Selasa, 17 Juni 2008

SAYYID SABIQ (Ulama Bersahaja, Khadim as-Sunnah)

Kumpulan Artikel Islami

SAYYID SABIQ (Ulama Bersahaja, Khadim as-Sunnah) ”Sayyid Sabiq RAH tidak pernah bosan untukmengingatkan kaum Muslimin akan posisi mereka di tengah umat yang laindan bahwa mereka wajib memegang kendali kehidupan agar bisa menggapaikebahagiaan dan membuat orang lain berbahagia.”

Syaikh Sayyid Sabiq dilahirkan tahun 1915 H di Mesir dan meninggaldunia tahun 2000 M. Ia merupakan salah seorang ulama al-Azhar yangmenyelesaikan kuliahnya di fakultas syari’ah. Kesibukannya dengandunia fiqih melebihi apa yang pernah diperbuat para ulama al-Azharyang lainnya. Ia mulai menekuni dunia tulis-menulis melalui beberapamajalah yang eksis waktu itu, seperti majalah mingguan ‘al-Ikhwan al-Muslimun’.Di majalah ini, ia menulis artikel ringkas mengenai ‘Fiqih Thaharah.’Dalam penyajiannya beliau berpedoman pada buku-buku fiqih hadits yangmenitikberatkan pada masalah hukum seperti kitab Subulussalam karyaash-Shan’ani, Syarah Bulughul Maram karya Ibn Hajar, Nailul Awtharkarya asy-Syaukani dan lainnya.

Syaikh Sayyid mengambil metode yang membuang jauh-jauh fanatismemadzhab tetapi tidak menjelek-jelekkannya. Ia berpegang kepadadalil-dalil dari Kitabullah, as-Sunnah dan Ijma’, mempermudah gayabahasa tulisannya untuk pembaca, menghindari istilah-istilah yangrunyam, tidak memperlebar dalam mengemukakan ta’lil [alasan-alasanhukum], lebih cenderung untuk memudahkan dan mempraktiskannya demikepentingan umat agar mereka cinta agama dan menerimanya. Beliau jugaantusias untuk menjelaskan hikmah dari pembebanan syari’at [taklif]dengan meneladani al-Qur’an dalam memberikan alasan hukum.

Juz pertama dari kitab beliau yang terkenal “Fiqih Sunnah” diterbitkanpada tahun 40-an di abad 20. Ia merupakan sebuah risalah dalam ukurankecil dan hanya memuat fiqih thaharah. Pada mukaddimahnya diberisambutan oleh Syaikh Imam Hasan al-Banna yang memuji manhaj [metode]Sayyid Sabiq dalam penulisan, cara penyajian yang bagus dan upayanyaagar orang mencintai bukunya.

Setelah itu, Sayyid Sabiq terus menulis dan dalam waktu tertentumengeluarkan juz yang sama ukurannya dengan yang pertama sebagaikelanjutan dari buku sebelumnya hingga akhirnya berhasil diterbitkan14 juz. Kemudian dijilid menjadi 3 juz besar. Belaiu terus mengarangbukunya itu hingga mencapai selama 20 tahun seperti yang dituturkansalah seorang muridnya, Syaikh Yusuf al-Qardhawi.

Banyak ulama yang memuji buku karangan beliau ini yang dinilai telahmemenuhi hajat perpustakaan Islam akan fiqih sunnah yang dikaitkandengan madzhab fiqih. Karena itu, mayoritas kalangan intelektual yangbelum memiliki komitmen pada madzhab tertentu atau fanatik terhadapnyabegitu antusias untuk membacanya. Jadilah bukunya tersebut sebagaisumber yang memudahkan mereka untuk merujuknya setiap mengalamikebuntuan dalam beberapa permasalahan fiqih.

Buku itu kini sudah tersebar di seluruh pelosok dunia Islam dandicetak sebagian orang beberapa kali tanpa seizin pengarangnya. Tetapi,ada kalanya sebagian fanatisan madzhab mengkritik buku Fiqih Sunnahdan menilainya mengajak kepada ‘tidak bermadzhab’ yang pada akhirnyamenjadi jembatan menuju ‘ketidak beragamaan.’

Sebagian ulama menilai Sayyid Sabiq bukanlah termasuk penyeru kepada‘tidak bermadzhab’ sekali pun beliau sendiri tidak berkomitmen padamadzhab tertentu. Alasannya, karena beliau tidak pernah mencelamadzhab-madzhab fiqih yang ada dan tidak mengingkari keberadaanya.

Sementara sebagian ulama yang lain, mengkritik buku tersebut danmenilai Syaikh Sayyid Sabiq sebagai orang yang terlalu bebas dan tidakmemberikan fiqih perbandingan sebagaimana mestinya di dalammendiskusikan dalil-dalil naqli dan aqli serta melakukan perbandinganilmiah di antaranya, lalu memilih mana yang lebih rajih [kuat]berdasarkan ilmu. Apa yang dinilai para penentangnya tersebut tidakpada tempatnya. Sebenarnya buku yang dikarang Sayyid Sabiq itu harusdilihat dari sisi untuk siapa ia menulis buku itu. Beliau tidakmenulisnya untuk kalangan para ulama tetapi untuk mayoritas kaumpelajar yang memerlukan buku yang mudah dan praktis, baik dari sisiformat atau pun content [isi].

Di antara ulama yang mengkritik buku tersebut adalah seorang ulamahadits yang terkenal, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani yangkemudian menulis buku ‘Tamaamul Minnah Bitta’liq ‘ala Fiqhissunnah”.Kitab ini ibarat takhrij bagi hadits-hadits yang terdapat di dalambuku fiqih sunnah.

Syaikh Sayyid Sabiq merupakan sosok yang selalu mengajak agar umatbersatu dan merapatkan barisan. Beliau mengingatkan agar tidakberpecah belah yang dapat menyebabkan umat menjadi lemah. Beliau jugamengajak agar membentengi para pemudi dan pemuda Islam dariupaya-upaya musuh Allah dengan membiasakan mereka beramal islami,memiliki kepekaan, memahami segala permasalahan kehidupan sertamemahami al-Qur’an dan as-Sunnah. Hal ini agar mereka terhindar dariperangkap musuh-musuh Islam.

Beliau juga pernah mengingatkan bahwa Israel adalah musuh bebuyutanumat ini yang selalu memusuhi kita secara berkesinambungan. Beliaupernah bertemu dengan salah seorang pengajar asal Palestina yangbercerita kepada beliau, “Suatu kali saya pernah melihat seorangYahudi sangat serius duduk menghafal Kitabullah dan hadits-haditsRasulullah. Lalu saya tanyakan kepadanya, ‘Kenapa kamu melakukan ini.’Ia menjawab, ‘Agar kami dapat membantah kalian dengan argumentasi.Kalian adalah orang-orang yang reaktif dan sangat sensitif, karena itukami ingin mengendalikan lewat sensitifitas kalian itu. Jika kamiberdebat dengan kalian, kami akan menggunakan ayat-ayat dan haditsNabi kalian. Kami juga akan menyebutkan sebagian permisalan dalambahasa Arab yang mendukung permasalahan kami sehingga kalian bertekuklutut terhadap seruan kami dan mempercayai kebenarannya.” [sumber:beberapa situs Islam berbahasa Arab]

Artikel SAYYID SABIQ (Ulama Bersahaja, Khadim as-Sunnah) diambil dari http://www.asofwah.or.id
SAYYID SABIQ (Ulama Bersahaja, Khadim as-Sunnah).

Tidak ada komentar: