Kamis, 10 Juli 2008

al-Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah

Kumpulan Artikel Islami

al-Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah Beliau adalah Imam, ‘Allamah, Muhaqqiq, Hafizh,Ushuli, Faqih, Ahli Nahwu, berotak cemerlang, bertinta emas dan banyakkaryanya; Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub binSa’ad bin Huraiz az-Zar’i, kemudian ad-Dimasyqi. Dikenal dengan ibnulQayyim al-Jauziyyah nisbat kepada sebuah madrasah yang dibentuk olehMuhyiddin Abu al-Mahasin Yusuf bin Abdil Rahman bin Ali al-Jauzi yangwafat pada tahun 656 H, sebab ayah Ibnul Qayyim adalah tonggak [QAYYIM]bagi madrasah itu. Ibnul Qayyim dilahirkan di tengah keluarga berilmudan terhormat pada tanggal 7 Shaffar 691 H. Di kampung Zara’ dariperkampungan Hauran, sebelah tenggara Dimasyq [Damaskus] sejauh 55mil.

Pertumbuhan Dan Thalabul Ilminya

Bukanlah hal yang aneh jikalau Ibnul Qayyim tumbuh menjadi seorangyang dalam dan luas pengetahuan serta wawasannya, sebab beliaudibentuk pada zaman ketika ilmu sedang jaya dan para ulama pun masihhidup. Sesungguhnya beliau telah mendengar hadits dari asy-Syihab an-Nablisiy,al-Qadli Taqiyuddin bin Sulaiman, Abu Bakr bin Abdid Da’im, Isa al-Muth’im,Isma’il bin Maktum dan lain-lain.

Beliau belajar ilmu faraidl dari bapaknya karena beliau sangatmenonjol dalam ilmu itu. Belajar bahasa Arab dari Ibnu Abi al-Fath al-Baththiydengan membaca kitab-kitab: [al-Mulakhkhas li Abil Balqa’ kemudiankitab al-Jurjaniyah, kemudian Alfiyah Ibnu Malik, juga sebagian besarKitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian at-Tas-hil]. Di samping itubelajar dari syaikh Majduddin at-Tunisi satu bagian dari kitab al-Muqarribli Ibni Ushfur.

Belajar ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi, Ilmu Fiqih dariSyaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Isma’il bin Muhammad al-Harraniy.

Beliau amat cakap dalam hal ilmu melampaui teman-temannya, masyhur disegenap penjuru dunia dan amat dalam pengetahuannya tentangmadzhab-madzhab Salaf.

Pada akhirnya beliau benar-benar bermulazamah secara total [bergurusecara intensif] kepada Ibnu Taimiyah sesudah kembalinya Ibnu Taimiyahdari Mesir tahun 712 H hingga wafatnya tahun 728 H.

Pada masa itu, Ibnul Qayyim sedang pada awal masa-masa mudanya. Olehkarenanya beliau sempat betul-betul mereguk sumber mata ilmunya yangluas. Beliau dengarkan pendapat-pendapat Ibnu Taimiyah yang penuhkematangan dan tepat. Oleh karena itulah Ibnul Qayyim amatmencintainya, sampai-sampai beliau mengambil kebanyakanijtihad-ijtihadnya dan memberikan pembelaan atasnya. Ibnul Qayyim yangmenyebarluaskan ilmu Ibnu Taimiyah dengan cara menyusun karya-karyanyayang bagus dan dapat diterima.

Ibnul Qayyim pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersamaIbnu Taimiyah sambil didera dengan cambuk di atas seekor onta. SetelahIbnu Taimiyah wafat, Ibnul Qayyim pun dilepaskan dari penjara.

Sebagai hasil dari mulazamahnya [bergurunya secara intensif] kepadaIbnu Taimiyah, beliau dapat mengambil banyak faedah besar, diantaranyayang penting ialah berdakwah mengajak orang supaya kembali kepadakitabullah Ta’ala dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang shahihah, berpegang kepada keduanya, memahami keduanyasesuai dengan apa yang telah difahami oleh as-Salafus ash-Shalih,membuang apa-apa yang berselisih dengan keduanya, serta memperbaharuisegala petunjuk ad-Din yang pernah dipalajarinya secara benar danmembersihkannya dari segenap bid’ah yang diada-adakan oleh kaum AhlulBid’ah berupa manhaj-manhaj kotor sebagai cetusan dari hawa-hawa nafsumereka yang sudah mulai berkembang sejak abad-abad sebelumnya, yakni:Abad kemunduran, abad jumud dan taqlid buta.

Beliau peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat kaum sufi,logika kaum filosof dan zuhud model orang-orang hindu ke dalam fiqrahIslamiyah.

Ibnul Qayyim rahimahullah telah berjuang untuk mencari ilmu sertabermulazamah bersama para Ulama supaya dapat memperoleh ilmu merekadan supaya bisa menguasai berbagai bidang ilmu Islam.

Penguasaannya terhadap Ilmu Tafsir tiada bandingnya, pemahamannyaterhadap USHULUDDIN mencapai puncaknya dan pengetahuannya mengenaiHADITS, makna hadits, pemahaman serta ISTINBATH-ISTINBATH rumitnya,sulit ditemukan tandingannya.

Begitu pula, pengetahuan beliau rahimahullah tentang ilmu SULUKdan ilmu KALAM-nya Ahli tasawwuf, isyarat-isyarat mereka sertadetail-detail mereka. Beliau memang amat menguasai terhadap berbagaibidang ilmu ini.

Semuanya itu menunjukkan bahwa beliau rahimahullah amat teguhberpegang pada prinsip, yakni bahwa “Baiknya” perkara kaum Muslimintidak akan pernah terwujud jika tidak kembali kepada madzhab as-Salafusash-Shalih yang telah mereguk ushuluddin dan syari’ah dari sumbernyayang jernih yaitu Kitabullah al-‘Aziz serta sunnah Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam asy-syarifah.

Oleh karena itu beliau berpegang pada [prinsip] ijtihad serta menjauhitaqlid. Beliau ambil istinbath hukum berdasarkan petunjuk al-Qur’anulKarim, Sunnah Nabawiyah syarifah, fatwa-fatwa shahih para shahabatserta apa-apa yang telah disepakati oleh ahlu ats tsiqah [ulamaterpercaya] dan A’immatul Fiqhi [para imam fiqih].

Dengan kemerdekaan fikrah dan gaya bahasa yang logis, beliau tetapkanbahwa setiap apa yang dibawa oleh Syari’ah Islam, pasti sejalan denganakal dan bertujuan bagi kebaikan serta kebahagiaan manusia di duniamaupun di akhirat.

Beliau rahimahullah benar-benar menyibukkan diri dengan ilmu dan telahbenar-benar mahir dalam berbagai disiplin ilmu, namun demikian beliautetap terus banyak mencari ilmu, siang maupun malam dan terus banyakberdo’a.

Sasarannya

Sesungguhnya Hadaf [sasaran] dari Ulama Faqih ini adalah hadafyang agung. Beliau telah susun semua buku-bukunya pada abad ke-tujuhHijriyah, suatu masa dimana kegiatan musuh-musuh Islam dan orang-orangdengki begitu gencarnya. Kegiatan yang telah dimulai sejak abad ketigaHijriyah ketika jengkal demi jengkal dunia mulai dikuasai Isalam,ketika panji-panji Islam telah berkibar di semua sudut bumi dan ketikaberbagai bangsa telah banyak masuk Islam; sebahagiannya karena iman,tetapi sebahagiannya lagi terdiri dari orang-orang dengki yangmenyimpan dendam kesumat dan bertujuan menghancurkan [dari dalampent.] dinul Hanif [agama lurus]. Orang-orang semacam ini sengajamelancarkan syubhat [pengkaburan]-nya terhadap hadits-hadits NabawiyahSyarif dan terhadap ayat-ayat al-Qur’anul Karim.

Mereka banyak membuat penafsiran, ta’wil-ta’wil, tahrif, sertapemutarbalikan makna dengan maksud menyebarluaskan kekaburan, bid’ahdan khurafat di tengah kaum Mu’minin.

Maka adalah satu keharusan bagi para A’immatul Fiqhi serta para ulamayang memiliki semangat pembelaan terhadap ad-Din, untuk bertekadmemerangi musuh-musuh Islam beserta gang-nya dari kalangan kaumpendengki, dengan cara meluruskan penafsiran secara shahih terhadapketentuan-ketentuan hukum syari’ah, dengan berpegang kepada Kitabullahwa sunnatur Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai bentukpengamalan dari Firman Allah Ta’ala:

“Dan Kami turunkan Al Qur’an kepadamu, agar kamu menerangkan kepadaUmat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.”[an-Nahl:44].

Juga firman Allah Ta’ala,

“Dan apa-apa yang dibawa Ar Rasul kepadamu maka ambillah ia, danapa-apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.”[al-Hasyr:7].

Murid-Muridnya

Ibnul Qayyim benar-benar telah menyediakan dirinya untuk mengajar,memberi fatwa, berdakwah dan melayani dialog. Karena itulah banyakmanusia-manusia pilihan dari kalangan para pemerhati yang menempatkanilmu sebagai puncak perhatiannya, telah benar-benar menjadi muridbeliau. Mereka itu adalah para Ulama terbaik yang telah terbuktikeutamaannya, di antaranya ialah: anak beliau sendiri bernamaSyarafuddin Abdullah, anaknya yang lain bernama Ibrahim, kemudian IbnuKatsir ad-Dimasyqiy penyusun kitab al-Bidayah wan Nihayah, al-Imam al-HafizhAbdurrahman bin Rajab al-Hambali al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqatal-Hanabilah, Ibnu Abdil Hadi al-Maqdisi, Syamsuddin Muhammad binAbdil Qadir an-Nablisiy, Ibnu Abdirrahman an-Nablisiy, Muhammad binAhmad bin Utsman bin Qaimaz adz-Dzhahabi at-Turkumaniy asy-Syafi’i,Ali bin Abdil Kafi bin Ali bin Taman As Subky, Taqiyussssddin Abuath-Thahir al-Fairuz asy-Syafi’i dan lain-lain.

Aqidah Dan Manhajnya

Adalah Aqidah Ibnul Qayyim begitu jernih, tanpa ternodai oleh sedikitkotoran apapun, itulah sebabnya, ketika beliau hendak membuktikankebenaran wujudnya Allah Ta’ala, beliau ikuti manhaj al-Qur’anul Karimsebagai manhaj fitrah, manhaj perasaan yang salim dan sebagai carapandang yang benar. Beliau â€"rahimahullah- sama sekali tidak maumempergunakan teori-teori kaum filosof.

Ibnul Qayiim rahimahullah mengatakan, “Perhatikanlah keadaan alamseluruhnya â€"baik alam bawah maupun- alam atas dengan segalabagian-bagaiannya, niscaya Anda akan temui semua itu memberikankesaksian tentang adanya Sang Pembuat, Sang Pencipta dan SangPemiliknya. Mengingkari adanya Pencipta yang telah diakui oleh akaldan fitrah berarti mengingkari ilmu, tiada beda antara keduanya. Bahwatelah dimaklumi; adanya Rabb Ta’ala lebih gamblang bagi akal danfitrah dibandingkan dengan adanya siang hari. Maka barangsiapa yangakal serta fitrahnya tidak mampu melihat hal demikian, berarti akaldan fitrahnya perlu dipertanyakan.”

Hadirnya Imam Ibnul Qayyim benar-benar tepat ketika zaman sedangdilanda krisis internal berupa kegoncangan dan kekacauan [pemikiranUmat Islamâ€"Pent.] di samping adanya kekacauan dari luar yang mengancamhancurnya Daulah Islamiyah. Maka wajarlah jika Anda lihat Ibnul Qayyimwaktu itu memerintahkan untuk membuang perpecahan sejauh-jauhnya danmenyerukan agar umat berpegang kepada Kitabullah Ta’ala serta SunnahRasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Manhaj serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembalikepada sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotorioleh ra’yu-ra’yu [pendapat-pendapat] Ahlul Ahwa’ wal bida’ [AhliBid’ah] serta helah-helah [tipu daya] orang-orang yang sukamempermainkan agama.

Oleh sebab itulah beliau rahimahullah mengajak kembali kepada madzhabsalaf; orang-orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah sesungguhnya yangdikatakan sebagai ulama waratsatun nabi [pewaris nabi] shallallahu‘alaihi wa sallam. Dalam pada itu, tidaklah Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam mewariskan dinar atau dirham, tetapi beliaumewariskan ilmu. Berkenaan dengan inilah, Sa’id meriwayatkan dariQatadah tentang firman Allah Ta’ala,

“Dan orang-orang yang diberi ilmu [itu] melihat bahwa apa yangditurunkan kepadamu dari Rabb mu itulah yang haq.” [Saba’:6].

Qotadah mengatakan, “Mereka [orang-orang yang diberi ilmu] itu ialahpara sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Di samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan bathilnya madzhabtaqlid.

Kendatipun beliau adalah pengikut madzhab Hanbali, namun beliau seringkeluar dari pendapatnya kaum Hanabilah, dengan mencetuskan pendapatbaru setelah melakukan kajian tentang perbandingan madzhab-madzhabyang masyhur.

Mengenai pernyataan beberapa orang bahwa Ibnul Qayyim telah dikuasaitaqlid terhadap imam madzhab yang empat, maka kita memberi jawabansebagai berikut, Sesungguhnya Ibnul Qayyim rahimahullah amatterlalu jauh dari sikap taqlid. Betapa sering beliau menyelisihimadzhab Hanabilah dalam banyak hal, sebaliknya betapa sering beliaubersepakat dengan berbagai pendapat dari madzhab-madzhab yangbermacam-macam dalam berbagai persoalan lainnya.

Memang, prinsip beliau adalah ijtihad dan membuang sikap taqlid.Beliau rahimahullah senantiasa berjalan bersama al-Haq di mana punberada, ittijah [cara pandang]-nya dalam hal tasyari’ adalah al-Qur’an,sunnah serta amalan-amalan para sahabat, dibarengi dengan ketetapannyadalam berpendapat manakala melakukan suatu penelitian dan manakalasedang berargumentasi.

Di antara da’wahnya yang paling menonjol adalah da’wah menujuketerbukaan berfikir. Sedangkan manhajnya dalam masalah fiqih ialahmengangkat kedudukan nash-nash yang memberi petunjuk atas adanyasesuatu peristiwa, namun peristiwa itu sendiri sebelumnya belum pernahterjadi.

Adapun cara pengambilan istinbath hukum, beliau berpegang kepada al-Kitab,as-Sunnah, Ijma’ Fatwa-fatwa shahabat, Qiyas, Istish-habul Ashli [menyandarkanpersoalan cabang pada yang asli], al-Mashalih al-Mursalah, Saddu adz-Dzari’ah[tindak preventif] dan al-‘Urf [kebiasaan yang telah diakui baik].

Ujian Yang Dihadapi

Adalah wajar jika orang ‘Alim ini, seorang yang berada di luar garistaqlid turun temurun dan menjadi penentang segenap bid’ah yang telahmengakar, mengalami tantangan seperti banyak dihadapi oleh orang-orangsemisalnya, menghadapi suara-suara sumbang terhadap pendapat-pendapatbarunya.

Orang-orang pun terbagi menjadi dua kubu: Kubu yang fanatik kepadanyadan kubu lainnya kontra.

Oleh karena itu, beliau rahimahullah menghadapi berbagai jenis siksaan.Beliau seringkali mengalami gangguan. Pernah dipenjara bersamaSyaikhul Islam Ibnu Taimiyah secara terpisah-pisah di penjara al-Qal’ahdan baru dibebaskan setelah Ibnu Taimiyah wafat.

Hal itu disebabkan karena beliau menentang adanya anjuran agar orangpergi berziarah ke kuburan para wali. Akibatnya beliau disekap,dihinakan dan diarak berkeliling di atas seekor onta sambil dideradengan cambuk.

Pada saat di penjara, beliau menyibukkan diri dengan membaca al-Qur’an,tadabbur dan tafakkur. Sebagai hasilnya, Allah membukakan banyakkebaikan dan ilmu pengetahuan baginya. Di samping ujian di atas, adapula tantangan yang dihadapi dari para qadhi karena beliau berfatwatentang bolehnya perlombaan pacuan kuda asalkan tanpa taruhan.Sungguhpun demikian Ibnul Qayyim rahimahullah tetap konsisten [teguh]menghadapi semua tantangan itu dan akhirnya menang. Hal demikiandisebabkan karena kekuatan iman, tekad serta kesabaran beliau. SemogaAllah melimpahkan pahala atasnya, mengampuninya dan mengampuni keduaorang tuanya serta segenap kaum muslimin.

Sirah [Riwayat Hidup] Dan Pujian Ulama Terhadap Beliau

Sungguh Ibnul Qayyim rahimahullah teramat mendapatkan kasihsayang dari guru-guru maupun muridnya. Beliau adalah orang yangteramat dekat dengan hati manusia, amat dikenal, sangat cinta padakebaikan dan senang pada nasehat. Siapa pun yang mengenalnya tentu iaakan mengenangnya sepanjang masa dan akan menyatakan kata-kata pujianbagi beliau. Para Ulama pun telah memberikan kesaksian akan keilmuan,kewara’an, ketinggian martabat serta keluasan wawasannya.

Ibnu Hajar pernah berkata mengenai pribadi beliau, “Dia adalah seorangyang berjiwa pemberani, luas pengetahuannya, faham akan perbedaanpendapat dan madzhab-madzhab salaf.”

Di sisi lain, Ibnu Katsir mengatakan, “Beliau seorang yang bacaanAl-Qur’an serta akhlaqnya bagus, banyak kasih sayangnya, tidak iri,dengki, menyakiti atau mencaci seseorang. Cara shalatnya panjangsekali, beliau panjangkan ruku’ serta sujudnya hingga banyak di antarapara sahabatnya yang terkadang mencelanya, namun beliau rahimahullahtetap tidak bergeming.”

Ibnu Katsir berkata lagi, “Beliau rahimahullah lebih didominasioleh kebaikan dan akhlaq shalihah. Jika telah usai shalat Shubuh,beliau masih akan tetap duduk di tempatnya untuk dzikrullah hinggasinar matahari pagi makin meninggi. Beliau pernah mengatakan, ‘Inilahacara rutin pagi buatku, jika aku tidak mengerjakannya nicayakekuatanku akan runtuh.’ Beliau juga pernah mengatakan, ‘Dengankesabaran dan perasaan tanpa beban, maka akan didapat kedudukan imamahdalam hal din [agama].’”

Ibnu Rajab pernah menukil dari adz-Dzahabi dalam kitabnya al-Mukhtashar,bahwa adz-Dzahabi mengatakan, “Beliau mendalami masalah hadits danmatan-matannya serta melakukan penelitian terhadap rijalul hadits [paraperawi hadits]. Beliau juga sibuk mendalami masalah fiqih denganketetapan-ketetapannya yang baik, mendalami nahwu dan masalah-masalahUshul.”

[Dan masih banyak lagi pujian ulama terhadap Ibnul Qayyim yang termuatdalam naskah asli berbahasa Arab, yang terjemahannya kini ada dihadapan pembaca, namun dalam hal pujian ulama terhadap beliau inihanya diterjemahkan secukupnya saja, pent].

Tsaqafahnya

Ibnul Qayyim rahimahullah merupakan seorang peneliti ulung yang‘Alim dan bersungguh-sungguh. Beliau mengambil semua ilmu danmengunyah segala tsaqafah yang sedang jaya-jayanya pada masa itu dinegeri Syam dan Mesir.

Beliau telah menyusun kitab-kitab fiqih, kitab-kitab ushul, sertakitab-kitab sirah dan tarikh. Jumlah tulisan-tulisannya tiadaterhitung banyaknya, dan diatas semua itu, keseluruhan kitab-kitabnyamemiliki bobot ilmiah yang tinggi. Oleh karenanyalah Ibnul Qayyimpantas disebut kamus segala pengetahuan ilmiah yang agung.

Karya-Karyanya

Beliau rahimahullah memang benar-benar merupakan kamus berjalan,terkenal sebagai orang yang mempunyai prinsip dan beliau ingin agarprinsipnya itu dapat tersebarluaskan. Beliau bekerja keras demipembelaannya terhadap Islam dan kaum muslimin. Buku-buku karangannyabanyak sekali, baik yang berukuran besar maupun berukuran kecil.Beliau telah menulis banyak hal dengan tulisan tangannya yang indah.Beliau mampu menguasai kitab-kitab salaf maupun khalaf, sementaraorang lain hanya mampun menguasai sepersepuluhnya. Beliau teramatsenang mengumpulkan berbagai kitab. Oleh sebab itu Imam ibnul Qayyimterhitung sebagai orang yang telah mewariskan banyak kitab-kitabberbobot dalam pelbagai cabang ilmu bagi perpustakaan-perpustakaanIslam dengan gaya bahasanya yang khas; ilmiah lagi meyakinkan dansekaligus mengandung kedalaman pemikirannya dilengkapi dengan gayabahasa nan menarik.

Beberapa Karya Besar Beliau

1. Tahdzib Sunan Abi Daud,

2. I’lam al-Muwaqqi’in ‘an Rabbil ‘Alamin,

3. Ighatsatul Lahfan fi Hukmi Thalaqil Ghadlban,

4. Ighatsatul Lahfan fi Masha`id asy-Syaithan,

5. Bada I’ul Fawa’id,

6. Amtsalul Qur’an,

7. Buthlanul Kimiya’ min Arba’ina wajhan,

8. Bayan ad-Dalil ’ala istighna’il Musabaqah ‘an at-Tahlil,

9. At-Tibyan fi Aqsamil Qur’an,

10. At-Tahrir fi maa yahillu wa yahrum minal haris,

11. Safrul Hijratain wa babus Sa’adatain,

12. Madarijus Salikin baina manazil Iyyaka na’budu wa Iyyaka nasta’in,

13. Aqdu Muhkamil Ahya’ baina al-Kalimit Thayyib wal Amais Shalih al-Marfu’ila Rabbis Sama’

14. Syarhu Asma’il Kitabil Aziz,

15. Zaadul Ma’ad fi Hadyi Kairul Ibad,

16. Zaadul Musafirin ila Manazil as-Su’ada’ fi Hadyi Khatamil Anbiya’

17. Jala’ul Afham fi dzkris shalati ‘ala khairil Am,.

18. Ash-Shawa’iqul Mursalah ‘Alal Jahmiyah wal Mu’aththilah,

19. Asy-Syafiyatul Kafiyah fil Intishar lil firqatin Najiyah,

20. Naqdul Manqul wal Muhakkil Mumayyiz bainal Mardud wal Maqbul,

21. Hadi al-Arwah ila biladil Arrah,

22. Nuz-hatul Musytaqin wa raudlatul Muhibbin,

23. al-Jawabul Kafi Li man sa`ala ’anid Dawa`is Syafi,

24. Tuhfatul Wadud bi Ahkamil Maulud,

25. Miftah daris Sa’adah,

26. Ijtima’ul Juyusy al-Islamiyah ‘ala Ghazwi Jahmiyyah walMu’aththilah,

27. Raf’ul Yadain fish Shalah,

28. Nikahul Muharram,

29. Kitab tafdlil Makkah ‘Ala al-Madinah,

30. Fadl-lul Ilmi,

31. ‘Uddatus Shabirin wa Dzakhiratus Syakirin,

32. al-Kaba’ir,

33. Hukmu Tarikis Shalah,

34. Al-Kalimut Thayyib,

35. Al-Fathul Muqaddas,

36. At-Tuhfatul Makkiyyah,

37. Syarhul Asma il Husna,

38. Al-Masa`il ath-Tharablusiyyah,

39. Ash-Shirath al-Mustaqim fi Ahkami Ahlil Jahim,

40. Al-Farqu bainal Khullah wal Mahabbah wa Munadhorotul Khalil liqaumihi,

41. Ath-Thuruqul Hikamiyyah, dan masih banyak lagi kitab-kitab sertakarya-karya besar beliau yang digemari oleh berbagai pihak.

Wafatnya

Asy-Syaikh al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub az-Zar’iyang terkenal dengan julukan Ibnu Qayyim al-Jauziyah, wafat pada malamKamis, tanggal 13 Rajab tahun 751 Hijriyah pada saat adzan ‘Isya’.Beliau dishalatkan keesokan harinya sesudah shalat Zhuhur di MasjidJami’ Besar Dimasyq [al-Jami’ al-Umawi], kemudian dishalatkan pula dimasjid Jami’ al-Jirah. Beliau dikuburkan di sebelah kuburan ibunya ditanah pekuburan al-Babus Shaghir. Kuburannya dikenal hingga hari ini.

Jenazahnya banyak dihadiri orang. Disaksikan oleh para Qadhi danorang-orang shalih dari kalangan tertentu maupun awam. Orang-orangberjubel saling berebut memikul kerandanya. Saat wafat, beliaurahimahullah berumur genap enam puluh tahun.

Semoga Allah senantiasa memberikan keluasan rahmat-Nya kepada beliau.

Maraji’ [Rujukan]

1. Al-Bidayah wan Nihayah libni Katsir,

2. Muqaddimah Zaadil Ma’ad fi Hadyi Khairil Ibad, Tahqiq: Syu’ab waAbdul Qadir al-Arna`uth,

3. Muqaddimah I’lamil Muwaqqi’in ‘an Rabbil ‘alamin; Thaha Abdur Ra’ufSa’d,

4. Al-Badrut Thali’ Bi Mahasini ma Ba’dal Qarnis Sabi’ karya Imamasy-Syaukani,

5. Syadzaratudz dzahab karya Ibn Imad,

6. Ad-Durar al-Kaminah karya Ibn Hajar al-‘Asqalani,

7. Dzail Thabaqat al-Hanabilah karya Ibn Rajab Al Hanbali,

8. Al Wafi bil Wafiyat li Ash Shafadi,

9. Bughyatul Wu’at karya Suyuthi,

10. Jala’ul ‘Ainain fi Muhakamah al-Ahmadin karya al-Alusi,

11. An-Nujum Az-Zahirah karya Ibn Ta’zi Bardiy.

Diterjemahkan dari:

Majalah al-Mujahid no. 12 Th. I, Rabi’uts Tsani 1410 H. Hal 30-33,tulisan Hudzaifah Muhammad al-Missri

Catatan:

Pada sub judul: Pujian Ulama, dan wafatnya; tidak diterjemahkan semua.Diterjemahkan oleh Ahmaz Faiz Asifuddin.

[Sumber: Majalah as-Sunnah, 06/I/1414-1993 dengan sedikit perubahan]

Artikel al-Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah diambil dari http://www.asofwah.or.id
al-Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah.

Tidak ada komentar: