Jumat, 23 Mei 2008

Muhammad Bin Sirin

Kumpulan Artikel Islami

Muhammad Bin Sirin “Aku tidak pernah melihat seseorang lebih faqihdalam wara’nya, dan lebih wara’ dalam fiqihnya” [Muriq Al-’Ijly]

Sirin telah ber’azam [bertekad kuat] untuk melengkapi separuh agamanya[alias menikah] setelah Anas bin Malik RA., memerdekakannya dansetelah jobnya sudah bisa menghasilkan banyak keuntungan dan hartayang berlimpah.

Sirin adalah seorang pandai besi yang mahir dan piawai dalam membuatpanci.

Pilihannya telah jatuh pada seorang budak wanita Amirul Mukminin, AbuBakar as-Shiddiq RA., yang bernama Shofiyyah untuk menjadi istrinya.

Shofiyyah adaah budak wanita yang masih muda belia, wajahnya bercahaya,akalnya cerdas, mulia tabiatnya, luhur akhlaknya dan dicintai olehsetiap wanita Madinah yang mengenalnya.

Tidak ada bedanya dalam hal itu antara remaja-remaja putri yang seusiadengannya dan antara ibu-ibu yang sudah berumur namun menganggapnyaselevel dengan mereka dalam hal kecerdasan akal dan keluhuran akhlak.

Di antara wanita-wanita yang paling mengasihinya adalah istri-istriRasul SAW terlebih lagi Sayyidah Aisyah RA.

Sirin datang menghadap Amirul mu’minin, lalu melamar budak wanitanya,shofiyyah.

Sementara Abu Bakar ash-Shiddiq RA segera mencari tahu tentang agamadan akhlak si pelamar layaknya seorang ayah yang amat mengasihi saatmencari tahu kondisi si pelamar anak perempuannya.

Dan itu tidaklah aneh, sebab Shofiyyah bagi dirinya sama posisinyadengan posisi seorang anak bagi ayahnya. Di samping itu, dia adalahamanat yang Allah titipkan di pundaknya.

Lalu Abu Bakar mulai meneliti dengan sangat cermat kondisi Sirin danmenelusuri secara detail riwayat hidupnya.

Karena itu, orang pertama yang beliau tanyai mengenai siapa dirinyaadalah Anas bin Malik RA.

Maka Anaspun berkata kepadanya,

“Nikahkanlah Shofiyyah dengannya wahai Amirul Mukminin, dan engkaujangan khawatir dia akan bertindak kasar terhadapnya. Yang aku ketahuidarinya hanyalah orang yang benar agamanya, mengesankan akhlaqnya dansempurna maruah dan kelelakiannya.

Dia sudah terbina dengan pendidikanku sejak ditawan oleh Khalid binAl-Walid pada perang “’Ain at-Tamr” [Sebuah kawasan yangterletak bagian selatan Kufah, berhasil ditaklukkan Khalid bin al-Walidpada masa kekhilafahan Abu Bakar] bersama empat puluh orang anak-anaklainnya, lalu dia membawa mereka ke Madinah. Kebetulan, Sirin adalahbagianku dan aku merasa beruntung mendapatkannya.”

Akhirnya Abu Bakar ash-Shiddiq RA setuju atas pernikahan Shofiyyahdengan Sirin dan bertekad untuk memperlakukannya secara baiksebagaimana perlakuan baik seorang ayah terhadap anak yang palingdikasihinya. Karena itu, dia mengadakan pesta perkawinan yang meriah,yang amat jarang ada wanita-wanita Madinah kala itu yang bernasib baikseperti ini.

Hadir sebagai undangan pesta pernikahan itu sejumlah besar parapembesar shahabat. Di antara mereka ada sebanyak 18 orang Ahli Badar.Juga turut mendoakannya, penulis wahyu Rasulullah, Ubay bin Ka’b dandiamini doanya oleh para undangan.

Bukan itu saja, bahkan tiga orang Ummahatul Mukminin turut menempelkanwewangian ke badannya dan meriasnya ketika akan dipersandingkan dengancalon suami.

Sebagai buah dari pernikahan yang diberkahi tersebut, lahirlah darikedua orangtua tersebut seorang anak yang sepanjang 20 tahun menjadisalah satu dari bintang para Tabi’in dan tokoh tiada duanya darikalangan kaum Muslimin pada masanya. Dia lah Muhammad bin Sirin.

Mari kita mulai kisah kehidupan seorang Tabi’i yang agung ini darimula pertama.

Muhammad bin Sirin dilahirkan dua tahun menjelang berakhirnyakekhilafahan, Amirul Mukminin, ‘Utsman bin ‘Affan RA.

Dididik di sebuah rumah yang dipenuhi oleh sifat wara’ dan taqwa darisegala sudutnya.

Dan ketika sudah menginjak usia baligh, si anak yang baik pekerti dancerdas ini mendapatkan masjid Rasulullah SAW., disesaki oleh sisa-sisapara shahabat yang mulia dan para senior kalangan Tabi’in seperti Zaidbin Tsabit, Anas bin Malik, ‘Imran al-Hushain, ‘Abdullah bin ‘Umar,‘Abdullah bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin az-Zubair dan Abu Hurairah.

Maka dia pun menyongsong mereka layaknya orang yang haus menyongsongsumber air yang demikian bening. Menimba ilmu Kitabullah, Fiqhuddin [memahamiagama] dan periwayatan hadits dari mereka, sehingga hal itu dapatmengisi akalnya dengan hikmah dan ilmu serta memerisai dirina dengankeshalihan dan kelurusan [berpetunjuk].

Kemudian keluarganya membawa pemuda yang langka ini pindah ke Bashrah,untuk kemudian menjadi tempat menetap mereka. Ketika itu, Bashrahmasih merupakan kota yang baru dibuka. Kaum Muslimin berhasilmembukanya pada akhir-akhir kekhilafahan ‘Umar, al-Faruq, RA.

Pada masa itu, Bashrah masih merupakan kota yang mewakilikarakteristik umat Islam. Ia merupakan pangkalan militer tentara kaumMuslimin yang berperang di jalan Allah. Ia merupakan pusat pengajarandan penyuluhan bagi orang-orang dari penduduk Iraq dan Persia yangmasuk Islam. Ia adalah potret masyarakat Islam yang bekerja keras didalam beramal untuk dunia seakan hidup selama-lamanya dan beramaluntuk akhirat seakan-akan kematian menjelang esok hari.

Di dalam menempuh hidupnya yang baru di Bashrah, Muhammad bin Sirinmengambil dua cara yang berimbang dan transparan: pertama, memfokuskanpada separuh harinya untuk menimba ilmu dan beribadah. Kedua,memperuntukkan sebagiannya lagi untuk mencari rizki dan berbisnis.

Bila fajar telah menyingsing dan dunia telah memancarkan cahayaRabb-nya, beliau berangkat ke masjid untuk mengajar dan belajar hinggabila matahari sudah naik, beliau beranjak dari masjid menuju pasaruntuk berjual-beli.

Bilamana malam telah tiba dan sudah mengibar tabir untuk menyelimutialam semesta, beliau berbaris di Mihrab rumahnya, merundukkan tulangpunggung guna mengulang juz-juz al-Qur’an dan menangis karena takutkepada Allah dengan linangan air mata kedua mata dan hatinya.Sampai-sampai keluarga dan para tetangga dekatnya merasa kasihanterhadapnya lantaran seringnya mereka mendengar tangisanya yang seakanmemutus urat nadi hati.

Sekalipun biasa berkeliling ke pasar pada siang hari untukberjual-beli, namun beliau senantiasa mengingatkan manusia akanakhirat dan membuka mata mereka akan fitnah dunia. Beliau biasabercerita kepada mereka dengan cerita menarik dan membimbing merekakepada hal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah serta memutuskanperkara yang diperselisihkan di antara mereka.

Terkadang dalam satu dan lain kesempatan, beliau bercerita kepadamereka dengan cerita yang enak didengar sehingga mampu menghapuskankeburaman jiwa mereka tanpa harus mengurangi kewibawaan dan keagungancitra beliau di sisi mereka.

Allah telah menganugerahi beliau sebagai sosok penuntun dan geliatAhli kebajikan serta mengaruniai beliau sebagai orang yang dapatditerima dan punya pengaruh.

Manakala orang-orang yang tengah tenggelam dalam suasana dan lalaikebetulan melihat beliau di pasar, mereka jadi tersadar lantasmengingat Allah, bertahlil dan bertakbir.

Riwayat hidup yang beliau praktikkan merupakan tuntuan yang baik bagimanusia. Tiadalah dua hal yang dihadapinya di dalam perniagaannyakecuali beliau akan mengambil mana di antara keduanya yang lebihmenambat dirinya dengan agamanya sekalipun mengakibatkan kerugianduniawi bagi dirinya.

Pemahamannya yang detail terhadap rahasia-rahasia agama dan kebenaranpandangannya terhadap hal mana yang halal dan haram terkadangmendorongnya untuk mengambil sebagian sikap yang tampaknya aneh bagimanusia.

Salah satunya adalah kisah seorang laki-laki yang menuduhnya punyahutang kepadanya sebanyak dua dirham secara dusta, namun beliaumenolak untuk memberikannya.

Lalu laki-laki itu berkata kepadanya, “Anda bersedia untuk bersumpah.”Sementara orang itu mengira bahwa beliau tidak akan bersumpah karenahanya uang dua dirham saja.

“Ya, aku bersedia.” Jawabnya sembari bersumpah setelah itu.

Maka orang-orang pun berkata kepadanya, “Wahai Abu Bakar! Apakah kamuakan bersumpah juga untuk uang yang hanya dua dirham itu.”

“Ya, aku akan bersumpah. Sebab, aku tidak ingin memakan hal yang haramsementara aku tahu bahwa ia haram.” Katanya.

Majlis yang diisi oleh Ibn Sirin adalah majlis kebajikan dan penuhdengan wejangan. Bila disinggung nama seseorang yang berbuat kejahatandi sisinya, beliau langsung mengingatkan orang itu dengan penyelesaianyang dia tahu itu adalah terbaik baginya.

Bahkan, suatu ketika beliau mendengar ada salah seorang yang mencacimaki al-Hajjaj [bin Yusuf ats-Tsaqafy, salah seorang penguasa BaniUmayyah yang amat tirani. Para sejarawan banyak memuat kisahkebengisan, kekejaman dan kebiadabannya] sepeninggalnya, maka diamenyongsong orang tersebut sembari berkata kepadanya,

“Diam, wahai saudaraku!!!. Sebab al-Hajjaj sudah berpulang ke Rabb-nya.Sesungguhnya dosa paling hina yang engkau lakukan akan engkau dapatkanketika menghadap Tuhanmu lebih berat bagimu ketimbang dosa palingbesar yang dilakukan al-Hajjaj. Masing-masing kalian akan sibuk dengandirinya sendiri. Ketahuilah, wahai anak saudaraku, bahwa Allah pastiakan membalaskan kezhaliman yang dilakukan al-Hajjaj untuk orang-orangyang pernah dizhaliminya. Demikian pula, Dia akan membalaskankezhaliman yang dilakukan oleh mereka untuknya. Jadi, janganlah sekali-kaliengkau menyibukkan dirimu dengan mencaci-maki siapapun.”

Bila ada orang yang berpamitan kepadanya untuk suatu perjalanan bisnis,beliau selalu berpesan kepadanya,

“Bertakwalah kepada Allah, wahai anak saudaraku! Carilah rizkiditakdirkan kepadamu dengan cara yang halal. Ketahuilah bahwa jikaengkau mencarinya tanpa cara yang halal, niscaya kamu tidak akanmendapatkannya lebih banyak dari apa yang telah ditakdirkan kepadamu.”

Muhammad bin Sirin memiliki catatan sejarah yang dapat dibuktikan danamat masyhur di dalam menghadapi penguasa Bani Umayyah dimana beliauberani mengucapkan kebenaran dan dengan ikhlash memberikan nasehatbagi Allah, Rasul-Nya serta para pemimpin kaum Muslimin.

Di antara contohnya, kisah ‘Umar bin Hubairah al-Fazary, salah seorangtokoh besar Bani Umayyah dan penguasa kawasan Iraq yang mengirimkansurat untuk mengundangya berkunjung kepadanya. Maka, beliaupun datangmenjumpainya bersama anak saudaranya.

Tatkala beliau datang, sang penguasa ini menyambungnya dengan hangat,memberikan penghormatan untuk kedatangannya, meninggikan tempatduduknya serta menanyakannya seputar beberapa masalah agama dan dien,kemudian berkata kepadanya,

“Bagaimana kondisi penduduk negerimu saat engkau meninggalkannya,wahai Abu Bakar.”

“Aku tinggalkan mereka dalam kondisi kezhaliman meraja lela terhadapmereka dan kamu lalai terhadap mereka.” Katanya. Karena ucapan ini,anak saudaranya memberikan isyarat dengan pundaknya. Lalu beliaumenoleh ke arahnya sembari berkata, “Engkau bukanlah orang yang kelakakan dipertanyakan tentang mereka tetapi akulah orang yang akandipertanyakan itu. Ini adalah persaksian, siapa yang menyembunyikannya,maka hatinya berdosa.” [dengan mengutip untaian ayat 283 surat al-Baqarah]

Ketika pertemuan itu bubar, ‘Umar bin Hubairah mengucapkan selamatberpisah kepadanya dengan perlakuan yang sama saat menyambutnya, yaitudengan penuh kehangatan dan penghormatan.

Bahkan dia memberikannya sebuah kantong berisi uang 3000 dinar, namunIbn Sirin tidak mengambilnya.

Karena penolakan itu, anak saudaranya berkata kepadanya,

“Apa sih yang menyebabkanmu tidak mau menerima pemberian Amir.”

“Dia memberiku karena baik sangkanya terhadapku. Jika aku benartermasuk orang-orang yang baik sebagaimana sangkaannya, maka tidaklahpantas bagiku untuk menerimanya. Bila aku tidak seperti yangdisangkanya itu, maka adalah lebih pantas lagi bagiku untuk tidakmembolehkan menerima itu.”

Sudah menjadi kehendak Allah untuk menguji ketulusan dan kesabaranMuhammad bin Sirin. Karena itu, Dia mengujinya dengan ujian yang biasadihadapi oleh orang-orang beriman.

Di antaranya, bahwa suatu hari beliau membeli minyak secara kreditdengan harga 40.000 dinar. Tatkala dia membuka salah satu tutupanwadah minyak yang terbuat dari kulit itu, dia mendapatkan seekor tikuryang mati dan sudah membusuk. Beliau berkata di dalam hatinya,“Sesungguhnya semua minyak ini berasal dari satu tempat penyaringan.Najis yang ada bukan hanya ada di dalam satu wadah ini saja. Jika, akukembalikan kepada si penjual karena alasan ada aibnya, barangkali sajadia akan menjualnya lagi kepada orang lain.” Kemudian beliaumenumpahkan semuanya.

Hal itu terjadi di saat beliau mengalami kerugian besar sehinggadililit hutang. Ketika pemilik minyak itu menagih uangnya, beliautidak dapat mengembalikannya.

Maka, masalah itupun diadukan kepada penguasa di sana yang lalumemerintahkan agar mengurung beliau hingga mampu membayar hutangtersebut.

Ketika berada di penjara dan mendekam di situ beberapa lama, sipirpenjaga penjara merasa kasihan terhadapnya karena mengetahui betapakemapanan ilmu agamanya, kewara’annya yang amat berlebihan sertaibadahnya yang demikian panjang. Maka berkatalah sipir itu kepadanya,

“Wahai tuan guru, bilamana sudah malam, silahkan engkau kembali kekeluargamu dan bermalamlah bersama mereka. Bila sudah pagi, makakembalilah ke sini. Teruslah demikian hingga engkau dibebaskan.”

Beliau menjawab,

“Demi Allah, hal ini tidak akan pernah aku lakukan.”

“Kenapa Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu.” Tanya sipir

“Yah, hingga aku tidak terlibat dalam bertolong-tolong ataspengkhiatan terhadap penguasa negeri ini.”

Ketika Anas bin Malik RA., dekat ajalnya, dia berwasiat agar yangmemandikan dan mengimami shalat atasnya adalah Muhammad bin Sirin yangsaat itu masih di penjara.

Tatkala Anas wafat, orang-orang mendatangi penguasa itu danmemberitakannya perihal wasiat shahabat Rasulullah SAW., dan Khadim-nyatersebut, lalu mereka meminta izinnya agar membiarkan Muhammad binSirin ikuat bersama mereka untuk merealisasikan wasiat itu, maka sangpenguasa pun mengizinkannya.

Lantas berkatalah Muhammad bin Sirin kepada mereka,

“Aku tidak akan keluar hingga kalian meminta izin juga kepada situkang minyak sebab aku dipenjara hanya karena ada hutang yang akuharus bayar kepadanya.” Maka si tukang minyakpun mengizinkannya juga.

Ketika itulah, beliau keluar dari penjara, kemudian memandikan danmengkafani Anas RA. Setelah itu, dia kembali ke penjara sebagaimanabiasanya dan tidak sempat menjenguk keluarganya sendiri.

Muhammad bin Sirin mencapai usia 77 tahun. Tatkala kematianmenjemputnya, dia mendapatkan dirinya sudah enteng karena tidakmemikul beban duniawi lagi namun memiliki bekal yang banyak untukkehidupan setelah kematian.

Hafshoh bintu Rasyid yang merupakan salah seorang wanita ahli ‘ibadahbercerita,

“Adalah Marwan al-Mahmaly tetangga kami. Dia seorang ahli ibadah danpegiat dalam berbuat ta’at. Ketika dia wafat, kami sedih luar biasa.Di dalam tidur aku bermimpi melihatnya, lalu aku bertanya kepadanya,

‘Wahai Abu ‘Abdillah, apa yang diperbuat Rabbmu terhadapmu.’

‘Dia telah memasukkanku ke dalam surga.’jawabnya

‘Lalu apa lagi.’ Tanyaku

‘Lalu aku dinaikkan untuk bertemu Ash-habul Yamin [Golongan kanan,ahli surga].’jawabnya lagi

‘Kemudian apa lagi.’ Tanyaku lagi

‘Kemudian aku dinaikkan lagi untuk bertemu al-Muqarrabun [Generasiawal].’ Jawabnya lagi

‘Siapa saja yang engkau lihat ada di sana.’ Tanyaku lagi

‘Ada al-Hasan al-Bashary dan Muhammad bin Sirin…’ Jawabnya.

CATATAN:

Sebagai bahan tambahan mengenai biografi Muhammad bin Sirin, silahkanmerujuk:

1. ath-Thabaqât al-Kubra karya Ibnu Sa’d, Jld.III:385; IV:333;VI:27; VII:11,19,154 dan VIII: 246 dan halaman-halaman lainnya.

2. Shifah ash-Shafwah karya Ibnu al-Jauzy, Jld.III:241-248.

3. Hilyah al-Auliyâ` karya al-Ashfahâny, Jld.II:263-282.

4. Târîkh Baghdad karya al-Khathîb al-Baghdâdy, Jld.V:331.

5. Syadzarât adz-Dzahab, Jld.I:138-139.

6. Wafayât al-A’yân karya Ibnu Khalakân, Jld.III:321-322.

7. al-Wafayât karya Ahmad bin Hasan bin Ali bin al-Khathîb,h.109.

8. Al-Wâfy Bi al-wafayat karya ash-Shafady, Jld.III:146.

9. Thabaqât al-Huffâzh, Jld.III:9.

Artikel Muhammad Bin Sirin diambil dari http://www.asofwah.or.id
Muhammad Bin Sirin.

Tidak ada komentar: