Kumpulan Artikel Islami
Koreksi Seputar Pendidikan Anak Meremehkan Pendidikan Anak
Sebagian orang tua ada yang menganggap pendidikansebagai masalah yang sepele, mereka menelantarkan pendidikan anaknyadengan tanpa ada beban sedikit pun. Mereka beranggapan bahwa tugasnyahanyalah memenuhi kebutuhan makan, minum, pakaian dan tempat tinggal.Mereka lupa firman Allah subhanahu wataâ™ala, artinya:
âœHai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamudari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. [at-Tahrim:6]. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu â˜anhu berkatamengomentari ayat ini, Ajarilah mereka dan didiklah mereka.
Demikian juga Nabi shallallahu â˜alaihi wasallam telah bersabda,
Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanyatentang kepemimpinannya. [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Barang siapa yangmelalaikan pendidikan anaknya dengan hal-hal yang bermanfaat sertameninggalkannya secara sia-sia, maka berarti telah berbuat burukkepada anak seburuk-buruknya. Kebanyakan anak menjadi rusak adalahdisebabkan orang tuanya, karena tidak adanya perhatian kepada mereka,serta tidak diajarkan kepada mereka kewajiban-kewajiban agama dansunah-sunnahnya.â
Terlalu Ketat
Ini kebalikan dari kekeliruan di atas, seakan-akan orang tua adalahseorang pengawas yang selalu memonitor seluruh kegiatan anak tanpamempedulikan perkembangan kepribadian si anak. Seluruh pendapat orangtua harus diterima dan si anak tidak boleh memiliki pilihan lainkecuali mengikuti dan taat secara membabi buta.
Kesalahan dalam hal ini menyebabkan dampak negatif sebagai berikut:
Lemahnya kepribadian anak dan hilangnya rasa percaya diri.
Anak akan menderita.
Melemahnya daya kreativitas anak.
Penyimpangan setelah anak tumbuh besar, yaitu diamerasa terbebas dari belenggu yang selama ini mengikatnya sehinggadia akan enggan menerima berbagai ketentuan dan tekanan meskipunketentuan tersebut adalah berupa kebaikan dan kebenaran.
Menyebabkan anak menderita sakit, baik fisik atau psikologis.
Metode pendidikan yang baik menekankan supaya anakdiberikan kebebasan dalam hal yang berkaitan dengan urusan khususmereka, baik dalam mengambil keputusan, mengemukakan keinginan ataupendapat dan tanggung jawab. Tetapi dengan catatan bahwa semua ituharus dalam koridor perilaku yang baik dan adab yang mulia yangsenantiasa harus ditanamkan dalam jiwa si anak.
Tidak Konsisten
Orang tua adalah orang yang memberikan pengaruh pertama kali kepadaanak, dan banyak menanamkan sifat atau kebiasaan kepada mereka. Jikaorang tua berakhlak dengan akhlak dan perilaku yang baik, maka anakakan terpengaruh dengan sifat-sifat positif tersebut. Namun jika adapertentangan, di satu sisi orang tua menyuruh sesuatu namun iamelakukan yang sebaliknya [inkonsisten], maka itu akan memberikandampak negatif bagi anak.
Di antara sikap tidak konsisten yang dimaksudkan misalnya orang tuamenyuruh jujur namun dia sendiri sering bohong, menyuruh menepatijanji namun dia sering ingkar janji, menyuruh shalat tetapi diasendiri meninggalkannya, atau melarang dari merokok tetapi dia justrumerokok dan lain sebagainya.
Keras Hati
Anak harus diperlakukan dengan lembut, santun dan kasih sayang, danini merupakan petunjuk Nabi shallallahu â˜alaihi wasallam dalammemperlakukan anak kecil. Diriwayat-kan dari Abu Hurairah
radhiyallahu â˜anhu dia berkata, Nabi shallallahu â˜alaihiwasallam mencium al-Hasan bin Ali radhiyallahu â˜anhu,sedang di sisinya ada al-Aqra' bin Habis, maka al-Aqra' berkata, Sesungguhnyaaku mempunyai sepuluh anak, tetapi aku tidak pernah mencium salahseorang pun dari mereka. Maka Nabi shallallahu â˜alaihi wasallammemandang kepadanya lalu bersabda, Barangsiapa tidak mengasihimaka tidak akan dikasihi. [Muttafaq 'alaih]
Pada masa lalu orang beranggapan bahwa kekerasan dan pukulan akanmenumbuhkan kekuatan, keberanian dan sikap jantan kepada anak-anak,lalu akan menjadikan mereka mampu memikul beban dan bersikap mandiri.Namun ternyata ini adalah anggapan yang keliru, sebab kekerasan akanmemberikan bekas psikologis yang menyakitkan pada diri anak. Lalumendorang si anak menjadi pembangkang dan suka melawan, sertamenghalangi mereka untuk sampai pada kematangan berpikir. Jugamenyebabkan mereka merasa dihinakan, dilecehkan sehingga kehilanganrasa kemuliaan dirinya.
Ini bukan berarti larangan untuk memberikan sanksi kepada anak, bahkanterkadang perlu untuk memberikan sanksi kepada mereka namun dengancatatan hukuman tersebut tidak melewati batas-batas norma kasih sayangkepada anak.
Meremehkan Kemungkaran
Meremehkan kemungkaran sering dilakukan oleh orang tua, dengan alasanbahwa si anak masih kecil, nanti kalau sudah besar dia akan tahusendiri dan meninggalkannya. Hal ini tidak benar, sebab membiasakananak dengan sesuatu di masa kecil menyebabkan dia sulit untukmeninggalkannya ketika sudah besar.
Di antara bentuk keteledoran dalam hal ini adalah tidak meng-anjurkanshalat kepada anak-anak serta tidak perhatian terhadapnya. Meskipunorang tua rajin shalat tetapi membiarkan anak tidak shalat adalahkesalahan. Demikian juga membiasa-kan mereka mendengarkan musik,meniru kebiasaan dan pakaian orang kafir, terobsesi dengan popularitaspara artis dan lain sebagainya.
Statis Dalam Pendidikan
Orang tua tidak boleh statis dalam mendidik anak, dengan tanpa adakemajuan dan pembaharuan sesuai dengan tuntutan zaman. Sebagian orangada yang hanya mengajari anak dengan ketrampilan atau pengetahuan yangbersifat turun temurun. Mereka enggan dengan ketrampilan modernseperti komputer, bahasa asing, berpidato, menulis atau bela dirimodern.
Ini menyebabkan anak ketinggalan oleh temannya yang telah mempelajariketrampilan-ketrampilan tersebut. Akibatnya anak merasa rendah diridan tidak percaya diri untuk bergaul dengan teman-temannya yang ungguldalam berbagai aspek.
Tidak Mengakui Kesalahan
Terkadang ada orang tua yang menghukum anak secara zhalim, ada pula diantara mereka yang menuduh anaknya melakukan ini dan itu padahal tidakmelakukannya, ada pula yang memukul anaknya dengan sebab pengaduanbohong dan lain sebaginya. Kemudian setelah itu orang tua tahu bahwadirinya adalah yang salah dalam mengambil tindakan, tetapi dia tidakmau minta maaf kepada si anak, tidak mengakui kesalahannya,seakan-akan anaknya tidak punya hak apa-apa, tidak punya kemuliaan danperasaan.
Ini merupakan perilaku yang salah, yang dapat menumbuhkan sifat burukpada diri anak seperti besar kepala, ghurur [sok], meskipun diabersalah. Padahal jika orang tau mau minta maaf kepada anaknya, makaini merupakan tindakan yang baik karena secara tidak langsung anakdididik untuk merubah kesalahan, sehingga dia pun akan mengikutiperilaku ini, tunduk kepada kebenaran, mengakui kesalahan dan tolerankepada orang lain.
Mengambil Keputusan Sendiri
Misalnya seorang ayah tidak melakukan musyawarah bersama anggotakeluarga dalam memutuskan hal-hal yang terkait dengan urusan keluarga.Kalau ada anggota keluarga yang protes atau tidak mau mengikutikeputusan tersebut maka si ayah akan mengancam begini dan begini.
Sikap otoriter dalam keluarga adalah tidak benar, yang baik adalahmengumpulkan seluruh anggota keluarga lalu bermusyawarah,masing-masing mengemukakan pendapatnya dan terakhir dipilih pendapatyang paling baik dan tepat.
Tidak Diajari Menghormati Privasi
Anak hendakya diajari hal-hal yang berkaitan dengan masalah pribadidan khusus. Seperti harus meminta izin jika mau masuk kamar orang tua,terutama dalam waktu-waktu istirahat. Begitu juga diajari supaya tidakmasuk ke tempat-tempat orang lain tanpa izin, tidak boleh membukasesuatu yang tertutup yang bukan miliknya, baik pintu rumah, almari,buku, dompet, tas dan lain sebagainya.
Orang tua pun harus memulai dari dirinya lebih dahulu, misalnyamengetuk pintu jika mau masuk kamar anaknya, menutupi rahasianya, danmenghormati hak-hak dan milik pribadinya.
Menjauhkan Anak dari Majlis Orang Dewasa
Sebagian orang tua memandang aib jika seorang anak terlibat dalammajlis orang dewasa. Dalam kondisi tertentu hal ini dibenarkan, namunterkadang anak perlu untuk dilibatkan dalam majlis orang dewasa supayadapat mengambil manfaat, belajar dan untuk menum-buhkan sikap percayadiri mereka.
Metode pendidikan Islam menunjukkan bahwa seorang anak tidak dilaranguntuk bergabung bersama orang dewasa, baik dalam majlis-majlis, dimasjid, dalam perjalanan atau perkumpulan lainnya. Dengan ini anakdapat bertambah pengalaman, ikut andil dalam pekerjaan dan melatihdiri untuk memikul tanggung jawab. Wallahu aâ™lam. [Khalif Muttaqin]
Disarikan dari kutaib, Akhtha' fi Tar-biyatil Abna', Dr.Adil al-Syaddi.
Artikel Koreksi Seputar Pendidikan Anak diambil dari http://www.asofwah.or.id
Koreksi Seputar Pendidikan Anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar