Minggu, 06 Juli 2008

Kala Musibah Menimpa

Kumpulan Artikel Islami

Kala Musibah Menimpa Allah subhanahu wata'ala berfirman, artinya,

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikitketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Danberikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, [yaitu]orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, Innaalillahi wa innaa ilaihi raaji'uun . Mereka itulah yang mendapatkankeberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulahorang-orang yang mendapat petunjuk. [QS. al-Baqarah:155-157]

Di dalam musnad Imam Ahmad, Nabi shallallahu 'alaihi wasallambersabda,Tidaklah seorang hamba yang ditimpa musibah mengucapkan, Innalillahi wa inna ilaihi raji'un, ya Allah berilah aku pahala dalammusibahku ini dan gantilah untukku dengan sesuatu yang lebih baik, kecuali Allah akan memberikan pahala dalam musibahnya dan akanmemberikan kepadanya ganti yang lebih baik. [HR. Ahmad 3/27]

Kita Milik Allah dan Kembali Kepada-Nya

Jika seorang hamba benar-benar menyadari bahwa dirinya adalah milikAllah subhanahu wata’ala dan akan kembali kepada-Nya maka diaakan terhibur tatkala tertimpa musibah. Kalimat istirja' ini merupakanpenyembuh dan obat paling mujarab bagi orang yang sedang tertimpamusibah. Dia memberikan manfaat baik dalam waktu dekat maupun di waktuyang akan datang. Kalimat tersebut memuat dua prinsip yang sangatagung. Jika seseorang mampu merealisasikan dan memahami keduanya makadia akan terhibur dalam setiap musibah yang menimpanya.

Dua prinsip pokok tersebut adalah:

Pertama; Bahwasanya manusia, keluarga dan harta pada hakikatnyaadalah milik Allah subhanahu wata’ala. Dia bagi manusia tidaklebih hanya sebagai pinjaman atau titipan, sehingga jika Allah

subhanahu wata’ala mengambilnya dari seseorang maka ia ibaratseorang pemilik barang yang sedang mengambilnya dari si peminjam.Demikian juga manusia diliputi oleh ketidakpunyaan, sebelumnya [ketikalahir] dia tidak memiliki apa-apa dan setelahnya [ketika mati] ia puntidak memiliki apa-apa lagi.

Dan segala sesuatu yang dimiliki oleh seorang hamba tidak lebih hanyaseperti barang pinjaman dan titipan yang bersifat sementara. Seoranghamba juga bukanlah yang telah menjadikan dirinya memiliki sesuatusetelah sebelumnya tidak punya. Dan diapun bukanlah menjadi penjagaterhadap segala miliknya dari kebinasaan dan kelenyapan, dia tak mampuuntuk menjadikan miliknya tetap terus abadi. Apapun usaha seoranghamba tidak akan mampu untuk menjadikan miliknya kekal abadi, tidakakan mampu menjadikan dirinya sebagai pemilik hakiki.

Dan juga seseorang itu harus membelanjakan miliknya berdasarkanperintah pemiliknya, memperhatikan apa yang diperintahkan dan apa yangdilarang. Dia membelanjakan bukan sebagai pemilik, karean Allah-lahSang Pemilik, maka tidak boleh baginya membelanjakan titipan itukecuali dalam hal-hal yang sesuai dengan kehendak Pemilik Yang Hakiki.

Ke dua; Bahwa kesudahan dan tempat kembali seorang hamba adalahkepada Allah Pemilik yang Haq. Dan seseorang sudah pasti akanmeninggalkan dunia ini lalu menghadap Allah subhanahu wata’alasendiri-sendiri sebagaimana ketika diciptakan pertama kali, tidakmemiliki harta, tidak membawa keluarga dan anak istri. Akan tetapimanusia menghadap Allah dengan membawa amal kebaikan dan keburukan.

Jika awal mula dan kesudahan seorang hamba adalah demikian makabagaimana dia akan berbangga-bangga dengan apa yang dia miliki atauberputus asa dari apa yang tidak dimilikinya. Maka memikirkanbagaimana awal dirinya dan bagaimana kesudahannya nanti adalahmerupakan obat paling manjur untuk mengobati sakit dan kesedihan.Demikian juga dengan mengetahui secara yakin bahwa apa yang akanmenimpanya pasti tidak akan meleset atau luput dan begitu jugasebaliknya.

Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,

“Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan [tidak pula]pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab [LauhulMahfuzh] sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian ituadalah mudah bagi Allah. [Kami jelaskan yang demikian itu] supaya kamujangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamujangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.DanAllah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

[QS. al-Hadid:22-23]

Lihat Nikmat yang Tersisa

Termasuk salah satu terapi dalam menghadapi musibah adalah dengan caramelihat seberapa musibah dan seberapa besar nikmat yang telah diterima.Maka akan didapati bahwa Allah subhanahu wata’ala masihmenyisakan baginya yang semisal dengannya, atau malah lebih baik lagi.Dan jika seseorang bersabar dan ridha maka Allah subhanahu wata’alaakan memberikan sesuatu yang lebih baik dan besar daripada apa yanghilang dalam musibah, bahkan mungkin dengan berlipat-lipat ganda. Danjika Allah subhanahu wata’ala menghendaki maka akan menjadikanlebih dan lebih lagi dari yang ada.

Musibah Menimpa Semua Orang

Merupakan obat yang sangat bermanfaat di kala musibah sedang menimpaadalah dengan menyadari bahwa musibah itu pasti dialami oleh semuaorang. Cobalah dia menengok ke kanan, maka akan didapati di sana orangyang sedang diberi ujian, dan jika menengok ke kiri maka di sana adaorang yang sedang ditimpa kerugian dan malapetaka. Dan seorang yangberakal kalau mau memperhatikan sekelilingnya maka dia tidak akanmendapati kecuali di sana pasti ada ujian hidup, entah denganhilanganya barang atau orang yang dicintai atau menemui sesuatu yangtidak mengenakkan dalam hidup.

Kehidupan dunia tidak lain adalah ibarat kembangnya tidur ataubayang-bayang yang pasti lenyap. Jika dunia mampu membuat orangtersenyum sesaat maka dia mampu mendatangkan tangisan yang panjang.Jika ia membuat bahagia dalam sehari maka ia pun membuat dukasepanjang tahun. Kalau hari ini memberikan sedikit maka suatu saatakan menahan dalam waktu yang lama. Tidaklah suatu rumah dipenuhidengan keceriaan kecuali suatu saat akan dipenuhi pula dengan duka.

Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Pada setiapkegembiraan ada duka, dan tidak ada satu rumah pun yang penuh dengankebahagiaan kecuali akan dipenuhi pula dengan kesedihan. Berkata pulaIbnu Sirin, Tidak akan pernah ada senyum melulu, kecuali setelahnyapasti akan ada tangisan.

Hindun binti an an-Nu'man berkata, Kami melihat bahwa kami adalahtermasuk orang yang paling mulia dan memiliki harta paling banyak,kemudian matahari belum sampai terbenam sehingga kami telah menjadiorang yang paling tidak punya apa-apa. Dan merupakan hak Allah

subhanahu wata’ala bahwa tidaklah Dia memenuhi suatu rumah dengankebahagiaan, kecuali akan mengisinya pula dengan kesedihan. Danketika seseorang bertanya tentang apa yang menimpanya maka diamengatakan, Kami pada suatu pagi, tidak mendapati seseorang pun diArab kecuali berharap kepada kami, kemudian kami di sore harinya tidakmendapati mereka kecuali menaruh belas kasihan kepada kami.

Keluh Kesah Melipatgandakan Penderitaan

Di antara obat untuk menghadapi musibah adalah dengan menyadari bahwakeluh kesah tidak akan dapat menghilangkan musibah. Bahkan hanya akanmenambah serta melipatgandakan sakit dan penderitaan.

Musibah Terbesar Adalah Hilangnya Kesabaran

Termasuk Obat ketika tertimpa musibah adalah dengan mengetahui bahwahilangnya kesabaran dan sikap berserah diri adalah lebih besar danlebih berbahaya daripada musibah itu sendiri. Karena hilangnyakesabaran akan menyebabkan hilangnya keutamaan berupa kesejahtaraan,rahmat dan hidayah yang Allah subhanahu wata’ala kumpulkan tigahal itu dalam sikap sabar dan istirja' [mengembalikan urusan kepadaAllah].

Sumber: “Ilaj harril musibah wa huzniha,” Imam Ibnul Qayyim[KM]

Artikel Kala Musibah Menimpa diambil dari http://www.asofwah.or.id
Kala Musibah Menimpa.

Tidak ada komentar: