Kumpulan Artikel Islami
Tauhid Dalam Pengetahuan Dan Keyakinan Tauhid Dalam Pengetahuan Dan Keyakinan
Kategori Mujmal Ahlissunnah
Sabtu, 15 Mei 2004 07:56:16 WIBTAUHID DALAM PENGETAHUAN DAN KEYAKINANOlehDr. Nashir Ibn Abdul Karim Al 'Aql[1]. Prinsip dalam asma dan sifat Allah adalah menetapkan apa yang ditetapkan Allah untuk diriNya atau yang ditetapkan oleh Rasulullah tanpa tamtsil [mempersamakan atau menyerupakan Allah dengan makhluk dalam asma dan sifatNya] dan takyif [mempertanyakan bagaimana sifat Allah, atau menentukan bahwa sifat Allah itu hakekatnya begini]. Juga menolak apa yang ditolak Allah terhadap diriNya atau yang ditolak Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam tanpa tahrif [mengubah lafadz sifat atau menyelewengkan maknanya] dan tanpa ta'thil [mengingkari seluruh atau sebagian sifat Ilahi]. Hal itu dengan mengimani makna dan arti yang dikandung oleh nash. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Ta'ala:"Artinya : Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." [Asy Syura: 11][2]. Tamtsil dan ta'thil dalam asma dan sifat Allah adalah kufur. Tahrif yang disebut oleh ahli bid'ah sebagai ta'wil, ada yang kufur hukumnya, seperti ta'wil orang-orang kebatinan, ada yang bid'ah dan sesat, seperti ta'wil orang-orang yang tidak mengakui sifat-sifat Allah, dan ada pula yang terjadi karena kekeliruan.[3]. Pantheisme dan kepercayaan bahwa Allah bersemayam pada sesuatu makhlukNya atau bersatu dengannya adalah perbuatan kufur yang menyebabkan seseorang keluar dari Islam[4]. Iman kepada malaikat yang mulia secara umum. Mengimaninya secara terinci adalah dengan mengimani apa yang telah dinyatakan oleh dalil, seperti nama-namanya, sifat-sifatnya, dan tugas-tugasnya sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang.[5]. Iman kepada seluruh kitab yang diturunkan Allah. Mengimani sepenuhnya bahwa Al Qur'an Al Karim adalah kitab yang termulia dan yang membatalkan keberlakuan kitab-kitab lainnya. Kitab-kitab sebelum Al Qur'an telah mengalami perubahan dan penyelewengan. Untuk itu kita wajib mengikuti Al Qur'an dan tidak mengikuti kitab sebelumnya.[6]. Iman kepada para nabi dan rasul Allah. Semoga selawat dan salam dilimpahkan Allah kepada mereka. Mereka adalah orang yang paling mulia. Barangsiapa yang tidak berpendapat begitu maka dia termasuk kafir. Apa yang telah dinyatakan nash tentang mereka wajib diimani. Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam adalah yang termulia, rasul terakhir, dan diutus Allah untuk seluruh umat manusia.[7]. Mengimani bahwa wahyu telah terputus semenjak wafatnya Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Beliau adalah nabi dan rasul terakhir. Orang yang tidak berkeyakinan demikian adalah kafir.[8]. Iman kepada hari akhir dan kejadian-kejadian yang ada di dalamnya menurut berita yang benar, juga beriman pada tanda-tanda kiamat yang terjadi sebelumnya.[9]. Iman kepada qadar yang baik dan yang buruk dari Allah Ta'ala, yaitu dengan mengimani bahwa Allah Ta'ala mengetahui apa yang akan terjadi sebelum terjadi. Allah telah menuliskannya dalam Lauhul Mahfuzh [1]. Yang dikehendakiNya-lah yang terjadi dan yang tidak dikehendakiNya tidak akan terjadi. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, Pencipta segala sesuatu, Yang Maha Berbuat atas apa yang dikehendaki.[10]. Iman pada perkara-perkara ghaib yang telah dinyatakan oleh dalil yang shahih, seperti 'arsy, surga, neraka, kenikmatan dan siksa kubur, adanya jembatan dan timbangan [di hari akhirat] dan lain-lain tanpa ta'wil sedikitpun.[11]. Mengimani adanya syafa'at nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam dan syafa'at para nabi, malaikat, orang-orang yang shalih, serta yang lain pada hari kiamat, sebagaimana rinciannya disebutkan dalam nash-nash yag shahih.[12]. Orang-orang yang beriman akan melihat Allah pada hari kiamat di surga dan di mahsyar[2]. Barangsiapa mengingkari atau menta'wilkannya maka dia sesat dan menyimpang dari kebenaran. Namun tidak ada seorangpun yang dapat melihat Allah di dunia.[13]. Karamah para wali dan orang-orang shalih benar-benar ada. Namun tidak setiap sesuatu yang luar biasa adalah karamah. Bisa jadi itu merupakan cobaan dari Allah dan bisa pula merupakan pengaruh dari setan dan orang-orang yang jahat. Tolak ukur dalam hal ini adalah apakah hal itu sesuai atau tidak dengan Al Qur'an dan Sunnah.[14]. Semua orang yang beriman adalah wali Allah, dan di dalam diri setiap orang yang beriman terdapat tingkat kewalian sesuai dengan tingkat keimanannya.[Disalin dari buku Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama'ah fi Al 'Aqidah edisi Indonesia PRINSIP-PRINSIP AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH, oleh Dr. Nashir bin Abdul Karim Al 'Aql, Penerbit GIP Jakarta]_________Foote Note[1] Lauhul Mahfuzh adalah kitab yang tertuis di dalamnya segala takdir makhluk dan apa yang terjadi di alam semesta.[2] Mahsyar adalah tempat dikumpulkannya seluruh makhluk di hari kiamat untuk menerima balasan amal perbuatannya.
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=725&bagian=0
Artikel Tauhid Dalam Pengetahuan Dan Keyakinan diambil dari http://www.asofwah.or.id
Tauhid Dalam Pengetahuan Dan Keyakinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar