Kamis, 19 Juni 2008

CIRI-CIRI IBADURRAHMAN (I)

Kumpulan Artikel Islami

CIRI-CIRI IBADURRAHMAN (I) Dalam tulisan ini, akan dipaparkan secara ringkastapi padat -insya Allah- sifat-sifat 'Ibaadurrahman [para hambaar-Rahman], karakteristik, ciri-ciri mereka serta pahala besar yangAllah siapkan buat mereka di sisi-Nya agar orang yang ingin menjadisalah satu dari 'Ibaadurrahman dapat memilikinya, meraih kehormatanberibadah dan menisbatkan diri kepada-Nya serta menggapai persaksian.

Adapun ayat yang mengoleksi semua sifat 'Ibaadurrahman itu termuatdalam ayat 63 hingga 76, surat Al-Furqan. Dalam ayat-ayat tersebut,disebutkan sifat-sifat 'Ibaadurrahman sebagai berikut:

1. Tawadhu' [Rendah Hati]

Yaitu sebagaimana firman-Nya, artinya, “[ialah] orang-orang yangberjalan di atas bumi dengan rendah hati” [63]

Inilah sifat pertama ‘Ibaadurrahman, yaitu mereka berjalan di atasbumi dengan sangat enteng dan ringan, tidak dibuat-buat, tidak sombongatau pun melengos. Mereka tidak berjalan dengan sangat cepat yangmenunjuk-kan sikap suka mengentengkan dan kasar, juga tidak berjalandengan sangat pelan yang menunjukkan sifat malas dan kumal. Tetapimereka berjalan dengan ringan, penuh dengan semangat, tekad,kelelakian dan jiwa muda. Mereka mengetahui betul wasiat Luqman kepadaanaknya sebagaimana diinformasikan Rabbnya, artinya, “Dansederhanalah kamu dalam berjalan.” [QS.Luqman:19]. Maksudnyaadalah sedang-sedang saja dalam semua urusan, tidak berlebihan atauketerlaluan sekali.

‘Ibaadurrahman berjalan di pelosok bumi untuk mencari rizki dantuntutan hidup dengan penuh kelembutan dalam batasan-batasan yangdiperkenankan Allah subhanahu wata’ala kepada mereka, tidakrakus, tamak, menyia-nyiakan kewajiban, melakukan hal-hal yangdiharamkan atau pun berbuat mubadzir. Tidak muncul dari mereka sikapkeras, melecehkan, sombong, berbangga-bangga dan berbesar diri. Merekatidak berbuat kerusakan di muka bumi, mencari ketinggian, lebihmendahulukan keuntungan duniawi yang fana, tidak berusaha semata hanyauntuk mengumpulkan harta dan bersenang-senang dengan kenikmatankehidupan duniawi.

Mereka juga rendah hati terhadap Allah subhanahu wata’ala,lembut dan ringan, tidak angkuh dan sombong. Mereka mendengar firmanAllah subhanahu wata’ala, artinya, “Dan janganlah kamuberjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamusekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akansampai setinggi gunung.”

2. Lemah Lembut

Yaitu sebagaimana firman-Nya, artinya, “Dan apabila orang-orangjahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata [yang mengandung]keselamatan.” [63]

Ini merupakan sifat ke dua ‘Ibaadurrahman, yaitu bila orang-orangjahil mengucapkan ucapan yang buruk, mereka tidak membalas denganucapan yang sama tetapi mema'afkan, tidak berkata kecuali yang baik,mereka tidak terpancing oleh kejahilan orang tersebut, tetapi menahanlisan dan emosi mereka.

Mereka memangkas jalan fitnah dan keburukan yang ingin dilakukanorang-orang jahil itu, memadamkan 'kobaran' kejahatan pertama yangandaikata dibalas dengan tindakan yang sama, pastilah apinya akansemakin menyala sehingga bisa menimbulkan perang besar dan kejahatanbergentayangan. Menurut mereka, kepah-lawanan bukanlah ditampakkandengan postur badan yang kuat, berotot, dan mampu menang dalampertarungan, tetapi kepahlawanan yang hakiki adalah menahan diriketika marah.

Yang menjadi panutan mereka dalam hal ini adalah Nabi mereka, Muhammad

shallallahu ‘alihi wasallam yang merupakan manusia paling lemahlembut. Salah satu contohnya, “Ketika ada seorang Arab Badui yangdatang kepada Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallamdan berkatakasar, lalu kaum Muslimin marah dan ingin memberinya pelajaran, namunhal itu dicegah oleh beliau. Beliau membalas sikap kasar itu dengankasih sayang dan lemah lembut.” [Hadits Muttafaqun 'alaih]

3. Melakukan Qiyamullail

Yaitu sebagaimana firman-Nya, artinya, “Dan orang yang melaluimalam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.” [64]

Allah subhanahu wata’ala menyebut para hamba-Nya sebagai orangyang mencintai malam hari dengan melakukan ibadah. Mereka bangun saatorang-orang sedang terlelap tidur, waspada saat orang-orang lengah,sibuk menyong-song Rabb mereka, menggantungkan jiwa dan anggota badanmereka kepada-Nya. Saat orang-orang terlena dan merasa mantap dengankehidupan duniawi, mereka justeru menginginkan ‘Arsy ar-Rahmansebab mereka mengetahui bahwa ibadah di kegelapan malam dapatmenjauhkan mereka dari sifat riya' dan minta dipuji. Ibadah di malamhari juga membangkitkan kebahagiaan di hati dan ketenangan bagi jiwaserta penerangan bagi penglihatan mereka.

Saat berdiri di hadapan Allah subhanahu wata’ala danmengarahkan wajah mereka kepada-Nya, mereka merasakan kelezatan dankebahagiaan yang tiada tara serta kenikmatan yang tak terkira. Tiadalagi rasa manis setelah manisnya beribadah kepada Allah subhanahuwata’ala, bermesra, dan melakukan kontak dengan-Nya. MelakukanQiyamullail merupakan sifat asli ‘Ibaadurrahman. Allah subhanahuwata’ala menyebut mereka dengan sifat itu dalam banyak ayat danmenganjurkan para Nabi-Nya untuk melakukan hal itu.

Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda, “Hendak-lahkamu melakukan Qiyamullail sebab ia adalah tradisi orang-orang shalihsebelum kamu, bentuk pendekatan kepada Rabb kamu, penghenti dosa,penebus dosa-dosa kecil dan pengusir penyakit dari badan.” [HR.Ahmad dan at-Tirmidzi yang dinilai Hasan oleh Syaikh al-Albani]

4. Takut Api Neraka

Sebagaimana firman-Nya, artinya, “Dan orang-orang yang berkata, 'YaRabb kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya ituadalah kebinasan yang kekal.”[65] Sesungguhnya jahannam ituseburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” [66]

Sekalipun ‘Ibaadurrahman sangat ta'at dan hati mereka dipenuhi denganketakwaan namun mereka selalu merasa amalan dan ibadah mereka masihkurang. Mereka tidak melihat hal itu sebagai jaminan dan pemberi rasaaman dari api neraka bila saja tidak mendapatkan curahan karunia danrahmat-Nya yang dengannya mereka terhindar dari adzab Jahannam. Karenaitu, mereka selalu terlihat takut, cemas dan khawatir dengan adzabJahannam.

Mereka selalu memohon kepada Allah agar Dia menghindarkan mereka dariadzab Jahannam seluruhnya, baik adzab yang dirasakan penghuni abadinyaatau pun penghuni semen-taranya. Inilah sifat setiap Mukmin yangbersungguh-sungguh dalam berbuat ta'at dan takut akan adzab Allah

subhanahu wata’ala sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya yanglain, “Dan orang-orang yang takut terhadap azab Rabbnya. Karenasesungguhnya azab Rabb mereka tidak dapat orang merasa aman [darikedatangannya].” [QS. Al-Ma'arij: 27, 28]

5. Ekonomis Dalam Pengeluaran dan Tidak Boros

Sebagaimana firman-Nya, artinya, “Dan orang-orang yang apabilamembe-lanjakan [harta], mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak[pula] kikir, dan adalah [pembelanjaan itu] di tengah-tengah antarayang demikian.” [67]

‘Ibaadurrahman bukanlah orang-orang yang berbuat mubadzir,membelanjakan harta melewati batas keperluan sebab mereka mengetahuibenar bahwa boros akan merusak jiwa dan harta. Orang-orang yangberbuat mubadzir adalah saudara-saudara syetan. Syetan selalu menyuruhberbuat keji dan munkar. Mereka juga mengetahui bahwa mereka bertang-gungjawab di hadapan Allah subhanahu wata’ala terhadap harta mereka;dari mana mereka peroleh dan kepada siapa mereka infakkan.

Mereka juga tidak pernah kikir terhadap diri sendiri dan keluargamereka, dalam arti teledor memberikan hak mereka dan tidak berinfaquntuk hal yang telah diwajibkan Allah subhanahu wata’ala, sebabmereka mengetahui bahwa Allah subhanahu wata’ala telah mencelakekikiran dan sifat bakhil. Jiwa nan suci menilai buruk sifat bakhildan menghindari pelakunya.

Metode berinfaq ‘Ibaadurrahman adalah moderat dan menengah, antarabakhil dan boros. Mereka berada di puncak pertengahan antara boros danbakhil. Mereka meletakkan ayat Allah subhanahu wata’ala berikutdi hadapan mata mereka, artinya, “Dan janganlah kamu jadikantanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalumengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” [QS.Al-Isra':29]

Yakni janganlah kamu bakhil, sehingga tidak mau memberi sesuatu kepadasiapa pun dan janganlah pula boros dalam mengeluarkan harta, sehinggamemberi di atas kemampuanmu dan mengeluarkannya melebihi pendapatanmu.[Bersambung]

Sumber: Buletin berjudul, Min Shifaat 'Ibaadirrahman FiAl-Qur'an, disusun oleh Bagian Ilmiah penerbit Darul Wathan. [HafidM. Chofie]

Artikel CIRI-CIRI IBADURRAHMAN (I) diambil dari http://www.asofwah.or.id
CIRI-CIRI IBADURRAHMAN (I).

Tidak ada komentar: