Kumpulan Artikel Islami
Istriku Maafkan, Suamimu! Permintaan maaf adalah kata yang selayaknya seringdiucapkan untuk melanggengkan hubungan suami isteri, sehingga bahterarumah tangga berhasil mencapai tujuan. Duhai sayang, maafkan saya ... Aku tiada bermaksud demikian ... Aku telah salah dalam memberikanhakmu ... adalah ungkapan-ungkapan yang sering kita gunakan tetapimemiliki satu makna, yaitu meminta maaf yang merupakan terminal yangpasti akan kita lalui dalam melanggengkan kehidupan suami istri darikeruntuhan dan kehancuran.
Sesungguhnya suami isteri secara bersama, masing-masing memiliki sahamdalam keberhasilan dan kebaha-giaan keluarganya, lalu kenapa salahseorang di antara mereka berdua memunculkan kalimat kebencian padasaat muncul masalah!!! Andai salah seorang dari mereka berdua berbuatsalah, lalu ia meminta maaf kepada pasangannya, apakah hal ini akanmenghinakan dirinya Jika seperti itu sikap suami isteri, tentulahkehi-dupan mereka akan mengalami satu dari dua hal: mungkin akanlanggeng rumah tangganya tetapi kurang harmonis dan banyakperselisihan, dan mungkin juga akan berujung kepada hancurnyakehidupan suami isteri, cerai.
Kehidupan suami isteri itu ibarat sebuah kapal yang sedang berlayar,padanya ada nahkoda dan awak kapal. Semua yang ada di dalam kapal itubahu-membahu berusaha menyelamat kan kapal yang mereka tumpangi padasaat saat kapal ditimpa badai agar semu anya selamat dan sampai ke pulauidaman .
Demikian juga halnya suami, Allah menjadikannya sebagai pemimpinbahtera rumah tangga, pelindung, dan pengayom bagi keluarga,bertanggung jawab atas kehidupan mereka. Kepe-mimpinan yang diembannyaitu adalah tugas,bukan intimidasi atas kesewe-nang-wenangan. Makasuami yang baik adalah orang yang memahami kebutuhan dan perasaanisterinya, dan menjadikan tampuk kepemimpinannya penuh dengan kasihsayang, kesejukan dan kedewasaan, tidak mudah emosi, namun tetap tegaspada saat harus bersikap tegas !!!
Akan tetapi, sebagian suami yang meremehkan tugas ini memahami, bahwameminta maaf kepada istri akan menghinakan dirinya sebagai laki-laki,bahkan ia berpendirian bahwa kemu-liaannya tidak membolehkan dirinyauntuk mengucapkan kalimat Istriku, maafkan aku, aku salah kepadaisteri-nya, bagaimanapun keadaannya. !!!
Maka, keegoannya terus ia pertahankan dan istri selalu diposisikan âœbersalahâ,ia tidak pernah meminta maaf kepadanya, yang kemudian menyeretnyakepada kehancuran rumah tangga dan kalimat cerai pun takterhindarkan, padahal sangat mungkin rumah tangga itu bisadilang-gengkan dengan ucapan maafkan suamimu, sayang .
Ketika âœRasa Gengsiâ Ikut Campur
Seorang istri pernah menceritakan tentang pengalamannya:
Dahulu, kehidupanku bersama suamiku demikian bahagia. Akan tetapi itusemua berubah ketika terjadi beberapa percekcokan tentang urusan rumah.Waktu itu aku tinggal bersama di rumah mertuaku, maka aku memutuskanuntuk pindah dan keluar dari rumah mertuaku, walaupun sendirian.Suamiku menolak rencanaku dan menjelaskan, bahwa ia suatu hari nantiakan bisa memiliki rumah sendiri. Dan terkadang suamiku memberi alasantidak bisa meninggalkan ibunya, dan lain-lain, sampai suatu hari,terjadilah perselisihan antara aku dengan suamiku. Aku memutuskanuntuk pergi meninggalkan rumah mertuaku dan kembali ke rumah orangtuaku, dan aku katakan, jangan menjenguk atau menjemputku sebelumengkau memiliki rumah sendiri. Maka, aku dan suamiku pun sama-samabersikukuh dengan pendirian masing-masing.
Dan sungguh aku pun akhirnya menyesali perbuatanku. Akan tetapi akuingin mengetahui sejauh mana kedudukanku di sisi suamiku. Ternyata,suamiku bersikukuh tidak mau memaafkanku dan tidak berusaha meredakansuasana. Ia mengatakan, Bertobatlah kepada Allah, dan kembalilah kerumah ini, jika kamu tidak mau tobat, maka cukup bagiku untukmenceraikanmu. Demikianlah kepribadian kebanyakan suami, dan sangatsedikit yang bersikap dewasa. Bahkan di antara mereka ada yang sampaitidak mau mengasihi dan menyayangi isterinya, walaupun hanya dengansatu kata yang dicintai isterinya apalagi sampai mau memaafkanisterinya tersebut.
Seorang istri lagi menuturkan: Para suami kita, sangat disayangkansekali, mereka sangat mudah meng-ungkapkan kata-katanya kepada kita,kecuali ungkapan maaf , bagaimana pun keadaannya. Suamiku sangattemperamental, tabiatnya keras dalam mempergauliku. Ia selalumengucapkan ungkapan-ungkapan kasar kepadaku, bahkan ia pun pernahmemukulku. Dan aku tetap bersabar sekalipun aku dalam posisi yangbenar. Tetapi suamiku tidak mau mengubah pendiriannya sampai akhirnyaaku yang meminta maaf kepadanya, baik yang salah adalah aku ataupunsebaliknya. Dengan berlalunya waktu sekian tahun, sikap suamikukepadaku bertambah jelek, hingga memupus kesabaranku. Setelah terjadiperselisihan antara aku dan suamiku, aku memutuskan untuk pulang kerumah orang tuaku. Aku menunggu, semoga suamiku mau datang dan memintamaaf atas perilakunya selama ini atau barangkali ia mau menelponku.Akan tetapi ia tidak melakukan itu semua, sampai aku mendengar tentangdirinya, ia merasa selama ini bersalah, kini menyesal atasperbuatannya yang telah menzhalimi aku. Akan tetapi, ia tidak maumeminta maaf kepadaku, karena keegoisan dan kegengsiannya serta merasamenjadi hina dengan hal itu. Hingga terjadilah cerai atas permintaanku.
Adapun kisah Abu Khalid, ia mengatakan, Habis sudah kehidupan kubersama isteriku, padahal aku men-cintainya, akan tetapi dengan sebabketidakharmonisan, dan aku enggan meminta maaf kepadanya, hinggaakhirnya aku menerlantarkan anak-anakku hidup tanpa ibu.
Masalahnya adalah, bahwa isteriku adalah karyawati. Maka, aku katakanpadanya berkali-kali untuk meninggal kan pekerjaannya danberkonsentrasi mengurus anak-anak. Akan tetapi isteriku menolakmembicarakan masalah itu. Dan ketika aku larang dia berangkat kekantor, terjadilah per-selisihan antara aku dengan dia. Dan akuterpeleset salah dalam berkata, aku mengatainya agak lama, maka ia punpergi pulang ke rumah orang tuanya. Maka, ia pun mengingatkan agar akumeminta maaf dan mengetahui kesala-hanku ketika mengatai dirinya. Akantetapi aku menjadi sombong dan aku pun menceraikannya hanya untukmempertahankan harga diriku sebagai laki-laki. Kini aku benar-benarmenye-sal dengan penuh penyesalan.
Terapi Jiwa Adalah Solusinya
Dr. Najwa Ibrahim, seorang Guru besar Psikologi menjelaskan, bahwapendidikan dan latar belakang hidup seseorang bisa berdampak sangatpenting dalam cepatnya dia meminta maaf atau tidak. Beliau berkata, diantara sebab-sebabnya adalah sebagai berikut:
Metode pendidikan yang telah memberi pengaruhkepadanya sehingga dia begitu sulit meminta maaf atau mengungkapkankata maaf .
Diantara metode ini adalah metode yang ditanamkankepada kita ketika kecil dalam meminta maaf, baik suka atau tidak.Meminta maaf dikaitkan dengan emosi dan dari pihak yang kalah.
Pandangan atau keyakinan yang tidak rasional yangtertanam didalam fikiran kita dan begitu besar dampaknya adalah bahwalaki-laki tidak boleh meminta maaf kepada perempuan ;
Anggapan, orang yang meminta maaf itu lemahkepribadiannya.
Maka, sudah semestinya seorang suami atau isterimerasa, bahwa ketika perilakunya menimbulkan kemarahan atau melukaiperasaan pasangannya, ungkapan maaf lah yang bisa menghilangkan ketersinggunganhati dan mencairkan ketegangan . Meminta maaf pada saat yang tepatjuga bisa menghilangkan banyak hal yang bisa merusak hubungan suamiisteri, andai tidak segera dieliminir.
Meminta Maaf Adalah Sifat Jantan
Dr. Muhammad Musthafa, Guru Besar psikologi dan sosiologi Univ. MalikSu'ud, mengatakan bahwa meminta maaf adalah merupakan wujud sifatjantan dari seorang suami atau siapapun yang berbuat salah. Memintamaaf bukan sifat yang dimiliki oleh orang yang lemah, sebagaimanapersangkaan sebagian orang, di mana mereka mengatakan:
Semua orang pernah berbuat salah, namun sedikit orang yang jantanmeminta maaf dari kesalahannya kepada orang lain. Apalagi jika yangdimintai maaf itu adalah isterinya. Sebab, setiap suami berbeda-bedacara dan tabiatnya. Sebagian meminta maaf dengan cara tidak langsungakan tetapi mencapai tujuan dan sebagian meng-hindar dari masalah yangia alami karena demi masa depan dan kejiwaan anak-anaknya yang akanhancur bila mereka berpisah. Ada sebahagian suami yangberlebih-lebihan, ia menolak meminta maaf karena gengsi dan egois,padahal para pakar psikososial menyatakan bahwa meminta maaf bukanlahhal yang jelek. Maka, meminta maaf adalah sesuatu yang mesti dilakukan,dan bagi orang yang bersalah lebih ditekankan lagi. Apabila seseorangberbuat salah, maka tidak ada yang layak baginya selain meminta maaf.
Orang yang bersikukuh menolak meminta maaf kepada pasangannya denganalasan akan mengurangi kehormatannya, maka orang yang demikian terkenapenyakit jiwa. Sebab, diantara sifat kemuliaan adalah meminta maafketika berbuat salah kepada orang lain.
Ada Apa Dengan Sifat Laki-Laki
Sifat kejantanan mengarahkan seseorang untuk meminta maaf jika berbuatsalah kepada isterinya atau kepada orang lain. Sebab jantan berartijujur dan luhurnya budi pekerti. Di saat seorang suami meminta maaf,maka ia tidak jatuh di mata isterinya atau akan jatuh harga dirinyasebagaimana gambaran sebagian suami. Bahkan itu akan mengangkatkedudukannya di mata isterinya; sebab itu akan menjadi pelajaran dalamamanah dan keluhuran budi dan kehormatan itu sendiri. Maka, memintamaaf bukan merupakan kelemahan, bahkan kelemahan itu sendiri adalahseseorang menyembunyikan kesalahannya dan berlindung dibalikkesombongan dan bersikukuh dengannya.
Dan banyak problem suami isteri diawali dengan adanya kesombongan sangsuami dan enggan untuk meminta maaf kepada isterinya ketika iamema-rahi sang isteri. Maka, sudah semesti-nya para suami ingat, bahwadengan ia meminta maaf atas kesalahan kepada isterinya, akan bisamengembalikan air ke dalam alirannya, mengemba-likan perasaanromatis, merekahnya kecintaan di antara kalian berdua, walaupun sifatkelaki-lakianmu merasa enggan untuk itu.
Mintalah maaf kepada istrimu atas kesalahan dan kelalaianmu, wahaipara suami! Walau tidak kau sampaikan secara langsung. Sebab denganitu rumah tangga akan menjadi damai, sejahtera dan harmonis. Semoga!
Sumber: Majalah ad Dakwah, dengan beberapa pengurangan sub bab dankalimat.[Abu Muhammad]
[ Kamis, 25-12-03M / 02-11-1424H ]
Artikel Istriku Maafkan, Suamimu! diambil dari http://www.asofwah.or.id
Istriku Maafkan, Suamimu!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar