Sabtu, 05 Juli 2008

Kedudukan Hadits Tujuh Puluh Tiga Golongan Umat Islam 2/2

Kumpulan Artikel Islami

Kedudukan Hadits Tujuh Puluh Tiga Golongan Umat Islam 2/2 Kedudukan Hadits Tujuh Puluh Tiga Golongan Umat Islam 2/2

Kategori Ar-Rasaa-il

Sabtu, 13 Maret 2004 06:16:55 WIBKEDUDUKAN HADITS TUJUH PULUH TIGA GOLONGAN UMAT ISLAMOlehAl-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir JawasBagian Terkahir dari Dua Tulisan 2/2HADITS KEEMPATHadits tentang terpecahnya ummat menjadi 73 go-longan diriwayatkan juga oleh Anas bin Malik dengan mempunyai 8 [delapan] jalan [sanad] di antaranya dari jalan Qatadah diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 3993:Lafazh-nya adalah sebagai berikut:"Artinya : Dari Anas bin Malik, ia berkata: â€Å"Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 71 [tujuh puluh satu] golongan, dan sesungguhnya ummatku akan terpecah menjadi 72 [tujuh puluh dua] golongan, yang semuanya berada di Neraka, kecuali satu golongan, yakni â€Å"al-Jama’ah.”Imam al-Bushiriy berkata, â€Å"Sanadnya shahih dan para perawinya tsiqah. [1]Hadits ini di-shahih-kan oleh Imam al-Albany dalam shahih Ibnu Majah no. 3227. [Lihat tujuh sanad lainnya yang terdapat dalam Silsilatul Ahaadits ash-Shahiihah [I/360-361]]HADITS KELIMAImam at-Tirmidzi meriwayatkan dalam Kitabul Iman, bab Maa Jaa-a Fiftiraaqi Haadzihil Ummah no. 2641 dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash dan Imam al-Laalika-i juga meriwayatkan dalam kitabnya Syarah Ushuli I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah [I/111-112 no. 147] dari Shahabat dan dari jalan yang sama, dengan ada tambahan pertanyaan, yaitu: â€Å"Siapakah golongan yang selamat itu” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:â€Å"Artinya : Ialah golongan yang mengikuti jejakku dan jejak para Shahabatku.”Lafazh-nya secara lengkap adalah sebagai berikut:"Artinya : Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: â€Å"Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh akan terjadi pada ummatku, apa yang telah terjadi pada ummat bani Israil sedikit demi sedikit, sehingga jika ada di antara mereka [Bani Israil] yang menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, maka niscaya akan ada pada ummatku yang mengerjakan itu. Dan sesungguhnya bani Israil berpecah menjadi tujuh puluh dua millah, semuanya di Neraka kecuali satu millah saja dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga millah, yang semuanya di Ne-raka kecuali satu millah.’ [para Shahabat] bertanya, ‘Siapa mereka wahai Rasulullah’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Apa yang aku dan para Shahabatku berada di atasnya.’”[Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi [no. 2641], dan ia ber-kata: â€Å"Ini merupakan hadits penjelas yang gharib, kami tidak mengetahuinya seperti ini, kecuali dari jalan ini.”]Perawi Hadits:Dalam sanad hadits ini ada seorang perawi yang lemah, yaitu ‘Abdur Rahman bin Ziyad bin An’um al-Ifriqiy. Ia dilemahkan oleh Yahya bin Ma’in, Imam Ahmad, an-Nasa-i dan selain mereka. Ibnu Hajar al-Asqalani berkata: â€Å"Ia lemah hafalannya.” [Tahdziibut Tahdziib [VI/157-160], Taqriibut Tahdziib [I/569, no. 3876]]Derajat Hadits:Imam at-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan, karena banyak syawahid-nya. Bukan beliau menguatkan perawi di atas, karena dalam bab Adzan beliau melemah-kan perawi ini.[Lihat Silsilatul Ahaadits ash-Shahiihah [no. 1348] dan kitab Shahih at-Tirmidzi [no. 2129].]KESIMPULANKedudukan hadits-hadits di atas setelah diadakan penelitian oleh para Ahli Hadits, maka mereka berkesim-pulan bahwa hadits-hadits tentang terpecahnya ummat ini menjadi 73 [tujuh puluh tiga] golongan, 72 [tujuh puluh dua] golongan masuk Neraka dan satu golongan masuk Surga adalah hadits yang shahih, yang memang sah da-tangnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan tidak boleh seorang pun meragukan tentang ke-shahih-an hadits-hadits tersebut, kecuali kalau ia dapat membuktikan berdasarkan ilmu hadits tentang kelemahannya.Hadits-hadits tentang terpecahnya ummat Islam menjadi tujuh puluh tiga golongan adalah hadits yang shahih sanad dan matannya. Dan yang menyatakan hadits ini shahih adalah pakar-pakar hadits yang memang sudah ahli di bidangnya. Kemudian menurut kenyataan yang ada bahwa ummat Islam ini berpecah belah, berfirqah-firqah [bergolongan-golongan], dan setiap golongan bang-ga dengan golongannya.Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang ummat Islam ber-pecah belah seperti kaum musyrikin:â€Å"Artinya : Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutu-kan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama me-reka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar-Rum: 31-32]Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jalan keluar, jalan selamat dunia dan akhirat. Yaitu berpegang kepada Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya.Alasan Mereka Yang Melemahkan Hadits Ini Serta BantahannyaAda sebagian orang melemahkan hadits-hadits terse-but karena melihat jumlah yang berbeda-beda dalam pe-nyebutan jumlah bilangan firqah [kelompok] yang binasa tersebut, yakni di satu hadits disebutkan sebanyak 70 [tujuh puluh] firqah, di hadits yang lainnya disebutkan sebanyak 71 [tujuh puluh satu] firqah, di hadits yang lain-nya lagi disebutkan sebanyak 72 [tujuh puluh dua] firqah, dan hanya satu firqah yang masuk Surga.Oleh karena itu saya akan terangkan tahqiq-nya, berapa jumlah firqah yang binasa ituPertama.Di dalam hadits ‘Auf bin Malik dari jalan Nu’aim bin Hammad yang diriwayatkan oleh al-Bazzar dalam kitab Musnad-nya [I/98] no. 172, dan Hakim [IV/ 430] disebut tujuh puluh [70] firqah lebih, dengan tidak menentukan jumlahnya yang pasti.Akan tetapi, sanad hadits ini dha’if [lemah], karena di dalam sanadnya ada seorang perawi yang bernama Nu’aim bin Hammad al-Khuzaa’i.Ibnu Hajar berkata, â€Å"Ia banyak salahnya.”An-Nasa-i berkata, â€Å"Ia orang yang lemah.”[Lihat Mizaanul I’tidal [IV/267-270], Taqriibut Tahdziib [II/250, no. 7192] dan Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhuu’ah [I/148, 402], oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani]Kedua.Di hadits Sa’ad bin Abi Waqqash dari jalan Musa bin ‘Ubaidah ar-Rabazi yang diriwayatkan oleh al-Ajurri dalam kitab asy-Sya’riah, al-Bazzar dalam kitab Musnad-nya sebagaimana yang telah disebutkan oleh al-Hafizh al-Haitsami dalam kitab Kasyful Atsaar ‘an Zawaa-idil Bazzar no. 284. Dan Ibnu Baththah dalam kitab Ibanatil Kubra nomor 263, 267. Disebutkan dengan bilangan tujuh puluh satu [71] firqah, sebagaimana Bani Israil.Akan tetapi sanad hadits ini juga dha’if, karena di dalamnya ada seorang perawi yang bernama Musa bin ‘Ubaidah, ia adalah seorang perawi yang dha’if.[Lihat Taqriibut Tahdziib [II/226, no. 7015]]Ketiga.Di hadits ‘Amr bin ‘Auf dari jalan Katsir bin ‘Abdillah, dan dari Anas dari jalan Walid bin Muslim yang diriwayatkan oleh Hakim [I/129] dan Imam Ahmad di dalam Musnad-nya, disebutkan bilangan tujuh puluh dua [72] firqah.Akan tetapi sanad hadits ini pun dha’ifun jiddan [sangat lemah], karena di dalam sanadnya ada dua orang perawi di atas.[Taqriibut Tahdziib [II/39, no. 5643], Mizaanul I’tidal [IV/347-348] dan Taqriibut Tahdziib [II/289 no. 7483]]Keempat.Dalam hadits Abu Hurairah, Mu’awiyah, ’Auf bin Malik, ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, Ali bin Abi Thalib dan sebagian dari jalan Anas bin Malik yang diri-wayatkan oleh para imam Ahli Hadits disebut sebanyak tujuh puluh tiga [73] firqah, yaitu yang tujuh puluh dua [72] firqah masuk Neraka dan satu [1] firqah masuk Surga.Dan derajat hadits-hadits ini adalah shahih, sebagai-mana telah dijelaskan di atas.Tarjih:Setelah kita melewati pembahasan di atas, maka da-patlah kita simpulkan bahwa yang lebih kuat adalah yang menyebutkan dengan 73 [tujuh puluh tiga] golongan.Kesimpulan tersebut disebabkan karena hadits-hadits yang menerangkan tentang terpecahnya ummat menjadi 73 [tujuh puluh tiga] golongan adalah lebih banyak sa-nadnya dan lebih kuat dibanding hadits-hadits yang me-nyebut 70 [tujuh puluh], 71 [tujuh puluh satu], atau 72 [tujuh puluh dua].Makna Hadits:Sebagian orang menolak hadits-hadits yang shahih karena mereka lebih mendahulukan akal daripada wahyu, padahal yang benar adalah wahyu yang berupa nash al-Qur-an dan Sunnah yang sah lebih tinggi dan jauh lebih utama dibanding dengan akal manusia. Wahyu adalah ma’shum sedangkan akal manusia tidak ma’shum. Wahyu bersifat tetap dan terpelihara sedangkan akal manusia berubah-ubah. Dan manusia mempunyai sifat-sifat ke-kurangan, di antaranya:Manusia ini adalah lemah, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:Artinya : Dan diciptakan dalam keadaan lemah.” [An-Nisaa’: 28]Dan manusia itu juga jahil [bodoh], zhalim dan sedikit ilmunya, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:â€Å"Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan meng-khianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesung-guhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh.” [Al-Ahzaab: 72]Serta seringkali berkeluh kesah, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:â€Å"Artinya : Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” [Al-Ma’aarij: 19]Sedangkan wahyu tidak ada kebathilan di dalamnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:â€Å"Artinya : Yang tidak datang kepadanya [al-Qur-an] kebathilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Mahabijaksana lagi Mahaterpuji.” [Al-Fushshilat: 42]Adapun masalah makna hadits yang masih musykil [sulit difahami], maka janganlah dengan alasan tersebut kita terburu-buru untuk menolak hadits-hadits yang sahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena betapa banyak-nya hadits-hadits sah yang belum dapat kita fahami mak-na dan maksudnya.Permasalahan yang harus diperhatikan adalah bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui daripada kita. Al-Qur-an dan as-Sunnah yang shahih tidak akan mungkin bertentangan dengan akal manusia selama-lamanya.Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa ummatnya akan mengalami perpecahan dan per-selisihan dan akan menjadi 73 [tujuh puluh tiga] firqah, semuanya ini telah terbukti.Dan yang terpenting bagi kita sekarang ini ialah ber-usaha mengetahui tentang kelompok-kelompok yang binasa dan golongan yang selamat serta ciri-ciri mereka berdasarkan al-Qur-an dan as-Sunnah yang sah dan pen-jelasan para Shahabat dan para ulama Salaf, agar kita ter-masuk ke dalam â€Å"Golongan yang selamat” dan menjauh-kan diri dari kelompok-kelompok sesat yang kian hari kian berkembang.Golongan yang selamat hanya satu, dan jalan selamat menuju kepada Allah hanya satu, Allah Subahanahu wa ta’ala berfirman:Artinya : â€Å"Dan bahwa [yang Kami perintahkan] ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan [yang lain], karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepada-mu agar kamu bertaqwa.” [QS. Al-An’am: 153]Jalan yang selamat adalah jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sha-habatnya.Bila ummat Islam ingin selamat dunia dan akhirat, maka mereka wajib mengikuti jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sha-habatnya.Mudah-mudahan Allah membimbing kita ke jalan se-lamat dan memberikan hidayah taufiq untuk mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sha-habatnya.Wallaahu a’lam bish shawab.[Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M]_________Foote Note[1] Lihat kitab Mishbahuz Zujajah [IV/180]. Secara lengkap perkataannya adalah sebagai berikut: â€Å"Ini merupakan sanad [hadits] yang shahih, para perawinya tsiqah, dan telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad juga dalam Musnad-nya dari hadits Anas pula, begitu juga diriwayatkan oleh Abu Ya’la al-Maushiliy.______________________MARAJI’1. Al-Qur-anul Karim serta terjemahannya.2. Shahih al-Bukhari dan Syarah-nya cet. Daarul Fikr.3. Shahih Muslim cet. Darul Fikr [tanpa nomor] dan tarqim: Muhammad Fuad Abdul Baqi dan Syarah-nya [Syarah Imam an-Nawawy].4. Sunan Abi Dawud.5. Jaami’ at-Tirmidzi.6. Sunan Ibni Majah.7. Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, cet. Daarul Fikr, th. 1398 H.8. Sunan ad-Darimi, cet. Daarul Fikr, th. 1389 H.9. Al-Mustadrak, oleh Imam al-Hakim, cet. Daarul Fikr, th. 1398 H.10. Mawaariduzh Zham-aan fii Zawaa-id Ibni Hibban, oleh al-Hafizh al-Haitsamy, cet. Daarul Kutub al-‘Ilmiyyah.11. Musnad Abu Ya’la al-Maushiliy, oleh Abu Ya’la al-Maushiliy, cet. Daarul Kutub al-‘Ilmiyyah, th. 1418 H.12. Kitaabus Sunnah libni Abi ‘Ashim, oleh Muhammad Nashiruddin al-Albani, cet. Al-Maktab al-Islamy, th. 1413 H.13. Al-Ibanah ‘an Syari’atil Firqatin Najiyah [Ibaanatul Kubra], oleh Ibnu Baththah al-Ukbary, tahqiq: Ridha bin Nas’an Mu’thi, cet. Daarur Raayah, th. 1415 H.14. As-Sunnah, oleh Imam Ibnu Abi ‘Ashim.15. Kitaabusy Syari’ah, oleh Imam al-Ajurry, tahqiq: Dr. ‘Ab-dullah bin ‘Umar bin Sulaiman ad-Damiji, th. 1418 H.16. Al-Jarhu wat-Ta’dil, oleh Ibnu Abi Hatim ar-Raazy, cet. Daarul Fikr.17. Tahdziibut Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqa-lani, cet. Daarul Fikr.18. Taqriibut Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqa-lani, cet. Daarul Fikr.19. Mizaanul I’tidaal, oleh Imam adz-Dzahabi.20. Shahiih at-Tirmidzi bi Ikhtishaaris Sanad, oleh Imam al-Albani, cet. Maktabah at-Tarbiyah al-‘Arabi lid-Duwal al-Khalij, th. 1408 H.21. Silsilatul Ahaadits ash-Shahiihah, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani, cet. Makatabah al-Ma’arif.22. Al-I’tisham, oleh Imam asy-Syathibi, tahqiq: Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaly, cet. II-Daar Ibni ‘Affan, th. 1414 H.23. Syarah Ushul I’tiqad Ahlus Sunah wal Jama’ah, oleh Imam al-Lalikaa-iy, tahqiq: Dr. Ahmad bin Sa’id bin Hamdan al-Ghamidi, cet. Daar Thayyibah, th. 1418 H.24. Al-Hujjah fii Bayaanil Mahajjah, oleh al-Ashbahani, tah-qiq: Syaikh Muhammad bin Rabi’ bin Hadi ‘Amir al-Madkhali, cet. Daarur Raayah, th. 1411 H.25. Ats-Tsiqaat, oleh Imam al-’Ijly.26. Ats-Tsiqat, oleh Imam Ibnu Hibban.27. Al-Kasyif, oleh Imam adz-Dzahaby.28. Silsilatul Ahaadits adh-Dhai’fah wal Maudhuu’ah oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany.29. Shahih Ibnu Majah, oleh Syaikh Muhammad Nashirud-din al-Albany, cetakan Maktabut Tarbiyatul ‘Arabiy lid-Duwalil Khalij, cet. III, thn. 1408 H.30. Mishbahuz Zujajah, oleh al-Hafizh al-Busairy.31. Kasyful Atsaar ‘an Zawaa-idil Bazzar, oleh al-Hafizh al-Haitsami.

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=463&bagian=0


Artikel Kedudukan Hadits Tujuh Puluh Tiga Golongan Umat Islam 2/2 diambil dari http://www.asofwah.or.id
Kedudukan Hadits Tujuh Puluh Tiga Golongan Umat Islam 2/2.

Tidak ada komentar: