Senin, 07 Juli 2008

SAID IBN JUBAIR (Saat Sang Tirani, al-Hajjaj AkanMengeksekusinya, Ia Tersenyum Penuh Kemenangan)

Kumpulan Artikel Islami

SAID IBN JUBAIR (Saat Sang Tirani, al-Hajjaj AkanMengeksekusinya, Ia Tersenyum Penuh Kemenangan) “Said ibn Jubair telah terbunuh, dan tidak adaseorang pun di muka bumi yang tidak membutuhkan ilmunya” [Ahmadibn Hanbal]

Ia adalah seorang pemuda yang bertubuh kekar, berperawakan sempurna,cekatan, gesit dan rajin. Disamping itu ia adalah seorang yang pandai,cerdas, getol terhadap hal-hal mulia dan jauh dari yang haram.

Berkulit hitam, rambut keriting serta garis keturunan dari Habasyahbukanlah alasan untuk mencela kepribadiannya yang langka dan tiadabanding walaupun masih belia.

Pemuda yang berasal dari Habsyah namun loyal kepada bangsa Arab ini,mengetahui bahwa ilmu adalah jalannya yang lurus yang akanmenghantarnya kepada Allah.

Dan bahwa ketakwaan merupakan jalannya yang terbentang untuk mencapaisurga. Maka, ia menjadikan takwa di sebelah kanannya dan ilmu disebelah kirinya dan mengikat kedua tangannya dengannya.

Dengan takwa dan ilmu ia bertolak menghabiskan perjalanan hidup tanpaputus asa dan rasa jemu.

Semenjak kecil, orang-orang telah melihatnya entah itu dengan berkutatdi depan kitabnya [untuk] belajar...atau berdiri di mihrab [untuk]beribadah. Dialah potret indah kaum muslimin di masanya...dialah Saidibn Jubair RA.

Pemuda yang bernama Said ibn Jubair telah menimba ilmu dari sekelompoksahabat-sahabat besar seperti Abu Said al-Khudri, ‘Adiy ibn Hatimath-Thaa’i, Abu Musa al-Asy’ari, Abu Hurairah ad-Dausi, Abdullah ibnUmar dan Ummul Mukminin ‘Aisyah -semoga Allah meridlai merekaseluruhnya-.

Hanya saja gurunya yang terbesar dan pengajarnya yang agung adalahAbdullah ibn Abbas, ‘alimnya umat Muhammad serta samudra ilmunya yangmelimpah luas.

Said ibn Jubair mengikuti Abdullah Ibnu Abbas sebagaimana bayangansesuatu yang selalu menempel. Ia belajar al-Qur’an dan tafsir sertahadits dan detailnya dari beliau.

Ia juga memperdalam agama dan belajar tafsir kepadanya, ia mempelajaribahasa sehingga sangat menguasainya. Hingga begitu ia pergi tidak adaseorang pun di muka bumi dari penduduk zamannya kecuali pasti akanmembutuhkan ilmunya.

Ia kemudian berkeliling di negeri-negeri muslimin untuk mencari

ma’rifah [pengetahuan] beberapa saat lamanya.

Setelah sempurna apa yang ia inginkan dari ilmu. Ia memilih Kufahsebagai rumah dan tempat tinggalnya. Di situ, ia menjadi pengajar danimam bagi masyarakatnya.

Ia menjadi Imam pada bulan Ramadlan. Pada satu malam ia membaca dengan

Qiraa’at [cara baca al-Qur’an] ala Abdullah ibn Mas’ud*...padamalam yang lain dengan Qira’at ala Zaid ibn Tsabit**...dan pada malamyang ketiga dengan Qiraa’at yang lainnya, demikianlahseterusnya.

Apabila ia shalat sendiri, mungkin dalam satu shalat ia membacaseluruh al-Qur’an [sampai khatam 30 juz]. Apabila melewati firmanAllah AWJ, [artinya] “Kelak mereka akan mengetahui. Ketika belenggudan rantai di pasang di leher mereka, seraya mereka diseret ke dalamair yang sangat panas, kemudian mereka di bakar dalam api”

[QS.Ghafir:70-72], atau melewati ayat-ayat yang semisalnya yang berisijanji dan ancaman, maka berdirilah bulu kuduknya, hancur hatinya danbercucuranlah air matanya. Kemudian ia selalu saja memulai danmengulanginya lagi hingga hampir membuatnya mati.

Ia terbiasa mengadakan perjalanan ke Baitul Haram dua kali tiap tahun...sekalidi bulan Rajab berihram untuk umrah dan sekali di bulan Dzul Qa’dahberihram untuk haji. Adalah para penuntut ilmu serta pencari kebaikandan nasehat berdatangan ke Kufah agar mereka bisa minum darisumber-sumber air Said ibn Jubair yang memancar segar...Dan agarmereka bisa menciduk petunjuknya yang lurus.

Ini si fulan bertanya kepadanya tentang khosy-yah [rasa takut],apakah itu, Ia menjawabnya, “Khosy-yah adalah kamu takutkepada Allah AWJ hingga rasa takutmu menjadi penghalang antara dirimudengan maksiat kepada-Nya.”

Dan fulan yang lain bertanya kepadanya tentang dzikir, apa itu Makaia menjawab, “Dzikir adalah taat kepada Allah AWJ, barangsiapa yangmenghadap kepada Allah dan mentaati-Nya, maka ia telah berdzikirkepada-Nya dan barangsiapa yang berpaling dari-Nya dan tidakmentaati-Nya, maka ia tidak berdzikir kepada-Nya walaupun iamenghabiskan malam harinya dengan bertasbih dan tilawah.”

Adalah Kufah ketika dijadikan oleh Said ibn Jubair sebagai rumahtinggalnya tunduk di bawah pemerintahan Hajjaj ibn Yusuf ats-Tsaqofy.Dimana al-Hajjaj ketika itu adalah gubernur Irak, wilayah timur dannegeri Maa Wara’ an-Nahr [Asia Tengah]. Ketika itu ia dudukmenikmati puncak kekuasaannya. Dan itu setelah ia berhasil membunuhAbdullah ibn az-Zubair*** dan menumpas gerakannya...dan menundukkanIrak kepada kesultanan Bani Umayyah serta memadamkan api pergolakan [revolusi]yang terjadi di sana sini...Juga ia selalu mempergunakan pedang untukmembabat leher manusia [yang menentangnya]...

Ia menyebarkan rasa takut di seluruh penjuru negeri, sehinggahati-hati manusia dipenuhi dengan rasa takut dan ngeri terhadaprenggutannya [siksanya].

Kemudian Allah berkehendak agar terjadi perselisihan antara al-Hajjajibn Yusuf ats-Tsaqafi dengan Abdurrahman ibn al-Asy’ats salah seorangpembesar panglimanya. Dan [Allah berkehendak] untuk membalikperselisihan tersebut menjadi sebuah fitnah yang melumat segala yanghijau dan yang kering serta meninggalkan luka yang dalam di tubuh KaumMuslimin.

Di antara cerita dari fitnah tersebut adalah bahwa al-Hajjaj mengutusIbnu al-Asy’ats bersama pasukannya untuk memerangi “Ratbiil” rajaTurki yang menguasai beberapa daerah yang terletak di seberangSijistan****.

Maka sang panglima pemberani yang selalu sukses ini memerangi sebagianbesar dari negeri “Ratbiil” dan menguasai benteng-benteng yang kuatdari negerinya. Ia memperoleh ghanimah [harta rampasan perang,penj.] yang banyak dari kota-kota dan desa-desanya. Kemudian iamengirim utusan kepada al-Hajjaj menyampaikan kabar gembira kemenanganyang besar, dan mereka membawa seperlima ghanimah untukdisimpan di gudang Baitul Mal Muslimin. Ia juga menulis surat untuknyayang berisi permintaan ijinnya untuk berhenti berperang beberapa waktuguna menguji tempat-tempat masuk negeri dan tempat-tempat keluarnyaserta mempelajari tabiat dan keadaannya. Dan yang demikian itu sebelummemasuki jalan-jalan gunungnya yang sepi dan majhul serta [sebelum]pasukan yang menang menghadapi bahaya.

Maka al-Hajjaj marah kepadanya...

Ia [al-Hajjaj] mengirim surat kepadanya dan mengatainya sebagaiseorang pengecut dan lemah. Ia juga memperingatkannya dengankehancuran dan kebinasaan dan mengancam akan memecatnya dari [jabatan]panglima pasukan.

Maka, Abdurrahman mengumpulkan para tentarannya dan para komandopletonnya. Ia membacakan surat al-Hajjaj kepada mereka sertabermusyawarah tentangnya.

Mereka mengajaknya untuk melakukan khuruuj [pemberontakan]terhadapnya dan bersegera untuk melepaskan ketaatan kepadanya.

Abdurrahman berkata kepada mereka, “Apakah kalian akan membaiatku atashal tersebut dan bersama-sama membantuku untuk berjihad [menghadapinya]sehingga Allah mensucikan negeri Irak dari kejahatannya.”

Para tentara lantas membaiatnya atas seruan terebut.

Abdurrahman ibn al-Asy’ats bergerak bersama pasukannya yang telahdipenuhi kebencian terhadap al-Hajjaj. Terjadilahpertempuran-pertempuran sengit antara dirinya dengan pasukan Ibn Yusufats-Tsaqofi, dimana kemenangan gemilang dapat diraihnya. Maka,sempurnalah penguasaannya terhadap Sijistan dan sebagian besar negeriPersia. Kemudian ia mulai melangkah ingin merebut Kufah dan Bashrahdari genggaman al-Hajjaj.

Di saat api pertempuran berkobar antara dua kelompok, dan Ibn al-Asy’atsselalu berpindah dari satu kemenangan kepada kemenangan lain, al-Hajjajtertimpa musibah yang menjadikan lawannya menjadi bertambah kuat.

[Ceritanya demikian], bahwa para wali kota mengirim surat kepada al-Hajjajyang isinya, “Bahwa Ahli dzimmah [Yahudi dan Nasrani yang hidupdi antara kaum muslimin dan berada dalam dzimmah [pertanggungan] Allahdan Rasul-Nya] mulai masuk Islam agar mereka terbebas dari membayar

Jizyah [pajak yang dibayar oleh ahlu dzimmah ], dan mereka telahmeninggalkan desa-desa yang mereka bekerja padanya dan menetap dikota-kota. Dan bahwa kharaaj [pajak bumi] telah lepas [hilang]dan pungutan-pungutan telah habis.”

Maka, al-Hajjaj menulis surat kepada para walinya di Bashrah dan yanglainnya. Ia memerintahkan mereka untuk mengumpulkan seluruh orang yangberpindah ke kota dari Ahli dzimmah...dan mengembalikan merekake desa-desa walaupun perpindahannya membutuhkan waktu yang lama.

Para wali melasanakan perintah tersebut dan mereka mengeluarkan jumlahyang banyak dari rumah-rumah mereka, dan menjauhkan mereka darisumber-sumber rizki serta mengumpulkan mereka di ujung kota.

Mereka juga mengeluarkan para wanita dan anak-anak...dan mendorongmereka untuk berjalan menuju desa setelah beberapa saat lamanya merekaberpisah dengannya.

Mulailah para wanita, anak-anak dan orang tua menangis, menjerit,meminta tolong dan memanggil-manggil “Wahai Muhammad [tolonglah]...wahaiMuhammad [tolonglah]...”

Mereka dibikin bingung atas apa yang mereka perbuat dan kemanakahmereka akan pergi

Para Fuqaha dan Qurra [ahli ibadah dan zuhud dan hafalqur’an] Bashrah keluar untuk menolong mereka dan memberikan syafaat,namun mereka tidak mampu. Mulailah mereka ikut menangis karenatangisan mereka, dan mereka memohon pertolongan atas apa yang menimpamereka.

Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Abdurrahman ibn al-Asy’ats, iamenyeru para Fuqaha dan Qurra untuk membantunya.

Sekelompok dari para pembesar tabi’in dan imam muslimin memenuhiseruannya, dan di barisan paling depan ada Said ibn Jubair danAbdurrahman ibn Abi Laila [salah seorang pembesar tabi’in ],asy-Sya’bi [salah seorang fuqoha tabi’in dan penyair serta cendekiawanmereka yang sangat langka], Abu al-Bukhturi [Seorang tabi’in ahliibadah dan zuhud ] dan yang lainnya.

Berputarlah roda pertempuran antara kedua kelompok. Pada mulanyakemenangan ada pada pihak Ibn al-Asy’ats atas al-Hajjaj dan paratentaranya.

Kemudian mulailah al-Hajjaj mengungguli sedikit demi sedikit, sehinggaIbn al-Asy’ats menderita kekalahan yang begitu memilukan dan larimenyelamatkan dirinya sendiri. Adapun pasukannya, maka merekamenyerahkan diri kepada al-Hajjaj dan bala tentaranya.

Al-Hajjaj memerintahkan juru bicaranya untuk menyeru di antara paraprajurit yang mengalami kekalahan dan mengajak mereka untukmemperbaharui bai’at kepadanya.

Sebagian besar dari mereka memenuhi seruan tersebut dan sebagian lagimenolak. Adalah Said ibn Jubair RA di antara orang yang menolak.

Tatkala orang-orang yang menyerah mulai maju untuk membaiatnya,tiba-tiba mereka di kejutkan dengan sesuatu yang tidak pernah merekaduga.

Al-Hajjaj mulai berkata kepada salah satu dari mereka, “Apakah kamubersaksi atas dirimu, bahwa kamu telah kafir dengan

membatalkan baiat terhadap wali Amirul Mukminin”

Apabila ia menjawab “ya”, maka ia menerima pembaharuan baiatnya danmembebaskannya, dan bila ia menjawab “tidak”, maka ia membunuhnya.

Sebagian dari mereka tunduk kepadanya dan mengakui kekufuran atasdirinya untuk meyelamatkan dirinya dari pembunuhan.

Dan sebagian lainnya merasa berat dan mengingkarinya. Sehingga, iamembayar keengganannya dan pengingkarannya dengan leher sebagaitebusannya.

Berita pembantaian yang mengerikan ini telah menyebar, dimana telahterbunuh sekian ribu orang karenanya. Dan sekian ribu dari merekaselamat setelah mereka mengakui kekufuran atas dirinya.

Dan di antaranya pula...ada seorang lelaki tua renta dari kabilah “Khots’am”,ia tidak berpihak kepada salah satu dari kedua kelompok tersebut...iatinggal di seberang sungai Eufrat [sungai yang membentang antaraSuriyah dan Irak ].

Ia diseret kehadapan al-Hajjaj bersama orang-orang yang diseretkepadanya. Tatkala ia dimasukkan menghadapnya, al-Hajjaj bertanyatentang keadaannya. Ia menjawab, “Semenjak api pertempuran berkobaraku selalu saja menyepi/menyendiri di seberang sungai ini. Akumenunggu apa yang akan disingkap oleh pertempuran ini, tatkala engkauyang muncul dan menang, aku datang kepadamu untuk berbaiat.”

“Celaka engkau...apakah engkau hanya duduk saja menunggu tanpa ikutberperang bersama amirmu [pemimpinmu]!” kata al-Hajjaj.

Kemudian ia [al-Hajjaj] menghardiknya seraya berkata, “Apakah kamubersaksi atas dirimu dengan kekufuran”

Ia menjawab, “Seburuk-buruk orang adalah aku bila aku beribadah kepadaAllah selama delapan puluh tahun, kemudian setelah itu aku bersaksikekufuran atas diriku.”

“Kalau demikian aku akan membunuhmu” kata al-Hajjaj.

Ia menjawab, “Apabila engkau membunuhku...maka demi Allah umurku tidaktersisa kecuali hanya sebatas kesabaran keledai menahan haus [waktuyang singkat, penj.]...ia minum di pagi hari dan di sore harinya mati...danaku sedang menunggu kematian pagi dan sore hari, maka lakukanlah apayang kamu kehendaki.”

“Penggal lehernya” perintah al-Hajjaj kepada algojonya.

Sang algojo lantas memenggal lehernya. Tidak ada seorang pun di majlistersebut dari para pengikut al-Hajjaj atau dari orang-orang yangmemusuhinya kecuali mengagungkan syaikh yang lanjut usia tadi, danmerasa iba serta kasihan kepadanya.

Kemudian al-Hajjaj memanggil Kamil ibn Ziyad an-Nakha’i dan berkatakepadanya, “Apakah kamu bersaksi kekufuran atas dirimu”

“Demi Allah aku tidak akan bersaksi” jawabnya.

“Kalau demikian aku akan membunuhmu” kata al-Hajjaj.

Ia menjawab, “Laksanakan apa yang menjadi keputusanmu...sesungguhnyawaktu untuk pertemuan antara kita adalah di sisi Allah [di hari kiamat]...dansetelah pembunuhan ada hisab.”

Al-Hajjaj berkata kepadanya, “Hujjah pada saat itu akan menjadibumerang atas dirimu bukan menjadi penolongmu.”

Ia menjawab, “Itu apabila kamu adalah Qadli-nya saat itu.”

“Bunuhlah ia” perintahnya.

Ia kemudian dimajukan dan dibunuh.

Kemudian dihadapkan kepadanya orang lain lagi. Ia sangat membencinyadan sangat ingin membunuhnya di sebabkan atas apa yang sampaikepadanya bahwa orang tersebut meremehkannya...ia lantas mendahuluinyadengan berkata, “Sungguh aku melihat seseorang di hadapanku yang akutidak menyangkanya akan bersaksi kekufuran atas dirinya.”

Orang tersebut berkata, “Engkau jangan menjerumuskanku dalamkehancuran dan menipuku atas diriku. Aku adalah penduduk bumi yangpaling kafir dan lebih kafir dari Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak [tentarayang banyak].”

Al-Hajjaj kemudian membebaskannya padahal ia sangat ingin membunuhnya.

Berita pembantaian yang menyeramkan itu telah tersebar, dimana sekianribu muslimin yang teguh dalam pendirian dibantai disana...dan sekianribu yang lainnya selamat dari pembantaian tersebut, mereka adalahorang-orang yang dipaksa untuk mensifati diri mereka dengan kekufuran.

Sehingga Said ibn Jubair merasa yakin bahwa apabila ia berada dihadapan al-Hajjaj ia akan berada dalam dua pilihan tidak ada pilihanketiga, yaitu ia akan dipenggal lehernya atau ia harus mengakuikekufuran atas dirinya. Kedua pilihan tersebut bagaikan buah simalakama...maka, ia memilih untuk keluar dari negeri Irak dan menjauh[bersembunyi] dari pengkaungan. Ia terus berjalan di bumi Allah yangluas, bersembunyi dari al-Hajjaj dan mata-matanya, hingga ia bernaungdi sebuah desa kecil di tanah Mekkah.

Ia terus berada dalam keadaan tersebut genap sepuluh tahun lamanya.Waktu yang cukup untuk memadamkan api al-Hajjaj yang menyala dalamdadanya, dan cukup untuk menghilangkan kedengkian yang ada padadirinya terhadapnya.

Hanya saja yang terjadi tidak pernah di perkirakan oleh siapapun...yaitudatangnya seorang gubernur baru dari para wali Bani Umayyah...iaadalah “Khalid ibn Abdullah al-Qosri.”

Para sahabat Said ibn Jubair merasa takut dalam hatinya dari [kejahatan]nyakarena mereka mengetahui keburukan perilakunya dan memprediksikankeburukan pada kedua tangannya.

Sebagian dari mereka datang kepada Said seraya berkata kepadanya,“Sesungguhnya orang ini [Khalid ibn Abdullah al-Qosri] telah datang keMekkah, demi Allah kami merasa tidak aman dengan keberadaanmu...perkenankanlahpermintaan kami dan keluarlah dari negeri ini.”

Ia menjawab, “Demi Allah, aku telah lari hingga aku merasa maluterhadap Allah. Aku telah ber’azm untuk tetap tinggal di tempat ini...biarlahAllah berbuat apa yang Dia kehendaki kepadaku.”

Khalid tidaklah mendustakan prasangka buruk yang di prasangkakanmanusia kepadanya. Begitu mengetahui keberadaan Said ibn Jubair, iasegera mengutus beberapa orang dari pasukannya dan memerintahkanmereka untuk menggiringnya dalam keadaan terborgol kepada al-Hajjaj dikota “Wasith”*****.

Para pasukan mengepung rumah syaikh dan segera memborgol kedua tangansyaikh dengan disaksikan oleh para sahabatnya.

Mereka mengumumkan kepadanya untuk segera berangkat menuju al-Hajjaj,ia pun menerimanya dengan jiwa tenang dan hati yang tenteram.

Ia kemudian menoleh kepada para sahabatnya dan berkata, “Aku tidakmelihat diriku kecuali akan terbunuh di tangan orang dzalim itu [al-Hajjaj].Sungguh dulu aku pernah bersama dua sahabatku berada di suatu malamsedang beribadah, kami merasakan manisnya doa. Kami memanjatkan doakepada Allah dengan doa kami, kami merendahkan diri kepada-Nya denganapa yang Allah kehendaki untuk kami merendahkan diri. Kemudian kamimemohon kepada Allah agar menuliskan syahadah [mati syahid] kepadakami. Dan sungguh Allah telah menganugerahkannya kepada dua sahabatku,dan tinggallah aku sendirian menunggunya.”

Belum selesai ia berbicara hingga putri kecilnya muncul dan melihatnyaterborgol, sedangkan para tentara menggiringnya. Ia pun bergelayutpadanya dan mulai menangis sesenggukan.

Maka syaikh menjauhkannya dengan lembut dan berkata kepadanya,“Katakan kepada ibumu wahai putri kecilku, “Sesungguhnya tempatpertemuan kita adalah surga Insya Allah ta’ala.”

Kemudian ia beranjak pergi...

Para tentara sampai di kota “Wasith” bersama imam yang ‘alim, ‘abid [ahliibadah], zuhud, bertakwa, suci lagi wara’. Mereka membawanya masukkepada al-Hajjaj.

Setelah ia berada di hadapannya, dengan pengkaungan penuh kedengkiania [al-Hajjaj] bertanya kepadanya, “Siapa namamu”

“Said ibn Jubair” jawab syaikh.

“[Bahkan namamu] Syaqiy ibn Kusair******“ bentak al-Hajjaj.

Syaikh menjawab, “Ibuku lebih tahu tentang namaku dari pada kamu.”

“Apa yang kamu katakan tentang Muhammad” tanya al-Hajjaj.

“Maksudmu Muhammad ibn Abdullah SAW!” tanya syaikh.

“Ya” jawab al-Hajjaj.

Syaikh menjawab, “Ia adalah Sayyid [pemimpin] anak Adam,seorang Nabi yang terpilih, sebaik-baik manusia yang tersisa dansebaik-baik manusia yang telah lewat...Ia memberikan nasehat untukAllah, kitab-Nya, dan [untuk] kaum muslimin yang awam dan khusus.”

“Apa yang kamu katakan tentang Abu Bakar” tanya al-Hajjaj.

Syaikh menjawab, “Ia adalah ash-Shiddiq, khalifah Rasulullah SAW, iatelah pergi [wafat] dengan terpuji dan hidup bahagia...ia berjalan diatas Manhaj [jalan hidup] Nabi SAW. Ia tidak merubahnya dantidak menggantinya.”

“Apa yang kamu katakan tentang Umar” tanya al-Hajjaj.

Syaikh menjawab “Ia adalah al-Faaruq yang dengannya Allah memisahkanantara yang haq dan bathil. Ia adalah pilihan Allah dan Rasul-Nya, iatelah berjalan di atas manhaj dua sahabatnya [yaitu Rasulullah dan AbuBakar], ia hidup dengan terpuji dan terbunuh secara syahid.”

“Apa yang kamu katakan tentang Utsman” tanya al-Hajjaj.

Syaikh menjawab, “Dialah yang telah menyiapkan bekal pasukan perangTabuk...Ia yang menggali [membeli, penj.] sumur Ruumah*******...iayang telah membeli sebuah rumah di surga untuk dirinya...ia menantuRasulullah SAW [yang menikahi] dua putrinya. Nabi telah menikahkannyadengan wahyu dari langit. Dan dia telah terbunuh dengan cara yangdzalim.”

“Apa yang kamu katakan tentang Ali” tanya al-Hajjaj lagi.

Syaikh menjawab, “Ia adalah misan Rasulullah SAW dan orang yangpertama kali memeluk Islam dari kalangan pemuda...Ia suami dariFathimah yang suci...Ayah al-Hasan dan al-Husain dua orang Sayyid[pemimpin] pemuda penduduk surga.”

Al-Hajjaj bertanya lagi, “Siapakah khalifah Bani Umayyah yang palingkamu kagumi”

“Ia adalah orang yang paling diridlai oleh khaliqnya” jawab syaikh.

“[Lalu] siapakah yang paling diridlai oleh sang khaliq” tanya al-Hajjaj.

Syaikh menjawab, “Ilmu tentang hal itu ada di sisi Allah yangmengetahui rahasia dan bisikan mereka.”

Al-Hajjaj bertanya, “Apa yang kamu katakan tentang aku.”

“Kamu lebih tahu tentang dirimu sendiri” jawab syaikh.

“Tetapi aku ingin tahu komentarmu” kata al-Hajjaj.

“Kalau demikian, itu akan membuatmu sedih dan tidak membuatmu gembira”kata syaikh.

“Aku harus mendengarnya darimu” kata al-Hajjaj.

Syaikh menjawab, “Sungguh aku mengetahui bahwa kamu menyelisihi kitabAllah ta’ala...Kamu melakukan perkara-perkara yang kamu mengharapkanwibawa darinya, [namun sebenarnya] ia menjerumuskanmu ke dalamkebinasaan dan mendorongmu ke dalam neraka.”

Al-Hajjaj berkata, “Sungguh demi Allah aku akan membunuhmu.”

“Kalau demikian maka kamu merusak duniaku dan aku merusak akhiratmu”kata syaikh.

“Pilihlah pembunuhan yang kamu kehendaki untuk dirimu” kata al-Hajjaj.

“Pilihlah sendiri olehmu wahai al-Hajjaj...Demi Allah tidaklah kamumembunuhku dengan suatu pembunuhan kecuali Allah akan membunuhmudengan cara yang sama di akhirat” kata syaikh.

Al-Hajjaj berkata, “Apakah kamu ingin aku mengampunimu”

“Ampunan hanyalah dari Allah ta’ala...adapun kamu tidak ada ampunandan udzur darimu” jawab al-Hajjaj.

[Mendengar jawaban tersebut] murkalah al-Hajjaj, dan ia berkata,“Ambillah pedang dan karpet [alas] wahai anak-anak!.”

Said tersenyum, maka berkatalah al-Hajjaj kepadanya, “Apa yangmembuatmu tersenyum.”

“Aku sungguh heran terhadap kelancanganmu atas Allah dan [heran] ataskesabaran Allah atas dirimu” jawab syaikh.

“Bunuhlah ia wahai pengawal” perintahnya.

Syaikh lalu menghadap kiblat dan membaca, “Aku menghadapkan dirikukepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan cenderungkepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yangmempersekutkan Tuhan [QS. al-An’am: 79].”

“Palingkan wajahnya dari kiblat” perintah al-Hajjaj.

Syaikh kemudian membaca, “Maka kemanapun kamu menghadap di situlahwajah Allah.” [QS. al-Baqarah: 115]

“Telungkupkan dia ke tanah” perintahnya lagi.

Syaikh membaca, “Dari bumi [tanah] itulah Kami menjadikan kamu dankepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akanmengeluarkan kamu kali yang lain [QS. Thaahaa: 55].”

Al-Hajjaj berkata, “Sembelihlah musuh Allah, aku tidak melihatseseorang yang sangat kuat hafalannya terhadap al-Qur’an daripadadirinya.”

Said mengangkat kedua telapak tangannya dan berdoa, “Ya Allahjanganlah Engkau menguasakan al-Hajjaj kepada siapapun sepeninggalku.”

Tidak lebih dari lima belas hari setelah kematian Said ibn Jubairhingga al-Hajjaj terserang demam, dan sakitnya terus bertambah parah.Ia tertidur sebentar kemudian terbangun kembali...Apabila ia tertidursesaat, ia terbangun dengan perasaan takut seraya berteriak, “Ini Saidibn Jubair mendatangiku dan mencekik leherku...ini Said ibn Jubairberkata, “Mengapa kamu membunuhku!.”

Ia lantas menangis dan berkata, “Ada apa denganku dan dengan Said ibnJubair! Singkirkan Said ibn Jubair dariku.”

Setelah ia meninggal dan di kubur, sebagian orang melihatnya dalammimpi, ia berkata kepadanya, “Apa yang telah Allah perbuat kepadamupada orang-orang yang telah kamu bunuh wahai al-Hajjaj”

Ia menjawab, “Allah membunuhku dengan setiap orang satu kalipembunuhan, dan [Allah] membunuhku dengan [kematian] Said ibn Jubairsebanyak tujuh puluh kali pembunuhan”.

CATATAN KAKI:

* Abdullah ibn Mas’ud, ia adalah seorang sahabat yang berkhidmahkepada Rasulullah SAW. Ia orang yang pertama kali menjaharkan[mengeraskan] al-Qur’an. Lihat kitab “Shuwar min hayatis shahabah”oleh penulis

** Zaid ibn Tsabit adalah seorang sahabat yang termasuk pencatatwahyu. Ia orang yang di dahulukan dalam hal qiro’ah, qadla [peradilan]dan fatwa. Lihat kitab “Shuwar min hayatis shahabah” oleh penulis

*** Abdullah ibn az-Zubair ibn al-‘Awwam di bai’at sebagai khalifah,kemudian al-Hajjaj menumpasnya.

**** Sijistan adalah wilayah yang terletak antara Iran dan Afghanistan

***** Washit adalah kota yang terletak antara Bashrah dan Kufah.Dinamakan Washit karena lataknya yang di washat [tengah-tengahnya].Jaraknya lima puluh mil dari kedua kota tersebut

****** Ia menamai syaikh dengan nama tersebut karena Said berartiorang yang bahagia dan Jubair berarti yang menambal atau menutupi.Sedangkan Syaqiy berarti orang yang sengsara dan Kusair berarti pecah.Ia menamainya demikian karena kedengkiannya kepada syaikh â€"penj

******* Sumur Ruumah adalah sumur di ‘Aqiq Madinah Munawwarah yangtelah dibeli oleh Utsman ibn ‘Affan dengan harga seratus unta dan iashadaqahkan kepada kaum muslimin

SUMBER:

Sebagai tambahan tentang Said bin Jubair, lihat:

1. ath-Thabaqatul Kubra oleh Ibn Sa’d: 6/256

2. az-Zuhd oleh Ahmad ibn Hanbal: 370

3. Thabaqat al-Fuqoha oleh asy-Syiraazi: 82

4. al-Bidayah wan Nihayah: 9/96-97

5. Tarikh al-Bukhari: 3/461

6. Wafayaatul A’yaan: 2/371

7. Tarikhul Islam: 4/2

8. Tadzkiratul Huffadz: 1/71

9. al-‘Ibar Fi Akhbaar Man Ghabar: 1/112

10. Akhbarul Qudlat: 2/411

11. al-‘Aqduts Tsamiin: 4/549

12. an-Nujumuz Zaahirah: 1/228

13. Thabaqatul Mufassirin: 1/181

14. Syadzaratudz Dzahab: 1/108

Artikel SAID IBN JUBAIR (Saat Sang Tirani, al-Hajjaj AkanMengeksekusinya, Ia Tersenyum Penuh Kemenangan) diambil dari http://www.asofwah.or.id
SAID IBN JUBAIR (Saat Sang Tirani, al-Hajjaj AkanMengeksekusinya, Ia Tersenyum Penuh Kemenangan).

Tidak ada komentar: