Kamis, 12 Juni 2008

Contoh Keberanian Para Ulama Di Hadapan Penguasa

Kumpulan Artikel Islami

Contoh Keberanian Para Ulama Di Hadapan Penguasa 1. Dikisahkan bahwa Hisyâm bin ‘Abdul Malik datangke Baitullah, Ka’bah untuk melakukan manasik haji. Ketika masuk keMasjid al-Haram, dia berkata, “Tolong hadirkan ke hadapanku salahseorang dari kalangan para shahabat.!”

Lalu ada orang yang menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, mereka semuasudah meninggal dunia.”

Lalu dia berkata lagi, “Kalau begitu, dari kalangan tabi’in saja.”

Maka dihadirkanlah Thâwûs al-Yamâny. Tatkala menemui sang Amir, diamencopot kedua sandalnya di pinggir permadaninya dengan tidak memberisalam terlebih dahulu dan tidak pula memanggilnya dengan julukannya[kun-yah], lantas duduk di sampingnya tanpa idzin pula seraya berujar,

“Bagaimana kabarmu wahai Hisyâm.”

Maka meledaklah kemarahan sang Amir sehingga ia hampir sajaberkeinginan untuk membunuhnya, namun kemudian ada yang mencegahnyaseraya berkata,

“Wahai Amirul Mukminin, engkau saat ini berada di kawasan Haram Allahdan Rasul-Nya [Ka’bah] yang tidak boleh hal itu terjadi.”

Maka Hisyam berkata, “Wahai Thâwûs, apa yang mendorongmu untuk berbuatseperti itu tadi.”

“Apa gerangan yang telah aku perbuat,” balas Thâwûs

“Engkau telah mencopot kedua sandalmu di pinggir permadaniku, tidakmemberi salam dengan menyapa, ‘Wahai Amirul Mukminin,’ tidakmemanggilku dengan julukanku lalu duduk di sampingku tanpa idzin,”kata Hisyâm

“Adapun kenapa aku mencopot kedua sandalku di pinggir permadanimu,karena aku sudah biasa mencopotnya kala berada di hadapan Allah Ta’alasetiap hari, sebanyak lima kali akan tetapi Dia tidak mencela ataupunmarah kepadaku. Adapun ucapanmu ‘engkau tidak memberi salam kepadakudengan menyapa, ‘wahai Amirul Mukminin’’ karena tidak setiap Muslimsetuju atas naiknya engkau ke tampuk kekuasaan. Jadi, aku takut kalaumenjadi seorang pendusta [dengan menyapamu sebagai Amir semuaorang-orang beriman-red.,]. Mengenai perkataanmu ‘engkau tidakmemanggilku dengan julukanku’ karena Allah Ta’ala juga menamai paraNabi-Nya, lalu memanggi mereka; ‘wahai Daud’ ‘wahai Yahya’ ‘wahai‘Isa’ bahkan Dia malah menyebut musuh-musuh-Nya dengan julukan dalamfirman-Nya, ‘Celakalah tangan Abu Lahab.’ Sedangkan ucapanmu, ‘kamududuk di sampingku [tanpa idzin], maka hal itu karena aku telahmendengar ‘Aly bin Abi Thalib RA., berkata, ‘Bila kamu ingin melihatsalah seorang penghuni neraka, maka lihatlah kepada seorang yang duduksementara orang-orang di sekitarnya berdiri menghormatinya,” jawabThâwûs

Kemudian Hisyam berkata, “Kalau begitu, nasehatilah aku.”

Maka Thâwûs berkata, “Aku mendengar ‘Aly bin Abi Thalib RA., berkata,‘Sesungguhnya di neraka Jahannam terdapat ular-ular dan kalajengkingseperti bagal [peranakan antara kuda dan keledai] yang mematuk setiapAmir [Penguasa] yang tidak berlaku adil terhadap rakyatnya.”

2. Diriwayatkan bahwa Abu Ghayyâts, seorang ahli zuhud selalu tinggaldi sekitar pekuburan Bukhara, lalu suatu ketika datang ke kota untukmengunjungi saudaranya. Kebetulan bersamaan dengan itu, putera-puteraAmir Nashr bin Muhammad [penguasa setempat] barusan keluar darikediamannya bersama para biduan dan alat-alat bermain mereka. Tatkalamelihat mereka, sertamerta Abu Ghayyâts berkata,

“Wahai diriku, telah terjadi sesuatu yang bila engkau diam, berartiengkau ikut andil di dalamnya.”

Lalu dia mengangkat kepalanya ke langit sembari memohon pertolonganAllah. Kemudian mengambil tongkat lalu menggebuki mereka secaraserentak sehingga mereka pun lari kocar-kacir menuju kediaman sangpenguasa [Amir]. Setibanya di sana, mereka menceritakan kejadiantersebut kepada sang penguasa.

Maka, sang penguasa pun memanggil Abu Ghayyâts seraya berkata,

“Tidak tahukah kamu bahwa siapa saja yang membangkang terhadappenguasa, dia akan diberi makan siang di penjara.”

“Tidak tahukah kamu bahwa siapa saja yang membangkang terhadapar-Rahmân [Allah], dia akan makan malam di dalam neraka,” balas AbuGhayyâts

“Kalau begitu, siapa yang memberimu wewenang melakukan Hisbah [AmrMa’ruf Nahi Munkar] ini,” tanya Amir

“Dia adalah Yang telah mengangkatmu ke tampuk kekuasaan ini,” jawabAbu Ghayyâts

“Yang mengangkatku adalah sang Khalifah,” kata Amir

“Kalau begitu, Yang mengangkatku melakukan Hisbah adalahTuhannya sang khalifah,” jawab Abu Ghayyâts

“Aku hanya mengangkatmu melakukan Hisbah di daerah Samarkandsaja,” kata Amir

“Aku sudah mencopot diriku dari bertugas di sana,” jawab Abu Ghayyâts

“Aneh kamu ini, engkau melakukan Hisbah di tempat yang tidakdiperintahkan kepadamu dan menolak melakukannya di tempat kamudiperintahkan,” kata Amir lagi

“Sesungguhnya jika engkau yang mengangkatku, maka suatu ketika kamuakan mencopotku akan tetapi bila Yang mengangkatku adalah Rabbku, makatidak akan ada seorangpun yang dapat mencopotku,” tegas Abu Ghayyâtspula

“Baiklah, sekarang mintalah apa keperluanmu,!” tanya Amir akhirnya

“Yang aku perlukan adalah kembali lagi ke masa muda,” kata AbuGhayyâts

“Wah, itu bukan wewenangku, mintalah yang lain,!” kata Amir

“Kalau begitu, tulislah kepada Malaikat Malik, penjaga neraka, agartidak menyiksaku kelak,” kata Abu Ghayyâts

“Wah, itu bukan wewenangku juga, mintalah yang lainnya,!” kata Amr

“Kalau begitu, tulislah kepada malaikat Ridlwân, penjaga surga, agarmemasukkanku kelak ke dalam surga,!” jawab Abu Ghayyâts

“Wah, itu juga bukan wewenangku,” kata Amir lagi

“Kalau begitu, keperluanku hanya kepada Allah Yang merupakan Pemiliksemua keperluan dan kebutuhan, Yang tidaklah aku meminta kepada-Nyasuatu keperluan melainkan pasti Dia akan mengabulkannya,”jawab AbuGhayyâts

Atas jawaban tegas dan brilian itu, akhirnya Abu Ghayyâts dibebaskanoleh sang Amir bahkan dia malah salut dengan keimanan dankeberaniannya.

[SUMBER: Buku Mi`ah Qishshah Wa Qishshah Fî Anîs ash-Shâlihîn WaSamîr al-Muttaqîn disusun oleh Muhammad Amîn al-Jundy, Juz II,h.29-33]

Artikel Contoh Keberanian Para Ulama Di Hadapan Penguasa diambil dari http://www.asofwah.or.id
Contoh Keberanian Para Ulama Di Hadapan Penguasa.

Tidak ada komentar: