Jumat, 27 Juni 2008

Membangun Keseriusan

Kumpulan Artikel Islami

Membangun Keseriusan Kesungguhan dan keseriusan seorang muslim merupakancerminan jiwa yang telah tersiram oleh Kitabullah. Karena al-Qur'anadalah Kitab yang Haq yang tidak ada laghwu [kesia-siaan] danjuga tidak ada senda gurau di dalamnya. Allah subhanahu wata’alaberfirman, artinya,Sesungguhnya al-Qur'an itu benar-benar firman yang memisahkanantara yang hak dan yang bathil, dan sekali-kali bukanlah dia sendaugurau.” [QS. 86:13-14]

Maka seorang muslim yang serius dan bersungguh-sunggah berarti diatelah berhias dan berakhlaq dengan akhlaq al-Qur'an. Seorang muslimyakin bahwa dia diciptakan bukan hanya untuk sebuah senda gurau ataumain-main di muka bumi, namun dia sadar bahwa dirinya mengemban amanahyang besar, amanah yang tidak sanggup dipikul oleh langit, bumi dangunung, sebuah pertanggungjawaban yang agung nanti di hari Kiamat.Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamusecara main-main [saja], dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepadaKami.” [QS. 23:115]

Firman Allah subhanahu wata’ala yang lain, artinya,

“Sesungguhnya Kami telah mengemuka kan amanat kepada langit, bumidan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu danmereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu olehmanusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” [QS.33:72]

Keseriusan dan kesungguhan memiliki tanda-tanda dan fenomena yang amatbanyak, di antaranya yaitu:

1. Ikhlash

Ikhlas merupakan salah satu pembeda yang pokok antara seorang yangbersungguh-sungguh dengan yang main-main. Orang yang tidak ikhlas,maka bisa jadi seorang munafik dan bisa jadi adalah riya'. Sedangkanorang muslim yang sesungguhnya, tidak berbuat munafik dan tidak riya',sebab tujuannya adalah ridha Allah subhanahu wata’ala danmengharap pahala-Nya.

2. Ittiba' [mengikuti] Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

Ini merupakan pembeda ke dua dari keseriusan seorang muslim, karenaseorang muslim akan berusaha maksimal agar amal ibadahnya diterima,sedangkan suatu amal akan diterima jika memenuhi dua syarat, yaituikhlas dan mutaba'ah.

Maka tidak akan ada gunanya keseriusan orang kafir dalam kekafiranmereka, ahli bid'ah dan ahwa' dalam kebid'ahan mereka dan parapengikut kebatilan dalam kebatilan yang mereka kerjakan. Keseriusanyang mereka lakukan bukan keseriusan yang sesuai syari'at yang dapatmengantarkan kepada keberuntungan dan pada hari Kiamat.

3. Adil dan Pertengahan

Serius bukan berarti ekstrim atau berlebihan, namun maknanya adalahadil dan pertengahan. Allah subhanahu wata’ala melarang darisikap ghuluw [ekstrim], dan Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam memberitahukan bahwa ghuluw merupakan sebabkehancuran dan kerusakan. Sikap pertengahan akan dapat memeliharakelangsungan suatu amal, kontinyuitas dalam ketaatan dan menjaganyaagar tidak terputus atau mengalami kebosanan.

4. Intens dalam Ketaatan

Intensif dalam melakukan ketaatan dan mengambil setiap kesempatanuntuk melaksanakan berbagai bentuk ibadah, bersyukur dan berdzikirkepada Allah subhanahu wata’ala dan terus menambah hal itubukan termasuk ghuluw selagi dilakukan dalam batas-batas syara'.

Sebagaimana dimaklumi bahwa iman itu bertambah dan berkurang,bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Danmempertahankan ketaatan, membuka pintu-pintuk kebaikan dan ikut andildi dalamnya merupakan penambah keimanan sekaligus merupakan bukti darikesungguhan seorang muslim dalam beribadah.

5. Jelas Dalam Tujuan

Seorang muslim meskipun berbeda profesi dan bermacam-macam bidang yangmereka geluti namun mereka memiliki tujuan pokok dan prinsip yang samayakni mencari keridhaan Allah subhanahu wata’ala dan mengharappahala di sisi-Nya. Oleh karena itu seorang muslim menjadikan seluruhaktivitasnya sebagai bentuk ibadah, wasilah dan sarana untuk mencapaitujuan pokok tersebut.

Dengan tujuan yang terpuji ini maka kita dapat menjadikan tidur,makan,minum, kesibukan dan juga waktu luang kita sebagai bagian dariibadah yang mendapatkan pahala, jika diniatkan dengan benar ketikamelakukaknnya.

6. Berkemauan Tinggi

Berkemauan tinggi merupakan ciri dari orang-orang yang serius, sebabseorang yang berkemauan tinggi tidak rela dengan kemalasan, tidakmudah bosan dan tidak suka berleha-leha. Keinginannya selalumenggiringnya kepada perkara-perkara yang tinggi dan permasalahan yangbesar, maka di antara mereka ada yang tekun dalam mendalami ilmu, adayang serius dalam beribadah, ada yang sungguh-sungguh dalam menerapkanakhlaq dan adab dan lain sebagainya. Meskipun umur mereka pendek,namun dengan keseriusan dan kesungguhan, mereka mampu berpindah darisatu kondisi ke kondisi yang lebih sempurna, dari satu kedudukan kekedudukan yang lebih tinggi dan seterusnya hingga ajal menjemput.Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Dan sembahlahRabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini [ajal].” [QS. 15:99].

7. Berteman dengan Orang Serius

Salah satu hal yang dapat menjadi kan seorang muslim tetap dalamkeseriusan adalah berteman dengan orang serius, karena manusia akanterpengaruh dengan teman pergaulan nya. Jika seseorang berteman denganorang yang senang berbuat sia-sia, main-main dalam hidup, senangkepada kebatilan, menyia-nyiakan waktu, maka dia pun akan terpengaruholeh mereka dan akan menjadi salah satu bagian dari mereka.

8. Tegar Menghadapi Masalah

Orang yang sungguh-sungguh akan tegar dalam menghadapi masalah dan diatidak lari darinya tanpa berusaha mencari solusinya. Dia hadapimasalah dengan bijak dan tenang, dan ia jadikan itu sebagai tonggakuntuk memulai sebuah langkah baru, sehingga dengan kemampuan danpikiran yang telah diberikan oleh Allah subhanahu wata’alapermasalahan akan terselesaikan dan jalan keluar dari berbagai ujiandan cobaan akan diperoleh.

Di antara yang perlu diperhatikan adalah mencari waktu yang tepatuntuk menyelesaikan masalah, yakni waktu-waktu yang lapang dan tenanguntuk dapat merenung dan mencurahkan pikiran dengan maksimal. Selainitu juga terkadang perlu untuk meminta pendapat dari pihak lain,terutama teman-teman dan sahabat yang diketahui responsif, mempunyaikemampuan berpikir dengan teliti dalam memandang suatu masalah.

9. Syamil [Universal]

Seorang muslim yang bersungguh sungguh tidak pilih-pilih dalammelaksanakan agamanya, sebagai mana hal itu diperintahkan Allah

subhanahu wata’ala dalam firman-Nya, artinya,

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islamkeseluruhannya.” [QS. Al-Baqarah:208]

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, Makna ayat ini adalahkerjakan seluruh amal perbuatan dan seluruh sisi kebaikan. [TafsirIbnu Katsir 1/324]

Seorang muslim tidak boleh membuang bagian dari agama Allahsekehendaknya, mengambil yang ini dan meninggalkan yang itu sesukanya.Juga bukan cermin keseriusan bila hanya mengerjakan perkara-perkarayang mudah dan enak saja lalu enggan dengan berbagai kewajiban lainnya.

10. Pantang Menunda-nunda

Seorang yang berjiwa serius pantang menunda-nunda dan pantangbersandar kepada angan-angan dusta. Tetapi dia bersegera untukmelakukan ketaatan, menyibukkan diri dengan ibadah dan aktivitas yangberguna. Dia bertaubat dan beristighfar setiap saat, sebelum dansesudah melakukan ibadah, dan dia tidak mengatakan, Nanti saja akubertaubat, besok saja aku introspeksi diri dan lain sebagainya.” Diakerjakan shalat dengan baik dan tepat waktu, membaca al-Qur'an danmerenungkan isinya dan dia tidak mengatakan, Nanti aku akan shalatdengan baik dan banyak membaca al-Qur'an.

11. Melihat Sirah Nabi dan Shahabat

Termasuk salah satu pendorong kesungguhan adalah dengan melihatperjalanan hidup para nabi dan shahabat sebagai manusia yang penuhdengan kesungguhan dalam hidup mereka. Allah subhanahu wata’alaberfirman, artinya,

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagiorang-orang yang mempunyai akal.” [QS. Yusuf:111]

12. Menjauhi Sikap Glamour dan Mewah

Setiap orang yang berakal sepakat bahwa nikmat itu tidak dapatdiperoleh dengan leha-leha, dan kemuliaan tidak akan tercapai kecualidengan susah payah. Maka menghindari gaya mewah dan menjauhi sikapberlebihan merupakan jalan untuk mencapai tingginya himmah [keinginan].Sebagian salaf berkata, Ilmu itu tidak dapat diraih denganbersantai-santai.

Sumber: Buku “AL Jiddiyah, Thariqul Khairiyah” Khalid AbuShalih [Abu Ahmad].

Artikel Membangun Keseriusan diambil dari http://www.asofwah.or.id
Membangun Keseriusan.

Tidak ada komentar: