdzibut Tahdzib.Ismail bin Ibrahim wafat ketika Muhammad [al-Bukhari] masih kecil.

Kelahiran Dan Wafatnya

Dilahirkan di Bukhara, sesudah shalat Jum’at pada tanggal 13 Syawal194 H. Beliau dibesarkan dalam suasana rumah tangga yang ilmiah,tenang, suci dan bersih dari barang-barang haram. Ayahnya, Ismail binIbrahim, ketika wafat seperti yang diceritakan oleh Muhammad bin AbiHatim, juru tulis al-Bukhari, bahwa aku pernah mendengar Muhammad binKharasy mengatakan, “Aku mendengar bahwa Ahid Hafs berkata, “Aku masukmenjenguk Ismail, bapaknya Abu Abdillah [al-Bukhari] ketika beliaumenjelang wafat, beliau berkata, “Aku tidak mengenal dari hartakubarang satu dirham pun yang haram dan tidak pula satu dirham pun yangsybhat.”

Al-Bukhari wafat di Khartank sebuah desa di negeri Samarkhand, malamSabtu sesudah shalat Isya’, bertepatan dengan malam Iedul fitri, tahun256 H dan dikuburkan pada hari Iedul Fitri sesudah shalat Zhuhur.Beliau wafat dalam usia 62 tahun kurang 13 hari dengan meninggalkanilmu yang bermanfaat bagi seluruh kaum muslimin, sebagaimana dikatakanoleh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah.

Pertumbuhan Dan Perkembangannya

Ketika ayahnya wafat, beliau masih kecil, sehingga beliau besar dandibesarkan dalam asuhan ibunya. Beliau mencari ilmu ketika masih kecildan pernah menceritakan tentang dirinya seperti disebutkan oleh al-Farbaridari Muhammad bin Abi Hatim. Muhammad bin Abi Hatim berkata, “Akupernah mendengar al-Bukhari mengatakan, “Aku diilhami untuk menghafalhadits ketika masih dalam asuhan mencari ilmu.” Lalu aku bertanya,“Berapa umur Anda pada waktu itu” Beliau menjawab, “Sepuluh tahunatau kurang… dan seterusnya hingga perkataan beliau, “Ketika akumenginjak umur enam belas tahun, aku telah hafal kitab-kitab karyaIbnul Mubarak dan Wakil. Dan aku pun tahu pernyataan mereka tentangAsh-hab [Ahlu] ra’yu”. Beliau berkata lagi, “Kemudian aku berangkathaji bersama ibuku dan saudaraku, setelah menginjak usia delapan belastahun, aku telah menyusun kitab tentang sahabat dan tabi’in. Kemudianmenyusun kitab tarikh di Madinah di samping kuburan Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika malam terang bulan.” Beliaumelanjutkan perkataannya, “Dan setiap kali ada nama dalam at-Tarikhtersebut, pasti aku mempunyai kisah tersendiri tentangnya, tetapi akutidak menyukai jika kitabku terlalu panjang.”

Semenjak kecil beliau sibuk menggali ilmu dan mendengarkan hadits dariberbagai negeri, seperti di negerinya sendiri. Dan beliau telahbeberapa kali mengunjungi Baghdad, hingga penduduk di sana mengakuikelebihannya dan penguasaannya terhadap ilmu riwayah dan dirayah.

Begitulah, singkatnya beliau telah mengunjungi berbagai kota di Irakdalam rangka mencari ilmu hadits dari tokoh-tokoh negeri tersebut,misalnya Bashrah, Balkh, Kufah dan lain-lain. Beliau telahmendengarkan dan menggali hadits dari sejumlah banyak tokoh pembawahadits. Diriwayatkan oleh Muhammad bin Abi Hatim, bahwasanya beliauberkata, “Aku tidak pernah menulis melainkan dari orang-orang yangmengatakan bahwa al-Iman adalah ucapan dan tindakan.”

Jumlah Hadits Yang Dihafal

Muhammad bin Hamdawaih mengatakan, “Aku mendengar al-Bukhari berkata,bahwa aku hafal seratus ribu hadits shahih dan dua ratus ribu haditstidak shahih.”

Kitab-Kitab Yang Disusun

Yang paling pokok adalah kitab al-Jamiush shahih [Shahihul Bukhari]yaitu kitab hadits tershahih diantara kitab hadits lainnya. Selain itubeliau menyusun juga ktiab al-Adabul Mufrad, Raf’ul Yadain fishShalah, al-Qira’ah khalfal Iman, Birrul Walidain, at-Tarikh ash-Shagir,Khalqu Af’aalil ‘Ibaad, adl-Dlu’afa [hadits-hadits lemah], al-Jaami’al-Kabir, al-Musnad al-Kabir, at-Tafsir al-Kabir, Kitabul Asyribah,Kitabul Hibab, Asaami ash-Shahabah [Nama-nama para shahabat] danlain sebagainya.

Contoh Kekaguman Orang Terhadap Al-Bukhari

Al-Imam al-Bukhari rahimahullah, merupakan barometer bagi guru-gurunyadan manusia yang tahu dan hidup pada zamannya maupun sesudahnya.al-Imam al-Hafizh adz-Dzahabi dan al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalanitelah menyebutkan secara khusus tentang pujian dan jasa-jasa beliaudalam kitabnya masing-masing. Adz-Dzahabi dalam Tadzkiratulhuffaazh dan Ibnu Hajar dalam Tahdzibut Tahdzib.

Berikut ini beberapa contoh pujian dan kekaguman mereka. Muhammad binAbi Hatim mengatakan, bahwa aku mendengar Yahya bin Ja’far al-Baikundiberkata, “Seandainya aku mampu menambahkan umur Muhammad bin Ismail[al-Bukhari] dengan umurku, niscaya aku lakukan sebab kematiankuhanyalah kematian seorang sedangkan kematiannya berarti lenyapnya ilmu.”

Raja’ bin Raja’ mengatakan, “Dia, yakni al-Bukhari, merupakan satuayat di antara ayat-ayat Allah yang berjalan di atas permukaan bumi.”

Abu Abdullah al-Hakim dalam Tarikh Naisabur berkata, “Dia adalah ImamAhlul hadits, tidak ada seorang pun di antara Ahlul Naql yangmengingkarinya.”

Shahihul Jami’ Atau Shahih Bukhari

Seluruh hadits yang termuat di dalamnya adalah hadits-hadits shahihyang telah tetap dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.Bahkan semua Mu’allaqaat dalam Shahih al-Bukhari dinyatakanshahih oleh para ulama Ahlul hadits. Adapun contoh pernyataan ulamatentang Shahih al-Bukhari seperti dikatakan al-Hafizh Ibnu Katsirdalam al-Bidaayah wan Nihaayah, “Para ulama telah bersepakatmenerimanya [yakni Shahihul Bukhari] dan menerima keshahihan apa-apayang ada di dalamnya, demikian pula seluruh ahlul Islam.”

Jadi di samping Shahih Muslim, Shahih al-Bukhari adalah kitabtershahih nomor dua setelah al-Qur’an sebagaimana disebutkan dandisepakati oleh para ulama, di antaranya oleh as-Subakti.

Terusirnya Imam Al-Bukhari Dari Bukhara

Ghonjar mengatakan dalam kitab Tarikhnya, “Aku mendengar Ahmad binMuhammad bin Umar berkata, “Aku mendengar Bakar bin Munir mengatakan,“Amir Khalid bin Ahmad Adz-Dzuhail, amir penguasa Bukhara, mengirimutusan kepada Muhammad bin Ismail, yang isinya, “Bawalah padaku kitabJaami’ush Shahih dan at-Tarikh supaya aku bisa mendengar dari kamu.”Maka, berkatalah al-Bukhari kepada utusan tersebut, “Katakanlahkepadanya bahwa sesungguhnya aku tidak akan merendahkan ilmu dan akutidak akan membawa ilmuku itu ke hadapan pintu para sultan. Apabiladia butuh [jika ilmu itu dikehendaki], maka hendaknya dia datangkepadaku di masjidku atau di rumahku. Kalau hal ini tidak menyenangkanwahai sultan, maka laranglah aku untuk mengadakan majlis ilmu, supayapada hari kiamat aku punya alasan di hadapan Allah bahwa aku tidakmenyembunyikan ilmu.” Ghonjar mengatakan, “Inilah yang menyebabkanterjadinya krisis di antara keduanya.”

Al-Hakim berkata, “Aku mendengar Muhammad bin al-‘Abbas adh-Dhobbymengatakan, “Aku mendengar Abu Bakar bin Abu Amr berkata, “PerginyaAbu Abdillah al-Bukhari dari negeri Bukhara disebabkan Khalid binAhmad Khalifah bin Thahir meminta beliau untuk hadir di rumahnyasupaya membacakan kitab at-Tarikh dan al-Jaami’ush Shahih kepadaanak-anaknya, tapi beliau menolak. Beliau katakan, “Aku tidakmempunyai waktu jika hanya orang-orang khusus yang mendengarkannya [mendengarkanilmuku, pen]. Maka Khalid bin Ahmad meminta tolong kepada Harits binAbi al-Warqa` dan lainnya dari penduduk Bukhara untuk bicaramempermasalahkan madzhabnya. Akhirnya Khalid bin Ahmad mengusir beliaudari Bukhara.

Demikianlah sekelumit tentang Imam Bukhari, beliau juga pernahdifitnah sebagai orang yang mengatakan, bahwa bacaanku terhadap al-Qur’anadalah makhluk. Padahal beliau tidak mengatakan demikian dan bahkansecara tegas beliau membantah bahwa orang yang membawa berita tersebutadalah pendusta. Beliau bahkan mengatakan, “Bahwa al-Qur’an adalahkalamullah bukan makhluk, sedangkan perbuatan-perbuatan hamba adalahmakhluk.” [lihat Hadyu as-Sari Muqadimah Fathul Bari bagianakhir halaman 490-491]. Wallahu a’lam.

[SUMBER: Majalah as-Sunnah, no.02/Th.I, Jumada Tsani-Rajab 1413H/Desember 1992 M, diterjemahkan dan disusun oleh Ahmas Faiz dengansedikit perubahan]

Artikel Mengenal Imam al-Bukhary diambil dari http://www.asofwah.or.id
Mengenal Imam al-Bukhary.

Tidak ada komentar: