Selasa, 10 Juni 2008

Seorang Gadis Tewas Di Malam Pernikahan

Kumpulan Artikel Islami

Seorang Gadis Tewas Di Malam Pernikahan Hanin -bukan nama sebenarnya- adalah seorang gadisyang masih muda belia dan merupakan anak satu-satunya bagi kedua orangtuanya. Dia lahir ke dunia setelah masa-masa mandul selama sepuluhtahun. Sepanjang itu, sang bapak dan ibu merasakan ketiadaan anak.Pandangan masyarakat yang sinis membunuh hati sang ibu dan berbagaiperasaan putus asa mengebirinya. Sang bapak mendambakan bisa melihatketurunannya, meski dia sudah termakan usia. Sedangkan sang ibumendambakan agar dikarunia sesuatu yang bisa menjaga dan menutupiaibnya.

Namun, hari dari demi hari dan tahun demi tahun berlalu, tapi kondisipun tetap kritis. Maka, tidak ada lagi harapan dari segi medis maupunpihak dokter. Dia hanya bisa bergantung kepada Allah SWT. Allah punmenghendaki dia membaca berita di salah satu koran tentangperkembangan baru dalam dunia kedokteran, khususnya tentang masalahkemandulan di salah satu negara Eropa. Maka, dia pun mengemasi koperdan berpamitan pada keluarga dan orang-orang tercinta. Dia mengikutipengobatan intensif sepanjang bulan untuk menjalani beberapapemeriksaan dan eksperimen sampai akhirnya bisa melahirkan bayi.

Dia pun pulang membawa bayinya kepada keluarganya dan keluargasuaminya di saat semuanya larut dalam kegembiraan dan kebahagiaan.Kesedihan pun berubah menjelma menjadi kebahagiaan. Semua itu terjadipada malam hari raya.

Bocah ini pun tumbuh dewasa dan menjadi pusat perhatian semuanya.Sementara tahun-tahun berlalu begitu cepat sampai anak ini punmelanjutkan studi di perguruan tinggi untuk mejadi seorang guru agardapat memenuhi obsesinya dan menjadi elemen yang baik di tengahmasyarakat. Dia pun berhasil meraih ijazah gelar sarjana dan lulus disaat banyak orang malah terancam Drop Out [DO]. Dia duduk di rumahsepanjang musim kemarau sambil menanti surat panggilan kerja. Sungguh,kebahagiaan telah mengetuk pintunya sewaktu dia menerima suratpanggilan kerja. Malam harinya, dia pun tidak bisa tidur karena sakinggembiranya.

Pada pagi harinya, dia berangkat ke tempat tujuan untuk mengetahuitempat kerjanya dengan didampingi kedua orangtuanya. Akan tetapi,serasa belum lengkap kegembiraan itu, tiba-tiba dia merasa bumibergetar di bawah kedua telapak kakinya mengamcamkan sesuatu yangtidak menyenangkan.

Dia tahu benar bahwa dia bakal bekerja di salah satu pemukiman yangberjarak 250 km dari kota tinggalnya, dengan melewati jalan-jalan yangdikelilingi banyak mara-bahaya. Sang bapak pulang ke rumahnya sedangkesedihan senantiasa menyelimutinya. Dia merasa telah berjalanmenentang arus dan berjalan di balik prasangka, tapi dia tidak menuaiselain fatamorgana.

Malam harinya, dia tidak bisa tidur. Dia dipusingkan oleh pikiran,apakah harus mencegah putri dan anak semata wayangnya itu untukmenerima pekerjaan itu. Apakah dia harus memaksanya untuk tetap dirumah karena menjaga kehidupannya padahal dia lahir setelah mengalamimasa-masa gersang [mandul].

Putrinya bersimpuh di depannya sambil menangis, menjerit dan memohonkepadanya agar hatinya luluh, “Ayahanda, jangan engkau tolakpekerjaanku sebagai kesempatan yang barangkali takkan terulang lagiuntuk selamanya.”

Sang bapak yang malang ini pun menjawab, “Kamu adalah kesempatanumurku yang takkan terulang lagi untuk kedua kalinya…lalu bagaimanaaku menyia-nyiakanmu dengan begitu mudah.”

Di hadapan permohonan sang anak dan ibunya, sang bapak pun menyerahdan dengan terpaksa dia sepakat. Setiap hari, sang putri menumpang busbersama teman-teman wanitanya menempuh jarak yang tidak kurang dari 6jam pulang dan pergi, hingga ketika sudah kembali ke rumahnyaseolah-olah tulang-tulangnya remuk redam akibat kelelahan.

Usia sang putri sudah menginjak dewasa dan telah menjadi mempelaicantik yang menantikan seorang lelaki yang akan mengetuk pintu hatinyadan menjadi pendamping hidupnya nanti, agar mereka bisa bersama-samamembangun mahligai rumah tangga. Akhirnya, salah seorang kerabatnyayang bekerja sebagai arsitektur di salah satu perusahaan meminangnya.Tanpa berpikir panjang, dia pun langsung menerimanya. Pada saat itu,dia sudah mendekati usia perawan tua dan bisa saja terlambat menikah.

Masa pertunangan dan akad nikah pun sudah berjalan setahun. Disela-sela itu, mereka mempersiapkan perangkat rumah tangga danmenentukan liburan panjang untuk melangsungkan pernikahan, mengingatada banyak waktu di masa-masa itu untuk menyelami kebahagiaan danketenangan.

Hari demi hari terus berjalan, sedang dia selalu merasakan sukarnyajalan dan kepenatan perjalanan sehari-hari yang menyita seluruhwaktunya. Akan tetapi, dia tetap menahan, merasakan dan menyembunyikanbanyak hal yang dialaminya dari keluarganya, setelah terlihat senyumandingin pada kedua bibirnya. Satu tahun hampir usai, ketika mulai faseujian akhir tahan. Itulah hari-hari di mana dia merasakan ketenangandan kebahagiaan dalam bahtera rumah tangganya.

Pada hari yang ditentukan, seperti biasanya dia pun menumpang bus,lalu bus membawanya memutari kota hingga penuh para guru wanita danbus pun menuju jalan tol… Laju bus semakin kencang dan akibatnya darisisi bus keluar goncangan dan suara aneh yang mungkin diakibatkankurang terawatnya bus. Sopir merasa bangga dengan kecepatannya dan diapun miring ke kanan dan ke kiri. Semua penumpang menentang danmemintanya untuk mengontrol dirinya, tapi sopir itu malah menimpali,“Sobat, aku begini karena cepatnya waktu.” Sang sopir pun meneruskannafsu dan keterburu-buruannya meski jalanan sempit dan banyak turunandan tanjakan.

Di tengah-tengah laju perjalanannya itu, dia menghindari mobil yangpertama dan berjalan seperti kilat. Tiba-tiba, trotoar terbelah olehtruk yang muncul bagaikan momok. Sopir berusaha menghindar danberkelit darinya, tapi keseimbangan mobil hilang, maka bus punterperosok ke dasar jurang dan membentur salah satu batu besar untukmengantarkan seluruh penumpangnya menjadi mayat-mayat beku yangbergelimpangan dan sang pengantin pun tewas di malam perkawinannya.”

[SUMBER: Serial Kisah Teladan -Kumpulan Kisah-Kisah Nyata-karya Muhammad bin Shalih al-Qahthani, hal. 35-39, juz II, sepertidinukilnya dari Dima’ ‘Ala ath-Thariq karya Shalah SalimBaduwailan, penerbit DARUL HAQ, Telp.021-4701616 dengan sedikitperubahan redaksi]

Artikel Seorang Gadis Tewas Di Malam Pernikahan diambil dari http://www.asofwah.or.id
Seorang Gadis Tewas Di Malam Pernikahan.

Tidak ada komentar: