Senin, 23 Juni 2008

Sebuah Azab Dari Allah

Kumpulan Artikel Islami

Sebuah Azab Dari Allah Syaikh Ahmad Syakir, salah seorang Ahli Haditskontemporer dari Mesir bercerita tentang salah seorang penceramah diMesir yang fasih lidahnya, orator dan piawai. Suatu ketika saat hendakberkhuthbah, dia ingin memuji salah seorang penguasa Mesir atassambutan dan penghormatannya kepada Thaha Husein, dia berkata, “Telahdatang seorang yang buta, namun dia tidak cemberut dan tidak berpalingdarinya.”

Yang dimaksudnya dengan orang buta di sini adalah Thaha Husein,seorang sastrawan sekuler terkenal yang memang buta mata dan jugahatinya. Perkataan penceramah itu sebenarnya sebagai bentuk Iqtibas[pengutipan] terhadap makna ayat al-Qur’an, surat ‘Abasa.

Mendengar hal itu, Syaikh Muhammad Syakir, ayahanda syaikh AhmadSyakir berdiri di hadapan para jema’ah begitu shalat usai serayamengumumkan kepada mereka bahwa shalat yang mereka lakukan tersebutbatal, tidak sah hukumnya dan mereka harus mengulanginya sebab sikhathib tersebut telah kafir dengan caciannya terhadap Rasulullah [Karenaitu artinya bahwa Thaha Husein, sebagai orang buta yang disinggungnyaitu, menurutnya lebih baik dan lebih mulia ketimbang Rasulullah karenabeliau bersikap cemberut dan berpaling ketika seorang buta bernamaIbnu Ummi Maktum datang dimana karenanya turun surat ‘Abasa itu yangmerupakan teguran buat Rasulullah sedangkan Thaha Husein, si buta itutidak demikian, na’udzu billah min dzâ lik-red.,].

Syaikh Ahmad Syakir mengutarakan,

“Akan tetapi Allah tidak membiarkan kejahatan si penjahat ini di duniaini sebelum mengazabnya kelak di akhirat. Aku bersumpah, Demi Allah,sungguh aku telah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri hidup hinadan merana menjadi jongos di salah satu masjid sebagai penjaga titipansandal-sepatu. Hal ini terjadi setelah beberapa tahun kemudian dansetelah orang tersebut berada di puncak kehidupan, meraih kesenanganduniawi dan merasa bangga hidup di bawah ketiak para penguasa danpembesar. Karena kondisinya itu, aku merasa malu kalau dia melihatkusebab kami sama-sama saling mengenal. Sikapku ini bukan karena kasihanterhadapnya karena sudah ada tempat kasihan terhadap orang yangseperti itu dan juga bukan karena ingin mencacinya sebab orang yangmulia dan luhur biasa mulia dengan cacian orang lain akan tetapikarena betapa pelajaran dan makna yang dapat saya lihat daripemandangan itu.”

[SUMBER: Qashash Wa Mawâqif Dzât ‘Ibar karya ‘Adil bin MuhammadAli ‘Abdil ‘Aly, h.11-12]

Artikel Sebuah Azab Dari Allah diambil dari http://www.asofwah.or.id
Sebuah Azab Dari Allah.

Tidak ada komentar: