Jumat, 06 Juni 2008

Di Balik Ujian Kefakiran

Kumpulan Artikel Islami

Di Balik Ujian Kefakiran Al Imam an-Nawawi di dalam kitabnya RiyadhusShalihin telah menulis satu bab, yaitu Keutamaan Fakir . Adasebagian peneliti kitab ini yang menggarisbawahi bab tersebut, yakniberkaitan dengan ucapan imam an-Nawawi tentang keutamaan fakir. Diaberkata, Bagaimana seorang fakir memiliki keutamaan sedangkan Nabi

shallallahu ‘alaihi wasallam telah berlindung kepada Allah darikefakiran

Jika diteliti, ucapan Imam an-Nawawi tersebut ternyata lebih mendalammaknanya daripada ucapan si peneliti. Imam an-Nawawi juga mengetahuibahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berlindung darikefakiran. Hanya saja apa yang beliau ucapkan adalah untuk menekankandan mengingatkan pembaca tentang sesuatu yang mungkin tidak diketahui,yaitu besarnya pahala ujian kefakiran ini, yang disyariatkan untukberlindung darinya. Beliau menyampaikan adab seorang fakir yangterdiri dari dua hal:

Pertama; Berlindung kepada Allah subhanahu wata’aladarinya. Dan memohon kepada Allah agar diberikan kecukupan danpenjagaan kehormatan, berdasarkan keumuman dalil yang menunjukkandisyariatkannya berlindung kepada Allah subhanahu wata’ala daribala'. Dan juga karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telahberlindung kepada Allah dari kefakiran serta memerintahkan hal itu.Beliau mengucapkan,Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dankefakiran, dan aku berlindung kepada-Mu ari adzab kubur, tidak adailah yang hak disembah selain Engkau.

Beliau juga bersabda,Berlindunglah kalian kepada Allah dari kefakiran, kekurangan,kehinaan dan dari berbuat zhalim atau dizhalimi. [Silsilahshahihah, no 1445]

Ke dua; Rela terhadap ketetapan Allah subhanahu wata’ala.Jika seorang muslim tertimpa kemiskinan atau kekurangan harta makahendaklah dia bersabar dan rela dengan takdir Allah, karena tidaklahAllah subhanahu wata’ala menciptakan kefakiran melainkan hanyauntuk memilah dan menguji hamba. Allah subhanahu wata’alamenjelaskan hal itu dengan sangat gamblang dalam firman-Nya, artinya,

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikitketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Danberikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, [yaitu]orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, Innaalillahi wa innaa ilaihi raaji'uun . [QS. 2:155-156]

Coba kita perhatikan bagaimana Allah subhanahu wata’ala telahmenjadikan kekurangan harta sebagai bagian dari bala' yang dengannyaDia menguji manusia. Dan bagaimana pula Allah subhanahu wata’alamenisbatkan ujian tersebut dari diri-Nya dalam firman-Nya, SungguhKami akan menguji kalian. Kemudian perlu kita renungkan pulabagaimana Allah menyebut kekurangan harta sebagai musibah, bagaimanapula Dia memberi kan kabar gembira bagi orang-orang yang sabarmenerima ujian kefakiran dan kekurangan tersebut. Dia pun mengajarkankepada mereka adab kesabaran berupa istirja' [mengembali kan urusankepada Allah dengan mengucap inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un]dan menjanjikan bagi mereka rahmat dan kesejahteraan.

Saudaraku, para fakir! Anda diciptakan di muka bumi ini, namun kadangAnda terhalang untuk mendapat kan kelezatannya. Itu tidak lain untukmenguji kadar keimanan Anda dan agar diketahui bagaimana sikap anda,apakah Anda menggerutu dan ingkar ataukah Anda bersikap rela dan sabar.

Ingatlah, bahwa semua orang yang ada di muka bumi ini sedang diuji,orang fakir diuji dengan kefakirannya dan orang kaya diuji dengankekayaannya. Ketika Allah subhanahu wata’ala memuliakan NabiSulaiman dengan harta dan kerajaan maka beliau berkata, Ini adalahkeutamaan dari Rabbku, untuk mengujiku apakah aku bersyukur ataukahjustru kafir. Maka selayaknya seorang fakir juga berkata, Ini adalahketetapan Rabbku, untuk mengujiku apakah aku bersabar ataukah ingkar. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskanbahwa ujian kefakiran itu lebih ringan dibandingkan ujian kekayaan.

Saudaraku, janganlah engkau bersedih hati dengan kefakiranmu, hadapikefakiran dengan dua hal; Berlindung kepada Allah subhanahuwata’ala darinya, dan bersabar atasnya.

SEBAB-SEBAB KEFAKIRAN

1.Lemah dan Malas

Penyakit lemah dan malas terkadang menjadi salah satu sebab darikefakiran bagi seorang muslim. Karena Allah subhanahu wata’alamenciptakan manusia dalam keadan memiliki potensi untuk berusaha danbekerja di muka bumi, serta diberi kemampuan untuk berjuang mencaririzki. Oleh karenanya Dia berfirman, artinya,

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susahpayah.” [QS. 90:4]

Susah payah mengharuskan seseorang untuk berusaha, bekerja keras danberjuang untuk memperoleh rezeki dan keberkahan. Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam banyak-banyak berlindung dari sikapmalas dan lemah, beliau bersabda,Ya Allah aku berlindung kepadamu dari kegelisahan dan kesedihan,dari sifat lemah dan malas, dari sikap pengecut dan kikir, daribelitan hutang dan tekanan orang. [HR. al-Bukhari]

2.Dosa dan Maksiat

Kefakiran dan kemelaratan merupakan bagian dari musibah, yangterkadang disebabkan karena kemaksiatan sebagaimana musibah yang lainpada umumnya. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan olehperbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar [darikesalahan-kesalahanmu].” [QS. 42:30]

Ibu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, Sesungguh nya kebaikanitu sinar di wajah, cahaya di dalam hati, kekuatan di badan, keluasandalam rezeki, kecintaan di dalam hati setiap orang. Sedangkankeburukan adalah kemuraman di wajah, kegelapan di hati, kelemahan dibadan, mengurangi rezeki, dan penyebab kebencian di hati orang.

Maka cukuplah kemaksiatan itu akan menghilangkan keberkahan,sebagaimana dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Sesungguhnyaseorang hamba terhalang dari rizki dengan sebab dosa yang dia kerjakan.

[HR. Ahmad Ibnu Majah]

Terhalangnya seseorang dari rezeki mungkin dengan lenyapnya rezekitersebut, atau berkurang jumlahnya, atau tidak memberinya manfaatsehingga meskipun harta yang dimiliki sangat banyak, namun justrumenjadi bencana baginya.

Oleh karena itu selayaknya masing-masing kita melihat seberapa banyaktelah melakukan dosa, menyia-nyiakan shalat, kurang takut kepada Allah

subhanahu wata’ala, tidak mau bersilaturrahim dengan kerabat,buruk pergaulan dengan sesama muslim dan lain-lain. Kalau kitamenyadari, maka sungguh tidak ada seorang pun di antara kita yanglepas dari berbuat dosa, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam, Seluruh bani Adam banyak berbuat salah, dansebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat. [HR. at-Tirmidzi]

3. Penjagaan Allah subhanahu wata’ala kepada Hamba

Allah subhanahu wata’ala itu Maha Tahu, boleh jadi jika seoranghamba diberi kekayaan, justru akan menjadikannya celaka di dunia dandi akhirat, atau akan menjadi kan dia sombong dan besar kepala yangberakibat pada turunnya siksa dan bencana. Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,Sesungguhnya Allah Ta'ala menjaga hamba-Nya yang beriman daridunia ini, padahal Dia mencintainya. Sebagaimana kalian semuaberhati-hati [menjaga] orang sakit dalam memberi makan dan minum,karena khawatir terhadapnya. [HR. Ahmad, terdapat di Shahih al-Jamino. 181]

4.Telah Ditetapkan Memperoleh Kedudukan di Sisi Allah subhanahuwata’ala

Termasuk besarnya kemuliaan dan kemurahan Allah subhanahu wata’alaadalah Dia memuliakan hamba-Nya sebelum hamba itu melakukan suatuprestasi, dan Dia telah menulis untuk seorang hamba satu kedudukanyang tidak mungkin hamba tersebut mencapainya hanya dengan amalperbuatannya. Sehingga dia memberikan kebaikan dengan cara mengujinya,baik itu dalam harta, anak, atau badannya. Nabi shallallahu ‘alaihiwasallambersabda,Sesungguhnya jika seorang hamba telah ditulis baginya satukedudukan yang tidak mampu dia capai dengan amalnya, maka Allahmengujinya di dalam harta atau badan atau anaknya. [HR. Abu Dawud]

Dan kedudukan yang tinggi hanya dicapai oleh seorang mukmin. Makaketika ada seseorang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam lalu berkata, Sungguh aku mencintaimu. Maka Nabimenjawab, Siapkan dirimu menjadi orang fakir. Wallahu a’lam.

Sumber: Buku saku “Risalah ila Faqir” Dept. Ilmiyah DarulWathan [Kholif Mutaqin]

Artikel Di Balik Ujian Kefakiran diambil dari http://www.asofwah.or.id
Di Balik Ujian Kefakiran.

Tidak ada komentar: