Senin, 12 Mei 2008

Renungan Kejujuran (4) Kisah Teladan dan FenomenaHilangnya Kejujuran

Kumpulan Artikel Islami

Renungan Kejujuran (4) Kisah Teladan dan FenomenaHilangnya Kejujuran Kisah Ke Satu

Bilal radhiyallahu ‘anhu meminangkan seorang wanita bangsaQuraisy untuk saudara-nya, maka dia berkata kepada keluarga wanitatersebut, Kami adalah orang yang telah Anda ketahui dan Anda kenal,dahulu kami adalah budak, lalu Allah subhanahu wata’alamemerdekakan kami, dahulu kami orang yang sesat, lalu Allah

subhanahu wata’ala memberikan petunjuk dan kami dahulu adalahorang yang fakir, lalu Allah subhanahu wata’ala memberikan kamikecukupan. Maka aku meminang kepada Anda si Fulanah untuk saudarakuini, jika kalian mau menikahkan, maka segala puji hanya milik Allahdan jika kalian menolak, maka Allah Maha Besar.

Maka sebagian mereka saling melihat kepada sebagian yang lain,kemudian salah seorang dari mereka berkata, Bilal adalah orang yangtelah kalian ketahui latar belakangnya, kedekatan dan kedudukannya disisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka nikahkanlahsaudaranya itu. Maka mereka pun akhirnya menerima lamaran itu danmenikahkan saudara Bilal dengan wanita tersebut. Ketika seluruh urusansudah selesai, berkatalah saudara Bilal kepadanya, Semoga Allahmengampunimu, adapun engkau maka engkau hanya menyebutkan latarbelakangmu dan kebersamaanmu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam dan tidak menyebutkan selainnya. Maka Bilal

radhiyallahu ‘anhu berkata, Oh iya, engkau benar, maka sekarangaku nikahkan kamu dengan kejujuran. [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Kisah ke Dua

Diriwayatkan dari Sahl bin Aqil rahimahullah dia berkata, Suatuketika Ismail ’alaihis salam membuat janji untuk datang kerumah seseorang. Maka datanglah Ismail, tetapi orang tersebut lupa.Maka beliau pun menunggu dan bermalam di tempat itu sehingga datangorang tersebut dari kepergiannya kemarin.” Oleh karena itu di dalamal-Qur'an beliau disebut sebagai shadiqul wa'di [orang yangmenepati janji], sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wata’ala,artinya:

“Dan ceritakanlah [hai Muhammad kepada mereka] kisah Ismail [yangtersebut] di dalam al-Qur'an. Sesungguh-nya ia adalah seorang yangbenar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.”[QS.Maryam:54]

Kisah Ke Tiga

As'ad bin Ubaidillah al-Makhzumi rahimahullah berkata, AbdulMalik bin Marwan rahimahullah memerintahkan aku agar mengajarianak-anaknya kejujuran, sebagaimana aku mengajari mereka al-Qur'an.

Kisah Ke Empat

Ismail bin Ubaidillah rahimahullah berkata, Ketika ayahkusudah dekat ajalnya, dia mengumpulkan seluruh anak-anaknya laluberkata kepada mereka, Wahai anak-anakku! Wajib atas kalian semuataqwa kepada Allah, membaca al-Qur'an dan merutinkannya. Dan wajibatas kalian untuk jujur walaupun jika salah seorang dari kalianmembunuh seseorang lalu ada salah satu kerabatnya yang bertanya. DemiAllah aku tidak pernah berdusta sama sekali semenjak aku membaca al-Qur'an.

Kisah Ke Lima

Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib

radhiyallahu ‘anhu, beliau lebih dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq

rahimahullah karena kejujurannya di dalam berbicara.

Fenomena Hilangnya kejujuran

Orang yang memperhatikan kondisi manusia di masa ini, maka akanmendapati betapa telah terabaikannya sisi kejujuran ini. Di antarasebabnya adalah karena lemahnya keimanan di dalam hati kaum muslimin,tersebarnya kemaksiatan di setiap tempat serta ber-lebihan di dalammencintai kehidupan dunia. Maka rasa takut terhadap sesama manusiatelah mendominasi sehingga menyebabkan hilangnya kejujuran dalamucapan, perbuatan dan segala kondisi mereka.

Dalam hadits disebutkan bahwa kejujuran merupakan ketenangan, makajika kejujuran telah hilang akan hilang pula ketenangan dalamkehidupan dan pergaulan antar sesama. Sehingga yang tersebar adalahrasa gelisah dan saling curiga sebagai ganti dari rasa tenang.

Di antara fenomena yang tersebar di tengah masyarakat yangmengindikasikan lemahnya kejujuran adalah sebagai berikut:

1. Tersebarnya Ucapan Dusta

Bahkan bukan hanya ucapan dusta, tetapi termasuk juga amalan dansegala kondisi, padahal ia merupakan salah satu dosa besar. Allah

subhanahu wata’ala berfirman, artinya:Kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita mintasupaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. [QS. Ali Imran:61]

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu Nabi

shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,Tiga hal, barang siapa yang pada dirinya terdapat ketiganya makadia adalah orang munafik. Yaitu jika berbicara dusta, jika berjanjimenyelisihi dan jika dipercaya berkhianat. [HR. Al-Bukhari danMuslim]

2. Fenomena Ingkar Janji

Ingkar janji sebagaimana disebutkan di dalam hadits di atas merupakansalah satu ciri kemunafikan. Kini ingkar janji telah menjadi hal yanglumrah bagi sebagian orang, bahkan di antara mereka ada yang dikenaldengan manusia ingkar janji.

Di antara bentuk ingkar janji yang sering dianggap remeh olehkebanyakan manusia adalah:

Terlambat atau mengundur keda-tangan dengan tanpa ada alasan, sepertiseseorang yang berjanji akan datang jam delapan tetapi dia baru datangjam sembilan, dengan tanpa alasan yang dibenarkan. Termasuk juga orangtua yang mengingkari janji terhadap anak-anaknya untuk membelikansesuatu atau memberinya sesuatu.

Abdullah Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Dusta itutidak layak baik dalam bergurau atau sungguh-sungguh, dan janganlahseseorang di antara kalian berjanji terhadap anaknya dengan sesuatulalu tidak melaksanakannya. [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

3. Mengkhianati Amanah

Amat banyak manusia yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimanamestinya, misalnya seorang pegawai tidak melakukan hal-hal ataupekerjaan yang seharusnya dituntut dan menjadi tugasnya. Di antaracontohnya adalah terlambat datang di tempat kerja, dan jika datangbukannya melaksanakan pekerjaan dan tugasnya tetapi menelpon kesana-sini bukan untuk urusan kerja, membaca majalah atau koran dalamjam kerja, atau nonton acara televisi dan lain sebagianya.

Demikian juga mengambil cuti sakit padahal tidak sakit, dan dia lupabahwa dirinya dengan demikian telah memakan harta orang lain dengantanpa bekerja. Apa hak dia mengambil upah secara utuh sementara harikerja yang seharusnya dia masuk bekerja dikurangi dengan tanpa alasanyang dibenarkan

4. Menipu Dalam Jual Beli

Di antara bentuknya adalah dengan menyembunyikan cacat barang dagangan,padahal si penjual ini mengetahui bahwa dagangannya cacat, tetapi diatidak memberitahukan kepada si pembeli. Dia beralasan bahwa itu salahpembeli sendiri mengapa tidak meneliti dahulu barang yang akan diabeli. Menyembunyikan aib barang dagangan merupakan sebab hilangnyabarakah, sebagaimana diriwayatkan dari Hakim bin Hizam radhiyallahu‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,Penjual dan pembeli melakukan khiyar [pilih barang dan tawarmenawar] selagi mereka belum berpisah. Jika keduanya jujur danmenjelaskan [cacat] maka diberkahi keduanya dan jika keduanyamenyembunyikan cacat dan berdusta maka dihapus keberkahannya. [HR. al-Bukhari dan Muslim]

5. Berpura-pura Fakir

Yaitu mengaku dirinya orang miskin dan butuh bantuan padahalsebenarnya kecukupan, dan dia meminta bantuan hanya sekedar untukmemperbanyak atau menumpuk harta benda. Diriwa-yatkan dari AbuHurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Barang-siapa yangmeminta-minta harta benda kepada orang lain untuk memperbanyakkepemilikannya, maka sesungguhnya dia sedang meminta bara api. [TarikhDimasyq 14/373, Al-Mustathraf 2/15]

6. Menyembunyikan Aib Pelamar atau Wanita yang Dilamar

Yakni masing-masing dari pelamar atau wanita yang sedang dilamarmenutup-nutupi kekurangannya baik dalam masalah fisik atau akhlaknya.Masing-masing hanya menonjolkan kebaikan dan kelebihannya saja, sertaberlebih-lebihan di dalam memberi pujian, padahal ini dapatmenghilangkan berkah pernikahan.

Sumber: “Majalah “Al Jundi Al Muslim” No.121 Ramadhan 1426,oleh Syaikh Sulthan Fuad Al-Thubaisyi. bagian ke 4 dari 4 edisi.

Artikel Renungan Kejujuran (4) Kisah Teladan dan FenomenaHilangnya Kejujuran diambil dari http://www.asofwah.or.id
Renungan Kejujuran (4) Kisah Teladan dan FenomenaHilangnya Kejujuran.

Tidak ada komentar: