Senin, 26 Mei 2008

Imam ath-Thahawi (Ulama Pemurni Tauhid)

Kumpulan Artikel Islami

Imam ath-Thahawi (Ulama Pemurni Tauhid) Nama Dan Nasabnya

Beliau adalah Imam Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad bin Salamah bin AbdilMalik al-Azdy al-Mishri ath-Thahawi.

Al-Azdy adalah qabilah terbesar Arab, suku yang paling masyhur, danpaling banyak furu’ [cabang suku] nya. Juga merupakan bagian dariqabilah Qahthaniyah, dinasabkan kepada al-Azdi bin al-Ghauts bin Malikbin Zaid bin Kahlan.

Beliau adalah Qahthani dari sisi bapaknya dan adnani dari sisi ibunyakarena ibunya seorang Muzainah, yakni saudara al-Imam al-Muzannishahabat imam Syari’i.

Dan termasuk seorang Hajri, saudara sepupu dari al-Azdi, yakni Hajrbin Jaziilah bin Lakhm, yang disebut Hajr al-Azdi, supaya berbedadengan Hajr Ru’ain.

Dan ath-Thahawi dinasabkan pada Thaha sebuat desa di Sha’id Mesir.

Lahirnya Dan Zamannya

Mengenai kelahiran Imam Thahawi tahun 239 H, maka seperti yangdiriwayatkan Ibnu Yunus muridnya yang kemudian diikuti oleh sebagianbesar orang yang menulis riwayat hidupnya dan inilah yang besar.Memang ada yang menyatakan beliau lahir tahun 238 H, dan bahkan adayang menyatakan tahaun 229 H. Ini tentu saja suatu tahrif [kekeliruan]penulisan, yang kemudian dikutip beberapa orang tanpa merujuk kembalikepada kitab lainnya.

Disepakati para ulama bahwa beliau wafat tahun 321 H, kecuali Ibn an-Nadimyang menyatakan beliau wafat tahun 322 H.

Imam athThahawi adalah sezaman dengan para imam ahli Huffazh parapengarang/penyusun enam buku induk hadits [al-Kutub as-Sittah], danbersama-sama dengan mereka dalam riwayat hadits. Umur beliau ketikaimam Bukhari wafat adalah 17 tahun, ketika imam Muslim wafat iaberumur 22 tahun, ketika imam Abu Dawud wafat ia berumur 36 tahun,ketika imam Tirmidzi wafat berumur 40 tahun dan ketika Nasa’i wafat iaberumur 64 tahun, dan ketika imam Ibnu Majah wafat ia berumur 34 tahun.

Asal Muasalnya

Adalah beliau rahimahullah bermula dari rumah yang berlingkunganilmiah dan unggul. Bapaknya, Muhammad bin Salaamah adalah seorangcendekiawan ilmu dan bashar dalam syi’ir dan periwayatannya. Sedangkanibunya termasuk dalam Ash-haab asy-Syafi’i yang aktif dalam majlisnya.Kemudian pamannya adalah imam al-Muzanni, salah seorang yang palingfaqih dari Ash-haab asy-Syafi’i yang banyak menyebarkan ilmunya.

Sebagian besar menduga bahwa dasar kecendekiawanannya adalah di rumah,yang kemudian lebih didukung dengan adanya halaqah ilmu yang didirikandi masjid Amr bin al-‘Ash. Menghafal al-Qur’an dari Syeikhnya, AbuZakaria Yahya bin Muhammad bin ‘Amrus, yang diberi predikat: “Tidakada yang keluar darinya kecuali telah hafal al-Qur’an.” Kemudianbertafaquh [belajar mendalami agama-red.,] pada pamannya â€"al-Muzanni,dan sami’a [mendengar] darinya kitab Mukhtasharnya yang bersandar padailmu Syafi’i dan makna-makna perkataannya. Dan beliau adalah orangpertama yang belajar tentang itu. Ia juga menukil dari pamannya ituhadits-hadits, dan mendengar darinya periwayatan-periwayatannya dariSyafi’i tahun 252 H. Beliau juga mengalami masa kebesaran pamannya,al-Muzanni. Pernah bertamu dengan Yunas bin Abdul A’la [264 H], Bahrabin Nashrin [267 H], Isa bin Matsrud [261 H] dan lain-lainnya.Semuanya adalah shahabat Ibn Uyainah dari kalangan ahlu Thabaqat.

Pindah Madzhab Dari Syafi’i Ke Hanafi

Ketika umurnya mencapai 20 tahun, ia meninggalkan madzhab yang telahia geluti sebelumnya yakni madzhab Syafi’i ke madzhab Hanafi dalambertafaqquh, disebabkan beberapa faktor:

1. Karena beliau menyaksikan bahwa pamannya banyak menelaahkitab-kitab Abi Hanifah.

2. Tulisan-tulisan ilmiah yang ada, yang banyak disimak para tokohmadzhab Syafi’i dan madzhab Hanafi.

3. Tashnifat [karangan-karangan] yang banyak dikarang oleh keduamadzhab itu yang berisi perdebatan antara kedua madzhab itu dalambeberapa masalah. Seperti karangan al-Muzanni dengan kitabnya al-Mukhtasharyang berisi bantahan-bantahan terhadap Abi Hanifah dalam beberapamasalah.

4. Banyaknya halaqah ilmu yang ada di masjid Amr bin al-‘Ashtetangganya mengkondisikan beliau untuk memanfaatkannya dimana di sanabanyak munasyaqah [diskusi] dan adu dalil dan hujjah dari parapesertanya.

5. Banyak syeikh yang mengambil pendapat dari madzhab Abi Hanifah,baik dari Mesir maupun Syam dalam rangka menunaikan tugasnya sebagaiqadli, seperti al-Qadli Bakar bin Qutaibah dan Ibnu Abi Imran sertaAbi Khazim.

Akan tetapi perlu diketahui bahwa perpindahan madzhabnya itu tidaklahbertujuan untuk mengasingkan diri dan mengingkari madzhab yang iatinggalkan, karena hal ini banyak terjadi di kalangan ahli ilmu ketikaitu yang berpindah dari satu madzhab ke madzhab lainnya tanpameningkari madzhab sebelumnya. Bahkan pengikut Syafi’i yang palingterkenal sebelumnya adalah seorang yang bermadzhab Maliki, dandiantara mereka ada yang menjadi syeikhnya [gurunya] ath-Thahawi.Tidak ada tujuan untuk menyeru pada ‘ashabiyah [fanatisme-red.,] atautaklid, tetapi yang dicari adalah dalil, kemantapan, dan hujjah yanglebih mendekati kebenaran.

Syuyukh [Para Guru] Beliau

1. Al-Imam al-‘Allaamah, Faqihul Millah, ‘Alamuz Zuhad, Isma’il binYahya bin Isma’il bin ‘Amr bin Muslim al-Muzanni al-Mishri. Salah satusahabat Syafi’i yang mendukung madzhabnya, wafat tahun 264 H.Karangannya antara lain al-Mukhtashar, al-Jami’ al-Kabir, al-Jami’ash-Shaghir, al-Mantsur, al-Masa-il al-Mu’tabarah, Targhib fil ‘Ilmi,dan lain-lainnya. Ia adalah orang pertama yang dinukilkan haditnyaoleh ath-Thahawi, dan kepadanya belajar di bawah madzhab Syafi’i,menyimak dari beliau juga kitab Mukhtasharnya serta kumpulanhadits-hadits Syafi’i.

2. Al-Imam al-‘Allaamah, syaikhul Hanafiyah, Abu Ja’far Ahmad bin AbiImran Musa bin Isa al-Baghdadi al-Faqih al-Muhaddits al-Hafizh, wafattahun 280 H. Beliau disebut sebagai lautan ilmu, disifatkan sangatcerdas dan kuat hafalannya, banyak meriwayatkan hadits denganhafalannya. Dan beliau adalah seorang yang paling berpengaruh atasath-Thahawi dalam madzhab Abi Hanifah. Adalah ath-Thahawi sangatmembanggakan gurunya ini dan banyak meriwayatkan hadits-hadits daribeliau.

3. Al-Faqih al-‘Allamah Qadli al-Qudlat Abu Khazim Abdul Hamid binAbdil Aziz as-Sakuuni al-Bishri kemudian al Baghdadi al-Hanafi.Menjabat Qadli di Syam, Kufah dan Karkh, Baghdad. Dan dipuji selamamenjalankan jabatannya. Ath-Thahawi belajar kepada beliau ketikamenjadi tamu di Syam tahun 268 H. Beliau menguasai madzhab Ahlul Iraqhingga melampaui guru-gurunya. Seorang yang tsiqah, patuh pada dien,dan wara’. Seorang yang ‘alim, paling piawai dalam beramal dan menulis,cendekia disertai watak pemberani, sangat dewasa dan cerdik, pandaimembuat permisalah untuk memudahkan akal. Wafat tahun 292 H.

4. Al-Qadli al Kabir, al-‘allaamah al-Muhaddits Abu Bakrah Bakkar binQutaibah al-Bishri, Qadli al-Qudlat di Mesir, wafat tahun 270 H.Seorang yang ‘alim, faqih, muhaddtis, mempunyai kedudukan yangterhormat, dan agung, bila dalam kebenaran tidak takut celaan orangyang mencela, zuhud, shaleh dan istiqamah. Imam Thahawi bertemu denganbeliau ketika ia masih seorang pemuda, menyimak dari beliau, banyakpengaruhnya atas dirinya. Banyak mengambil riwayat dari beliau, danbanyak menimpa dari beliau ilmu Hadits serta tidak pernah absen darimajlisnya ketika mendiktekan hadits.

5. Al-Qadli al-‘Allaamah al-Muhaddtis ats Tsabit, Qadli al Qudlat, AbuUbaid Ali bin al Husain bin Harb Isa al Baghdadi, salah seorangshahabat Syafi’i, wafat tahun 319 H. Sangat piawai dalam Ulumul Qur’andan hadits, sangat pendai dalam masalah ikhtilaf dan ma’ani sertaqiyas fashih, berakal, lemah lembut, suka menyatakan kebenaran.

6. Al-Imam al-Hafizh ats-Tsabit, Abu Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib binAli bin Sinan bin Bahr al-Khurrasani an Nasa’i, wafat tahun 303 H.Berkata Dzahabi: “Beliau adalah orang yang paling piawai dalam haditsdan ‘ilal. Dan rijalnya dari Muslim dan dari Abi Dawud dan dari AbiIsa [at-Turmudzi-red.,]. Dan beliau adalah tetangga dengan ImamBukhari dan Abu Zur’ah di masa tuanya.

7. Al-Imam Hafizh, syaikhul Islam, Abu Musa Yunus bin Abdul A’laShadari al-Mishri, wafat tahun 264 H. Belajar pada Syafi’i, membacaal-Qur’an pada Warsy, shahabat Nafi’, menyimak hadits dari Syafi’i,Sufyan bin Uyainah, dan Abdullah bin Wahab dan mengumpulkannya.Termasuk orang yang termasyhur dalam keadilannya dan ulama’ dizamannya di Mesir, ditsiqahkan oleh Nasa’i.

8. Al-Imam al-Muhaddits al-Faqih al-Kabir, Abu Muhammad ar Rabi’ binSulaiman al-Muradiy al-Mishri. Seorang shahabat Syafi’i dan mewarisiilmunya. Wafat tahun 270 H. Banyak hadits yang diriwayatkan daribeliau, panjang umurnya, masyhur namanya, banyak menimba ilmu darinyapara ashabul hadits, syaikh yang sangat disukai, menghabiskan umurnyadalam ilmu dan menyebarkannya, akan tetapi beliau tergolong seoranghufazh [ahli menghafal, maka dikatakan oleh Nasa’i: Laa ba’sa bihi].

9. Syaikhul Imam ash-Shadiq, Muhaddits Syam, Abu Zur’ah Abdurrahmanbin amr bin Abdullah bin Shafwan bin Amr an-Nashri ad-Dimasyqi. Wafattahun 281 H. Seorang yang tsiqah, shaduq. Mempunyai karangan mengenaiTarikh Dimasyq.

10. Al-Imam al-Hafizh al-Mutqin, Abu Ishaq Ibrahim bin Abi DawudSulaiman bin Dawud al-Azdi al-Kufi asli, lahirnya di Syria, danrumahnya di al-Barlusi. Wafat tahun 270 H. Disifatkan oleh Ibnu Yunasbahwa beliau salah seorang hufazh al-Mujawwidin, tsiqah dan tsabit.

11. Al-Hafidz Abu Bakr Ahmad bin Abdullah bin al-Barqi. Wafat tahun270 H. Menyimak dari Amr bin Abi Salmah dan thabaqatnya, mempunyaikarangan tentang mengenal shahabat dan termasuk seorang hufazh yangmutqin.

12. Al-Hafizh al-Hujjah, Abu Ishaq Ibrahim bin Marzuq al-Bishri,menjadi tamu di Mesir. Wafat tahun 270 H. Berkata Nasa’i, “Periwayatyang diterima haditsnya [Shalih]”. Berkata Ibnu Yunas: “Tsiqah, tsabit”.

13. Al-Imam al-Hujjah, Abu Ishaq Ibrahim bin Munqidz bin Isa al-KhaulaniMaulahum al-Mishri al-‘Ushfuri, wafat tahun 269 H. Berkata Abu Sa’idbin Yunas: “Beliau tsiqah ridla”.

14. Al-Imam al-Muhaddits ats-Tsiqah, Abu Abdullah Bahr bin Nashr binSabiq al-Khaulani maulahum al-Mishri, wafat tahun 267 H. DitsiqahkanAbi Hatim dan Yunus bin Abdul A’la, dan Ibnu Khuzaimah.

15. Al-Hafizh ats-Tsabit, Abu Ali al-Husain bin Ma’arik al-Baghdadi,suami saudara perempuan al Hafidz Ahmad bin Shalih, menjadi tamu diMesir. Wafat tahun 261 H. Berkata Ibnu Yunus: “ Tsiqah, tsabit”.

16. Ar-Rabi’ bin Sulaiman al-Azdi maulahum, al-Mishri al-Jiizi al-A’raj.Wafat tahun 256 H. Berkata ibnu Yunus: “Tsiqah”.

17. Abu Ja’far Abdul Ghani bin Rifa’ah bin Abdul Malik al-Lakhmi al-Mishri.Wafat tahun 255 H. Meriwayatkan dari beliau Abu Dawud, Ibrahim binMatawaih al-Ashbahani dan Abu Bakar bin Abi Dawud.

18. Al-Imam al-Hafizh ash-Shaduq Abul Hasan Ali bin Abdul Aziz al-Baghawi.Syaikh al-Haram al-Makki, mushannif kitab Al Musnah. Wafat tahun 280H. Berkata Daruquthni: “Tsiqah, terpercaya”

19. Al-Imam al-Faqih al-Muhaddits Abu Musa Isa bin Ibrahim bin Matsradal-Ghafiqi maulahum, al-Mishri. Seorang sandaran yang tsiqah. Wafattahun 261 H. Berkata Nasa’i: “Laa ba’sa”. Dan berkata Maslamah binQasim: “Tsiqah”.

20. Al-Imam al-Muhaddits ats-Tsiqah, syaikhul Haram, Abu Ja’farMuhammad bin Isma’il bin Salim al Qurasyi al-‘Abbasi maulaal Mahdi AlBaghdadi menjadikan tamu di Makkah. Wafat tahun 276 H. Berkata IbnuAbi Hatim: “Shaduq”.

21. Al-Imam syaikhul Islam, Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah binAbdul hakim bin A’yah bin Laits al-Mishri al-Faqih. Cendekiawan negeriMesir di zamannya bersama al-Muzanni. Wafat tahun 268 H. Berkata IbnuKhuzaimah: “Aku belum pernah melihat orang yang lebih pandai darikalangan fuqaha’ tentang perkataan para shahabat dan tabi’in dariMuhammad bin Abdullah bin Abdul Hakim, dan merupakan orang yang palingalim di kolong bumi dengan madzhab Maliki.” Berkata Abi Hatim: “IbnuAbdul hakim tsiqah, shaduq, seorang fuqaha Mesir dari madzhab Maliki”.

22. Al-Imam al-Hafizh al-Mujawwid Abu Bakar Muhammad bin ali bin Dawudbin Abdullah al-Baghdadi, menjadi tamu di Mesir. Dikenal dengansebutan Ibnu Ukhti Ghazaal. Berkata Yunus: “Seorang penghafal haditsdan memahaminya. Seorang yang tsiqah, hasan haditsnya”. Wafat tahun264 H.

23. Al-Imam al-‘Allaamah al-Hafizh, syaikhul Baghdad, Abu BakarAbdullah bin sulaiman bin al-Asy’ats as-Sajistaani, wafat tahun 316 H.Mengarang as-Summah, al-Mashaahif, Syari’ah al-Muqaari’, Nasikh walMansukh, al-Ba’ts dan lainnya. Seorang yang faqih, alim dan hafizh.

24. Al-Imam al-Muhaddits al-Adl, Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Sulaimanbin Rabi’ah bin ash-Shaiqah ‘Allaan al-Mishri. Wafat tahun 317 H.Seorang yang tsiqah, banyak meriwayatkan hadits, salah seorang yangterkenal adil.

25. Al-Iman al-Hafizh al-Baari’, Abu Bisyrin Muhammad bin Ahmad binHammad bin Sa’id bin Muslim al-Anshari ad-Duulabi. Wafat tahun 310 H.Beliau adalah pengarang kitab al-Kunniy wal Asma’. Berkata Daruquthni:“banyak digunjingkan, tidak jelas perkaranya kecuali beliau adalahseorang yang baik”.

26. Al-Iman al-Kabir al-Hafizh ats-Tsiqah, Abu Zakaria Yahya binZakaria bin Yahya an-Naisaburi al-A’raj. Wafat tahun 307 H. BerkataIbnu Yunus: “Seorang hafizh, terhormat dan mulia”.

27. Al-‘Allaamah al-Hafizh al-Akhbaari, Abu Zakaria Yahya bin Utsmanbin Shalih bin Shafwan as-Sahmi al-Mishri. Wafat tahun 282 H. BerkataIbnu Yunus: “Seorang alim dengan ahbar Mesir, dan tentang meninggalkanulama, penghafal hadits, dan meriwayatkan hadits yang tidak ditemukandi orang lain”.

28. Al-Imam ats-Tsiqah al-Musannid, Abu Yazid Yusuf bin Yazid binKamil bin Hakim al-Umawi maulahum al-Qurathisi. Wafat tahun 287 H.Seorang yang alim, banyak meriwayatkan hadits, pemberani, panjang umurdan pernah melihat Syafi’i.

29. Al-Imam al-Hafizh al-Mujawwid ar-Rahhal, Abu Umayyah Muhammad binIbrahim bin Muslim al-Baghdadi, kemudian ath-Thurasusi, menjadi tamudi ThuTharsusi dan menjadi muhadditsnya di sana, pengarang Al Musnaddan mempunyai beberapa mushannifat. Wafat tahun 273 H.

30. Al-Imam al-‘Allaamah al-Mutqin, al-Qadli al-Kabir, Abu Ja’farAhmad bin Ishaq bin Buhlul bin hasan an-Tanwikhi al-Anbari, al-Faqihal-Hanafi. Wafat tahun 318 H.

31. Al-Imam al-Hafizh al-Mujawwid, Abu Ha’far Ahmad bin Sinan bin Asadbin Hibban al-Wasithi al-Qaththan. Wafat tahun 258 H. Berkata AbiHatim: “Beliau seorang imam di zamannya, seorang yang tsiqah shaduq”.

32. Al-Imam al-Hafizh ats-Tsabit Syaikhul Waqti Abu Bakar Ja’far binMuhammad bin al-Hasan bin al-Mustafaadl al-Firyaabi al-Qadli. Wafattahun 301 H. Berkata Khuthaib al-Baghdadi: “Tsiqah, hujjah, gudangilmu”.

33. Rauh bin Farj Abu Zinba’ bin Farj bin Abdirrahman al-Qaththanmaulanan Zubair bin al-‘Awwam. Wafat tahun 282 H. Seorang alim, faqihdi madzhab Maliki, seorang yang paling tsiqah di zamannya danmeninggikannya dengan ilmu, mempunyai riwayat dalam qira’ah dari,Ashim Yahya bin Sulaiman al-Ju’fi. Adalah imam Thahawi mengambilqira’ah dari huruf demi huruf, dari Yahya bin Sulaiman al-Ju’ri, dariAbi Bakar bin ‘Iyasy, dari ‘Ashim bin Bahdalah Abi an-Nujud, sepertiyang ia nyatakan dalam kitabnya ini juz I hal 227 dan 263.

34. Mahmud bin Hasan an-Nahwi Abu Abdullah. Wafat tahun 272 H. BerkataIbnu Yunus dalam Tarikh Mishri: “Seorang ahli nahwu, ahli tajwid,meriwayatkan dari Abul Malik bin Hisyam dari Abi Zaid dari Abi Amr binal-‘Ala.

35. Al-Walid bin Muhammad at-Tamimi an-Nahwi, yang termasyhur dengansebutan Wullaad. Wafat tahun 263 H. Seorang ahli nahwu, ahli tajwid,tsiqah, berasal dari Bashrah.

Sifat-Sifatnya

Adalah ath-Thahawi rahimahullah seorang hafizh [penjaga dan penghafal]kitab Allah, yang mengerti hukum-hukumnya dan maknanya, dan terhadapatsar dari shahabat dan tabi’in terhadap tafsir ayat-ayatnya, asbabunnuzulnya. Mempunyai wawasan yang menakjubkan dengan ilmu qira’ah.Penghafal hadits, luas jangkauan pengenalannya terhadap thuruq [jalan-jalan]hadits, matan, illah dan ahwalnya, rijal-rijalnya, banyak menelaahmadzhab para shahabat dan tabi’in serta para imam yang mepat yangdiikuti dan para imam mujtahid yang lain. Seperti Ibrahim an-Nakha’i,Utsman al-Batti, Auza’i, ats-Tsauri, Laits bin Sa’d, Ibnu Syubrumah,Ibnu Abi Laila dan al-Hasan bin Hay. Sangat piawai dalam ilmu Syurutdan Watsaiq. Seorang yang sangat jeli dalam membahas suatu masalah.Tidak bertaklid pada seorangpun, tidak dalam masalah ushul [pokok],dan tidak dalam masalah furu’. Beliau berputar bersama kebenaran yangberdasar pada ijtihadnya. Mengikuti manhaj salaf dalam aqidah. Danatas manhaj ini pula beliau mengarang kitab aqidah yang masyhur [yakniAqidah ath-Thahawiyah, pen.]. Sangat memperhatikan apa yang beliaudengan dalam majelis ilmu, dan kemudian diulangi kembali setelahselesai majlis, mengklasifikasikan secara rinci riwayat-riwayat yangia terima dan menyusunnya dalam mushannafnya. Sifat inilah yangmengantarkannya untuk menyusun mushannafat yang banyak menurut babnya.Dan beliau adalah seorang yang lapang dada, baik akhlaqnya, baik dalampergaulan, bertindak tanduk sopan, memberi nasehat para pemimpin,dengan penuh tawadlu’, dekat dengan para qadli dan ahli ilmu,menghadiri halaqah ilmu dan menukil riwayat dari sana. Orang-orangyang berbeda pendapat dan sependapat dengan beliau mengakuikewara’annya dan kezuhudannya, lemah lembut terhadap keluarga, jauhdari rasa ragu-ragu. Ketsiqahan ulama pada beliau mencapai puncaknyaketika Abu Ubaid bin Harbawaih â€" salah seorang shahabat Syafi’imengakui keadilannya dan menerima syafa’atnya.

Ath-Thahawi Seorang Imam Mujtahid

Ath-Thahawi telah belajar madzhab Syafi’i kepada pamannya al-Muzanni,kemudian mempelajari madzhab Hanafi, dan tidak berta’ashub pada salahseorang imam pun. Akan tetapi memilih perkataan yang ia anggap palingbenar berdasarkan kekuatan dalilnya. Dan jika salah seorang imammenyamai pendapatnya maka disebabkan kesamaan yang berdasarkan dalildan hujjah, tidak karena taklid. Keadaannya seperti keadaan para ulamasemasanya, yang tidak ridla dengan taklid. Tidak kepada ahli hapalhadits dan tidak pula kepada para ulama fiqih. Berkata Ibnu Zaulaq:“Aku mendengar Abu hasan Ali bin Abi Ja’far ath-Thahawi berkata: Akumendengar bapakku berkata dan disebutkan keutamaan Abi Ubaid binharbawaih dan fiqihnya lalu berkata: Ketika itu ia mengingatkan akudalam satu masalah. Maka aku jawab masalah itu. Tetapi beliau berkatakepadamu: Bagaimana ini, kenapa memakai perkataan Abu Hanifah Makaaku katakan kepadamu: Wahai Qadli, apakah setiap perkataan yangdiucapkan Abu Hanifah aku katakan juga Beliau berkata: Aku tidakmengira engkau kecuali seorang muqallid [suka mengikuti saja]. Akujawab: Apakah ada orang yang bertaklid kecuali orang yang berta’ashub[fanatik buta] Beliau menambahi: Atau orang yang bodoh Berkata: Makamenjadilah kalimat ini masyhur di Mesir hingga semacam menjadi pameoyang dihafal manusia.

Dan tidak ada yang menghalanginya untuk berijtihad karena beliau telahmenguasai ilmu perangkatnya. Beliau adalah seorang hafidz. Luastelaahnya, dalam pemahamannya, luas cakrawala tsaqafahnya, ahli dalammengenali hadits dan periwayatannya, piawai dalam mencari illat haditsserta mahir dalam ilmu fiqih dan bahasa Arab.

Berkata Imam al-Laknawi dalam al-Fawaid al-Bahiyah hal. 31; Bahwa ImamThahawi mempunyai derajat yang tinggi dan urutan yang mulia. Banyakmenyelisihi shahibul madzhab [pendiri madzhab] dalam masalah ushulmaupun masalah furu’. Barang siapa yang menelaah kitab Syarh Ma’anilAtsar dan karangan-karangannya yangn lain maka akan mendapati bahwabeliau banyak menyelisihi pendapat yang dipilih para pemimpinmadzhabnya jika yang mendasari pendapatnya itu sangat kuat. Yang benarbeliau adalah salah seorang mujtahid, akan tetapi manusia tidakbertaklid kepada beliau. Tidak dalam furu’ maupun dalam ushul, karenamereka mensifatinya dengan mujtahid. Akan tetapi yang mereka contohdari beliau adalah caranya berijtihad. Atau paling tidak beliau adalahseorang mujtahid dalam madzhab yang mampu untuk mengeluarkanhukum-hukum dari kaidah-kaidah yang dinyatakan sang imam madzhab, dantidak pernah derajat beliau rendah dari martabat itu selamanya.

Dan berkata Maulana Abdul Aziz al-Muhaddits ad-Dahlawi dalam kitabBustan al-Muhadditsin: “Dalam mukhtashar Thahawi menunjukkan bahwabeliau adalah seorang mujtahid. Dan bukan seorang muqallid [pengekor]terhadap madzhab Hanafi dengan pengekoran total. Karena beliau seringmemilih pendapat yang berbeda dengan madzhab Abu Hanafi ketika hal ituberdasarkan dalil-dalil yang kuat.

Murid-Murid Beliau

Tidak sedikit kalangan ahli ilmu yang berguru pada beliau. Diantaramereka para hufadz yang termasyhur. Mereka menyimak dari beliau,mendapat manfaat dari ilmu beliau. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Al-Hafizh Abul Farj Ahmad bin al-Qasim bin Ubaidillah bin Mahdial-Baghdadi. Atau yang terkenal dengan nama Ibnu Khasyab. Wafat 364 H.

2. Al-Imam al-Faqih al-Qadli Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Manshural-Anshari ad-Damaghaani.

3. Ismail bin Ahmad bin Muhammad bin Abdul Aziz, atau yang terkenaldengan nama Abu Sa’id al-Jurjani al-Khallaal al-Warraaq. Wafat tahun364 H

4. Al-Muhaddits al-Hafizh al-Jawwal al-Mushannif Abu Abdullahal-Husain bin Ahmad bin Muhammad bin Abdirrahman bin Asad bin Sammakhbin Syammaakhi al-Hirawi ash-Shaffar, pengarang al-Mustakhraj AlaShahih Muslim. Wafat tahun 371 H.

5. Al-Muhaddits al-Imam Abu Ali al-Husain bin Ibrahim bin Jabir binAbi Azzamzaam ad-Dimasyqi al-Faraidli asy-Syahid. Wafat tahun 368 H.

6. Al-Imam al-Hafizh ats-Tsiqah ar-Rahaal al-Jawwal Muhadditsul IslamAlim al-Mua’ammarin Abul Qasim Sulaiman bin Ahmad bin Ayub bin Muthaira-Lakhmi As Syammi At Thabrani, pengarang tiga mu’jam; al-Kabir,al-Ausath, As Shaghir. Wafat tahun 360 H.

7. Al-Imam al-Hafizh An Naqid al-Jawal Abu Ahmad Abdullah bin ‘Addibin Abdullah bin Muhammad bin al-Mubarak bin al-Qaththaan al-Jurjaani,pengarang kitab al-Kamil. Wafat tahun 365 H.

8. Al-Imam al-Hafizh al-Mutqin Abu Sa’id Abdurrahman bin Ahmad binYunus bin Abdil A’la ash-Shadafi al-Mishri, pengarang kitab TarikhUlama’ Mishra. Wafat tahun 347 H.

9. Al-Imam al-Hafizh Ats Tsiqah al-Jawwal Abu Bakar Muhammad binJa’far bin al-Husain al-Baghdadi al-Warraaq. Wafat tahun 370 H.

10. Asy-Syaikh al-‘Alim al-Hafizh Abu Sulaiman Muhammad bin al-QadliAbdullah bin ahmad bin Rabi’ah bin Zabrin ar-Raba’i. Wafat tahun 379H.

11. Asy-Syaikh al-Hafizh al-Mujawwid Muhaddis Iraq Abul HuseinMuhammad bin al-Mudzaffar bin Musa bin Isa bin Muhammad al-Baghdadi.Wafat tahun 379 H.

12. Al-Muhaddits ar-Rahhal Abul Qasim Maslamah bin al-Qasim binIbrahim al-Andalusi al-Qurthubi. Wafat tahun 353 H.

13. MuhadditsAshbahaan al-Imam ar-Rahhal al-Hafizh ash-Shaduq AbuBakar Muhammad bin Ibrahim bin Ali bin ‘Ashim bin Zaadzan al-Ashbahan,yang termasyhur dengan sebutan Ibnul Muqri’ al-Mu’jam. Wafat tahun 381H.

14. Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Salamah Abul Hasan ath-Thahawi,anak imam Thahawi. Wafat tahun 381 H.

15. Abu Utsman Ahmad bin Ibrahim bin Hammad bin Zaid al-Azdi. Wafattahun 329 H.

Dan lain-lain rahimahullah ajma’in.

Kitab-Kitab Karangan Beliau

Imam ath-Thahawi adalah termasuk diantara sekian orang yang mempunyaibanyak kitab karangan dan mahir dalam menyusun tashnifaat. Dikarenakanbeberapa faktor yang dianugerahkan Allah kepadanya. Yakni cepat hafal,mempunyai wawasan pengetahuan yang luas, dan mempunyai kesiapan yangcukup, beliau telah menyusun berbagai macam dan jenis kitab, baikdalam bidang aqidah, tafsir, hadits, fiqih, dan tarikh. Sebagian ahlitarikh menyatakan lebih dari tiga puluh kitab. Diantaranya sebagaiberikut:

1. Syarh Ma’ani al-Atsar.

2. Ikhtilaaf al-Fiqhiyah.

3. Mukhatashar athThahawi.

4. Sunan asy-Syafi’i.

5. Al-Aqidah ath-Thahawiyah.

6. Naqdlu kitab al-Mudallisin li Faqih Baghdad al-Husain bin Ali binYazid al-Karabisi.

7. Taswiyatu baina Hadtsana wa Akhabarana.

8. Asy-Syurut ash-Shaqhir.

9. Asy-Syurut al-Ausath.

10. Asy-Syurut al-Kabir.

11. At-Tarikh al-Kabir.

12. Ahkamul Qur’an

13. Nawadirul Fiqhiyah.

14. An-Nawadir Wal Hikayaat.

15. Juz-un fi hukmi ardli Makkah.

16. Juz-un fi qismi al-fay`i wal Ghanaa-`im

17. Ar-Raddu ‘ala Isa bin Abbaan fi Kitaabihi alladzi sammaahuKhatha’u al-Kutub.

18. Al-Raddu ‘ala Abi Ubaid fiima Akhtha a fiihi fi Kitaabi an-Nasab.

19. Ikhtilaaf ar-Riwayaat ‘ala Madzhab al-Kuufiyiin.

20. Syarh al-Jami’ al-Kabir lil imam Muhammad bin al-Hasanasy-Syaibani.

21. Kitab al-Mahadlir wa as-Sijillaat.

22. Akhbar Abi Hanifah wa ash-haabuhu.

23. Kitab Aal-Washaya wal Faraidl.

24. Dan lain-lain.

Maraji’ [Rujukan]:

1. Syarh Musykil al-Atsar oleh imam Thahawi.

2. Syarh al-‘Aqidah ath-Thahawiyah oleh Imam al-‘Allaamah Abil Izzial-Hanafi.

[SUMBER: Majalah as-Sunnah, no.4/Th.I, Sya’ban-Ramadhan 1413 H,diterjemahkan dan disusun oleh Aboe Raihan al-Jawi. Redaksi di sinimenurunkan sebagaimana adanya dalam bahasa aslinya kecuali terhadapkesalahan penulisan atau terjemahan yang kami anggap kurang pas atauagak fatal]

Artikel Imam ath-Thahawi (Ulama Pemurni Tauhid) diambil dari http://www.asofwah.or.id
Imam ath-Thahawi (Ulama Pemurni Tauhid).

Tidak ada komentar: