Sabtu, 05 Juli 2008

Pelajar SMU Memeluk Agama Islam

Kumpulan Artikel Islami

Pelajar SMU Memeluk Agama Islam Aku pernah bekerja sebagai seorang guru olah ragadi salah satu sekolah SMU di kota Fort Mead wilayah Maryland di negaraAmerika. Aku mengajar lima kelas berbeda di sekolah itu. Mulai darikelas sembilan [tiga SMP] sampai dengan kelas dua belas [tiga SMU],masing-masing lokal berjumlah sekitar 40 orang murid.

Pada suatu hari seorang murid bernama James meminta izin ingin bertemudenganku. Ia bukanlah salah seorang murid dari kelas yang aku tangani.Ia meminta izin melalui salah seorang muridku. Ketika aku menemuinyadi kantor, ia bertanya tentang perkara-perkara pokok dalam Islam.Lantas aku memberikan jawaban yang ringkas. Selanjutnya ia kembalimenemuiku dan meminta keterangan tambahan tentang hal itu. Akubertanya kepadanya, Apakah pertanyaan ini ada hubungannya denganpelajaran ilmu kemasyarakatan yang sedang engkau pelajari Jawabnyabahwa ia telah membaca sebuah buku tentang Islam di perpustakaansekolah yang memunculkan perasaan ingin tahunya tentang Islam.

Negara Amerika membuat peraturan adanya pemisahan antara urusan agamadan negara. Aku beritakan bahwa pembicaraan tentang masalah ini secarapanjang lebar kurang tepat dilakukan di sekolah umum. Oleh karena ituaku mengundangnya untuk menikmati makanan ringan di restoran yang adadi dekat sekolah. Setelah mendengar penjelasan panjang lebar darikutentang Islam dan tauhid, terlihat bahwa ia banyak mengambil faedahdari pertemuan itu.

Pada waktu itu usia James masih 16 tahun. Ada beberapa ganjalan yangmasih menggelayuti pikiranku. Pertama, ia belum mencapai usia dewasa.Jika kedua orang tuanya tahu bahwa ia serius mempelajari Islam danselalu berbincang denganku, tentu mereka akan melarangnya. Di sampingitu, kota Fort Mead tidak lebih sebuah kota kecil tempat pangkalanangkatan bersenjata dan masih termasuk wilayah militer. Aku berfikirjangan-jangan yang demikian itu dapat menimbulkan problem, karena ayahpemuda itu bekerja di pangkalan tersebut.

Walau demikian, aku masih sering bertemu dengannya di restoran itu.Setiap kali pertemuan, aku memberikan penjelasan yang lebih luas agaria mendapat faedah lebih banyak. Kemudian muncul keinginannya untukmengunjungi masjid tempat kaum muslimin melaksanakan shalat. Maka akupun membawanya ke masjid kota Laurel yang berdampingan dengan kotaFort Mead. Masjid tersebut tidak lebih dari sebuah rumah kuno. Kaummuslimin setempat merubah bentuknya untuk kepentingan ibadah. Di sanaaku mengajarkannya tata cara mengerjakan shalat yang membuat dirinyasemakin tertarik dan takjub, karena shalat merupakan komunikasilangsung antara seorang hamba dengan Rabb semesta alam SWT.

Kemudian James mengabarkan kepadaku tentang keinginannya untuk memelukagama Islam dan menanyakan apa yang harus ia lakukan. Aku katakancaranya mudah, hanya dengan sebuah ucapan. Walau antusiasnya memelukagama Islam sangat besar, tidak lupa aku sampaikan kepadanya bahwadosa terbesar yang diemban seorang hamba ketika bertemu dengan Rabbnyaialah dosa seorang yang murtad dari agama Islam. Oleh karena itu iaharus menambah pengetahuannya tentang Islam dan amalan yang telahAllah wajibkan baik yang berkaitan dengan tauhid atau perkara ibadah,agar ia memeluk agama Islam atas dasar kesadaran dan ilmu.

Beberapa hari kemudian ia kembali mendatangiku. Dengan anugerah dannikmat Allah serta dengan keinginan dan pilihan sendiri ia mengucapkandua kalimat syahadat. Setelah itu dengan mengendarai mobilku, sekalidalam seminggu aku mengajaknya untuk melaksanakan shalat di masjidsekaligus untuk mendengarkan ceramah agama. Aku juga mulaimengajarinya huruf-huruf Arab dan dengan mudah dapat ia kuasai. Lantasaku lanjutkan dengan mengajarinya membaca al-Qur'an hingga ia mampumembacanya. Kemudian muncul keinginannya untuk mempelajari adzan.Setelah ia berhasil menguasainya, ia ingin memperaktekkannya di masjidsebagaimana yang telah diajarkan. Pengaruh adzan yang ia dengar danyang ia kumandangkan terlihat jelas pada dirinya.

Pada suatu hari aku mengajaknya pergi ke masjid. Aku tercengang ketikamelihat ia keluar tidak memakai pakaian Amerika tapi malah mengenakanpakaian gamis. Apatah lagi masyarakat sekitarnya sudah mengetahuikalau aku sering mengunjungi rumahnya dan menemaninya pergi ke masjid.Mereka menanggapinya dengan perasaan tidak suka. Aku katakan kepadanyabahwa penampilan seperti ini akan mengundang banyak perhatian. Seorangmuslim boleh memakai kemeja dan celana di saat melaksanakan shalat.Setelah aku selesai berbicara, ia memandangku dan menjawab dengansantai, Ya ustadz Ahmad, imanmu lemah. Aku bertanya, Apakah keduaorang tuamu melarangmu memakai gamis tersebut Ia jawab bahwa keduaorang tuanya tidak menghalanginya dan mereka memahami bahwa ini semuaadalah keinginan dan pilihanku sendiri. Ia juga menyebutkan bahwaibunya memasak daging halal secara terpisah sebagai penghormatanterhadap dirinya yang tidak boleh memakan daging babi atau bangkai.Aku menjadi tenang mendengar itu semua.

Beberapa waktu kemudian, ia mendatangiku dengan membawa permintaanyang lain. Waktu itu ia masih duduk di jenjang SMU. Ia ingin merubahnamanya dengan nama Islami. Aku katakan hal itu tidak mesti selamanamamu sekarang tidak terlarang dalam syariat. Begitu juga denganmemakai nama yang asing di kalangan teman-teman Amerikanya mungkintidak membantunya dalam usaha untuk mendakwahi mereka ke dalam Islam.Atau mungkin di antara mereka ada yang menyangka bahwa ia harusmenukar namanya jika ingin memeluk agama Islam. Jika mereka mengetahuihal itu mungkin mereka akan mencuekinya. Namun ia menjawab denganucapannya yang lalu, Ya ustadz Ahmad... imanmu lemah. Sejak itunamanya berubah menjadi James Husain Abeba. Kelihatannya namanya yangterakhir diambil dari nama orang Afrika yang banyak dipakai olehbangsa Amerika berkulit hitam.

Setelah berhasil menyelesaikan jenjang SMU, ia mulai mencari pekerjaandi saat liburan musim panas. Ia mendapat sebuah pekerjaan sebagaipenerima tamu di salah satu klinik milik seorang dokter wanitamuslimah. Ia banyak mengisi waktunya dengan membaca, karena kliniktersebut baru berdiri sehingga tugas yang dilakukan masih sedikit dantidak banyak menyita waktu.

Pada suatu kali, aku mendapat kesempatan untuk melaksanakan umrah padabulan Ramadhan. Ini merupakan kali pertama aku menghabiskan bulanRamadhan di kota Mekkah al-Mukarramah dan Kota Madinah Rasulullah SAW,bulan yang penuh berkah ini. Di balik kegembiraanku dapat melaksanakanIed bersama kaum muslimin di kota Mekkah, aku masih mencemaskan pemuda[James] yang sedang sendirian di sana. Aku juga menanyakan keadaannyakepada beberapa teman yang ada di masjid. Mereka katakan bahwa iamasih tetap rutin datang, bahkan ia ikut melaksanakan i'tikaf padasepuluh akhir bulan Ramadhan di masjid itu.

Ketika aku pulang, aku menanyakan beritanya dan aktifitas yang telahia lakukan. Namun ia tidak menyinggung sedikitpun tentang i'tikaf yangtelah ia laksanakan.

Selanjutnya ia memasuki sebuah universitas dan memilih bidang sejarahIslam. Aku juga mendapat khabar bahwa ia menikahi seorang muslimahIndia. Akivitas yang ia lakukan berupaya mempersatukan mahasiswamuslim yang belajar di kampusnya. Setelah menyelesaikan bangku kuliah,ia bekerja sebagai staf pengajar di salah satu sekolah Islam yang adadi kota Chicago. Dan, setelah itu beritanya terputus.

[SUMBER: SERIAL KISAH-KISAH TELADAN karya Muhammd bin Shalih al-Qahthanisebagai yang dinukil dari buku ‘Allah Memberi Hidayah Kepada Siapayang DikehendakiNya’, karangan Imtiyaz Ahmad [Aslinya berbahasa Arab]]

Artikel Pelajar SMU Memeluk Agama Islam diambil dari http://www.asofwah.or.id
Pelajar SMU Memeluk Agama Islam.

Tidak ada komentar: