Minggu, 13 Juli 2008

Sunnah-Sunnah Pergi Menuju Masjid

Kumpulan Artikel Islami

Sunnah-Sunnah Pergi Menuju Masjid Sunnah-Sunnah Pergi Menuju Masjid

Kategori Amalan Sunnah

Kamis, 5 Mei 2005 17:35:43 WIBSUNNAH-SUNNAH PERGI MENUJUA MASJIDOlehSyaikh Khalid al Husainan[a]. Bersegera Menuju MasjidRasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.â€Å"Artinya : Seandainya manusia mengetahui keutamaan panggilan adzan dan shaf awal kemudian tidaklah mereka bisa mendapatinya kecuali dengan berundi, pastilah mereka berundi dan seandainya mereka mengetahui keutamaan bersegera menuju masjid niscaya mereka akan berlomba-lomba dan seandainya mereka mengetahui keutamaan sepertiga malam yang awal dan shubuh niscaya mereka akan datang kepadaKu walaupun dengan merangkak” [Hadits Riwayat Bukhari no. 615 dan Muslim no. 437]Imam An-Nawawy berkata: â€Å"At-Tahjir adalah bersegera menuju shalat”[b]. Doa Pergi Menuju Masjid."Artinya : Ya Allah, jadikanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya dari mukaku, cahaya dari atasku dan cahaya dari bawahku, Ya Allah berikanlah aku cahaya” [Hadits Riwayat. Bukhary 11/116 no. 6316 dan Muslim no. 763 ][c]. Berjalan Menuju Masjid Dengan Tenang Dan BerwibawaRasuulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.â€Å"Artinya : Apabila kalian telah mendengar iqomah maka berjalanlah kalian menuju masjid untuk sholat dengan ketenangan dan kewibawaan.” [Hadits Riwayat Bukhari no 636 dan 908 Sedangkan Muslim tidak meriwayatkan]"As-Sakinah " artinya perlahan dalam berjalan dan menjauhkan diri dari bersendau gurau"Al-Waqoru" artinya menundukkan pandangan, merendahkan suara dan tidak menoleh-noleh.[d]. Pergi Menuju Masjid Dengan Berjalan KakiPara ulama telah menjelaskan bahwa berjalan kaki ke masjid dengan tenang tanpa tergesa-gesa mengandung banyak sekali kebaikan bagi seorang pejalan kaki. Hal ini berdasarkan nash-nash syari’at yang menunjukkan tentang keutamaan memperbanyak langkah menuju masjid.Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabdaâ€Å"Artinya : Maukah kalian aku tunjukkan apa-apa yang menyebabkan Allah menghapuskan dosa dan mengangkat derajat kalian.” Mereka berkata: â€Å"Ya, wahai Rasul”, kemudian Rasul menyebutkan salah satunya adalah memperbanyak langkah menuju masjid. [Hadits Riwayat Muslim no. 251][e] Berdo’a Ketika Masuk MasjidDoa masuk masjid yaitu :"Artinya : Ya Allah, bukalah pintu rahmat-Mu untukkuBerdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam"Artinya : Apabila diantara kalian ada yang masuk masjid maka bersholawatlah kalian atas Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian mengucapkan doa: â€Å"Ya Allah bukalah pintu rahmat-Mu untukku” [Hadits Riwayat Muslim 1/494 no. 713, Abu Dawud no. 465, Nasaa’I no.728, Ibnu Majah no. 772.][f]. Mendahulukan Kaki Kanan Ketika Masuk MasjidBerdasarkan perkataan shahabat yang mulia Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu:"Artinya : Termasuk Sunnah, apabila engkau masuk masjid, untuk mendahulukan kakimu yang kanan dan apabila engkau keluar, dahulukan kaki kirimu. [Hadits Riwayat Hakim 1/475, ia berkata : Shahih berdasarkan syarat Muslim" Dan disepakati oleh Adz-Dzahabi][g]. Memprioritaskan Menempati Shaff Yang Pertama.â€Å"Artinya : Seandainya manusia mengetahui keutamaan panggilan adzan dan shaf awal kemudian tidaklah mereka bisa mendapatinya kecuali dengan berundi, pastilah mereka berundi dan seandainya mereka mengetahui keutamaan bersegera menuju masjid niscaya mereka akan berlomba-…” [Hadits Riwayat Bukhari no. 615 dan Muslim no. 437, Pent][h]. Berdoa Ketika Keluar MasjidJika keluar dari masjid, hendaklah mengucapkan"Artinya : Ya Allah, aku mohon kepadamu karuniamu. [Hadits Riwayat Muslim 713 dan Abu Dawud 465]Dan pada riwayat An-Nasa'i terdapat tambahan agar bershalawat kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam[i]. Mendahulukan kaki kiri ketika keluar dari Masjid sebagaimana perkataan shahabat Anas bin Malik ketika menyebutkan tentang keutamaan mendahulukan kaki kanan ketika masuk masjid.[j]. Shalat Tahiyatul MasjidSabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam"Artinya : Apabila salah seorang diantara kalian masuk masjid, maka hendaklah shalat dua rakaat sebelum ia duduk” [Hadits Riwayat Bukhari no. 444 dan Muslim no. 714]Imam Syafi’i berkata, â€Å"Shalat Tahiyatul Masjid disyariatkan kecuali pada waktu yang dilarang.” [1]Al Hafidz Ibnu Hajar, â€Å"Shalat Tahiyatul Masjid adalah sunnah hukumnya menurut ijma dari ahli fatawa [ulama].”Praktek sunnah-sunnah tersebut terjadi berulangkali, dilakukan oleh seorang muslim ketika hendak bepergian menuju masjid untuk shalat lima waktu, apabila dikumpulkan maka akan didapat sebanyak 50 sunnah.[Disalin dari kitab Aktsaru Min Alfi Sunnatin Fil Yaum Wal Lailah, edisi Indonesia Lebih Dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Penulis Khalid Al-Husainan, Penerjemah Zaki Rachmawan]_________Foote Note[1]. Waktu yang terlarang untuk melakukan shalat sunnah tathawwu’ ada tiga. Berdasarkan hadits dari Uqbah bin Amir Al Juhani Radhiyallahu 'anhu diriwayatkan bahwa ia berkata: â€Å"Ada tiga waktu yang kami dilarang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk shalat pada waktu tersebut dan juga untuk menguburkan mayyit; ketika matahari persis terbit, hingga meninggi; ketika matahari tepat di atas kepala, hingga condong; dan manakala matahari mulai tenggelam, hingga betul-betul tenggelam. [Hadits Riwayat. Muslim, dalam Kitab Shalatul Musafirin, bab waktu-waktu yang terlarang. No. 831].

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1423&bagian=0


Artikel Sunnah-Sunnah Pergi Menuju Masjid diambil dari http://www.asofwah.or.id
Sunnah-Sunnah Pergi Menuju Masjid.

Peringatan Dari Bahaya Penculikan, Pembunuhan Serta Tindak Peledakan 2/2

Kumpulan Artikel Islami

Peringatan Dari Bahaya Penculikan, Pembunuhan Serta Tindak Peledakan 2/2 Peringatan Dari Bahaya Penculikan, Pembunuhan Serta Tindak Peledakan 2/2

Kategori Al-Irhab = Terorisme

Jumat, 10 September 2004 23:24:51 WIBPERINGATAN DARI BAHAYA IGHTIYAALAT [PENCULIKAN DAN PEMBUNUHAN] SERTA TINDAK PELEDAKAN DENGAN DALIH KISAH PEMBUNUHAN KAAB BIN AL-ASYRAFOlehSyaikh Abul Hasan Musthafa bin Ismail As-Sulaimani Al-Mishri[Silsilah Al-Fatawa Asy-Syar'iyah, Darul Hadits Ma'rib Yaman, 1418H]Bagian Terakhir dari Dua Tulisan [2/2]Syubhat-Syubhat Dan BantahannyaApabila mereka berkata, "Kami sudah terbukti berhasil di berbagai tempat".Bantahannya :Keberhasilan bukanlah sebuah ukuran [kebenaran, -pent]. Hal ini jika mereka memang benar-benar berhasil ! Namun mana bukti keberhasilan tersebut Bagaimana mungkin mereka berhasil bila mereka selalu menyelisihi alim ulama.Ada yang berdalil dengan hadits Aisyah yang berbunyi :"Artinya : Bakal ada pasukan yang akan menyerang Ka'bah, tetapi ketika mereka sampai di suatu tempat tiba-tiba dibinasakan seluruhnya. Tidak ada yang tersisa !" Beliau ditanya, "Bagaimana mungkin dibinasakan seluruhmya padahal di situ ada orang-orang yang tidak terlihat yaitu orang-orang yang sedang di pasar" Beliau menjawab, "Dibinasakan seluruhnya, kemudian dibangkitkan menurut niat masing-masing" [Muttafaqun 'Alaihi]Menurut akal mereka yang picik, makna implistnya adalah meledakkan kendaraan-kendaraan, terowongan-terowongan, atau bangunan-bangunan. adapun mengenai orang-orang yang tidak bersalah namun turut menjadi korban akan dibangkitkan menurut niat masing-masing.Cobalah perhatikan ! Betapa dangkalnya pemahaman mereka seandainya mereka mau menelaah kitab "Fathul Bari" [IV : 241] mereka pasti akan menemukan perkataan Ibnul Munayyir sebagai berikut :"Hukuman yang tertera di dalam hadits tersebut adalah hukuman Allah langsung dari-Nya, tidak boleh disamakan dengan hukuman Allah melalui prosedur syariat". [1]Memang benar, cara seperti itu diperbolehkan apabila tidak ada pilihan lain untuk mencegah kejahatan musuh-musuh Allah selain dengan cara tersebut, dan memiliki kemampuan untuk melakukannya tanpa menimbulkan fitnah [bencana] yang lebih besar sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Imam Ibnu Taimiyah.Akan tetapi, apakah benar tidak ada pilihan lain Realita yang ada membantahnya ! Peluang dakwah masih terbuka lebar di hadapan mereka. Kemudian bandingkanlah keadaan mereka dengan ayat di bawah ini."Artinya : Dan kalaulah tidak karena beberapa orang laki-laki dan wanita yang beriman yang tiada kamu ketahui sehingga kamu membunuhnya. maka kamu ditimpa kesulitan tanpa pengetahuan. [tentu Allah akan membiarkan kamu membinasakan mereka]" [Al-Fath : 25]Lalu anggaplah orang-orang yang mereka kafirkan itu benar-benar kafir, tetapi apakah setiap orang kafir boleh di culik dan dibunuh Bukankah terdapat beberapa perincian dan syarat-syarat yang telah digariskan oleh alim ulama Cobalah perhatikan, seandainya Rasulullah merestui keinginan beberapa sahabat [di antaranya adalah Abdurrahman bin Auf. -pent] untuk berperang pada waktu masih berada di kota Mekkah, niscaya beliau telah melanggar perintah Allah Azza wa Jalla. Allah berfirman."Artinya : Tidaklah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka Tahanlah tanganmu dari berperang !" [An-Nisaa : 77]Pada saat itu Rasulullah hanya berkata."Artinya : Aku diperintahkan untuk memaafkan"[Silakan lihat sebab turun ayat ini dalam buku " Shahihul Musnad min Asbabin Nuzul" karya Syaikh Muqbil bin Hadii hal. 81]Ada sebagian orang yang berdalil dengan fatwa Syaikhul Islam IbnuTaimiyah dalam "Majmu ' Fatawa" [XXVIII : 546-547], yaitu ketika tentara orang-orang musyrik menawan beberapa kaum muslimin untuk menghadapi tentara orang-orang musyrik tersebut [walaupun berakibat terbunuhnya tawanan-tawanan muslim itu, -pent], kemudian semuanya nanti dibangkitkan menurut niat masing-masing, tetapi hal itu dibolehkan apabila kejahatan orang-orang musyrik tersebut sudah mengganas dan tidak dapat dicegah kecuali dengan menghadapinya. Dan hal itu termasuk di dalam kaidah : Memilih mudharat yang paling ringan. Adapun perbuatan pemuda-pemuda ingusan tadi, bahkan sebaliknya, yaitu memilih mudharat yang paling berat. Bagaikan seorang pemburu yang berburu dengan ketapelnya, ia tidak dapat melumpuhkan buruan dan tidak dapat menewaskan musuh, tapi hanya meretakkan gigi atau mencederai mata seperti yang disebutkan dalam hadits Abdullah bin Mughoffal. [2]Penjelasan lengkap masalah ini tidak dapat dimuat seluruhnya di dalam kumpulan fatwa yang sederhana ini. Keterangan lebih lanjut dapat pembaca temukan di tempat lain, inysa Allah. Nasehat kami kepada segenap kaum muslimin adalah agar mereka senantiasa berada di bawah bimbingan alim ulama. Rasulullah bersabda, "Keberkahan itu terdapat pada sesepuh-sesepuh kamu [yaitu ulama kamu] " [Hadits shahih riwayat Abu Ya'la di dalam musnadnya, dan Al-Albani mencantumkan di dalam "Silsilah Hadits Shahih" No. 1778]Dan agar mereka senantiasa menekuni dakwah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditegakkan di atas kaidah dan proses belajar mengajar, ditegakkan dengan ketenangan dan penyebaran nasihat serta kesabaran. Dan agar mereka membuang jauh-jauh pemikiran-pemikiran kotor tersebut.Kemudian nasehat kami kepada pemuda-pemuda itu agar mereka bertakwa kepada Allah di dalam menghadapi umat ini dan di dalam berdakwah kepada agama Allah. Dan hendaklah mereka mengevaluasi diri sendiri. Di antara mereka ada yang benar-benar ikhlas, jujur, dan benar-benar tulus membela agama. Di antara mereka ada yang ahli ibadah, zuhud, dan orang-orang yang kita acungi jempol ibadah-ibadahnya. Semoga kami bukanlah berlebih-lebihan memuji mereka ! Hendaklah mereka selalu berkonsultasi kepada alim ulama dengan penuh kejujuran dan semata-mata untuk mencari kebenaran di dalam semua masalah yang ada. Sehingga mereka menjadi penuntut ilmu dengan sebenarnya dan menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia. Dan hendaklah mereka menghidupkan kembali majlis-majlis ilmu syar'i. Janganlah mereka tertipu dengan ucapan : "Kita sekarang berada pada era tekhnologi, bukan zaman kitab kuning seperti Fathul Barii". Hendaklah selalu diingat bahwa : Seluruh kebaikan adalah dengan mengikuti generasi awal [generasi Salafus Shalih] dan seluruh kejelekan adalah dengan mengikuti bid'ah generasi akhir.Telah sampai berita gembira kepada kami bahwa sekelompok besar dari mereka mulai menyadari besarnya bahaya dan kemudharatan akibat perbuatan mereka dan tergerak untuk rujuk dari kekeliruan mereka. Semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan. Demikianlah dugaan baik kami kepada orang-orang yang ikhlas yaitu segera bertobat kepada Allah dari kesalahan dan segera menjauhi tindakan-tindakan yang dinyatakan sesat oleh alim ulama. Semoga Allah memperkaya pengetahuan kita di dalam agama dan menganugrahkan keistiqomahan di atasnya.Kami memohon kepada Allah semoga memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan semoga menjadikan kita sebagai pembingbing kepada hidayah, bukan sebagai orang yang sesat lagi menyesatkan. Dan semoga Allah mewafatkan kita dalam keadaan selamat, bukan sebagai juru fitnah [penyebar bencana] dan bukan pula sebagai orang yang terfitnah [ditimpa bencana]. Sesungguhnya Dia-lah satu-satinya penolong dan Yang Maha Kuasa atas segalanya. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad, sahabat, serta keluarganya.[Disalin dari buku Silsilah Al-Fatwa Asy-Syar'iyah edisi Indonesia Bunga Rampai Fatwa-Fatwa Syar'iyah oleh Syaikh Abul Hasan Musthafa bin Ismail As-Sulaimani Al-Mishri, terbitan Pustaka At-Tibyan Cet Th 2000, hal 98 - 105, penerjemah Abu Ihsan]__________Foote Notes[1] Sebab hukuman Allah melalui syari'at dijatuhkan berdasarkan bukti-bukti, persaksian-persaksian, dan azas praduga tidak bersalah, berbeda dengan hukuman Allah langsung dari-Nya. -pent.[2] Maksud beliau adalah hadits Muttafaq 'alaihi dari Abdullah bin Mughaffal bahwa pada suatu hari ia melihat seseorang berburu dengan cara melemparkan batu [dengan ketapel atau sejenisnya], beliau menegurnay seraya berkata, "Janganlah gunakan cara seperti itu, sebab Rasulullah telah melarangnya, sesungguhnya Rasulullah telah bersabda, "Cara seperti itu tidak dapat melumpuhkan buruan, dan tidak dapat menewasakan musuh, tetapi hanya meretakkan gigi atau mencederai mata". Kemudian setelah itu beliau melihat orang tersebut masih melakukannya. Beliau berkata kepadanya. "Aku sudah sampaikan kepadamu bahwa Rasulullah telah melarangnya, namun kamu masih saja melakukannya ! Aku tidak mau berbicara denganmu selama-lamanya". Cobalah lihat ! betapa mirip pemuda-pemuda ingusan tadi dengan orang tersebut, -pent.

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.phpaction=more&article_id=1013&bagian=0


Artikel Peringatan Dari Bahaya Penculikan, Pembunuhan Serta Tindak Peledakan 2/2 diambil dari http://www.asofwah.or.id
Peringatan Dari Bahaya Penculikan, Pembunuhan Serta Tindak Peledakan 2/2.

Tujuan Manusia Diciptakan

Kumpulan Artikel Islami

Tujuan Manusia Diciptakan

>> Pertanyaan :

Apa tujuan penciptaan manusia?

>> Jawaban :

Sebelum menjawab pertanyaan ini, saya ingin meng-ingatkan pada kaidahumum tentang apa yang diciptakan Allah Ta'ala dan apa yangdisyariatkan-Nya. Kaidah ini diambil dari firman Allah Ta'ala:

Sesungguhnya Dialah yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. [Yusuf:83], dan firman-Nya:

Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. [Al-Ahzab:1] serta ayat-ayat lainnya yang menunjukkan tentang pene-tapan hikmahAllah Ta'ala pada apa yang diciptakan-Nya dan apa yangdisyariatkan-Nya, yaitu ketentuan-ketentuan-Nya dalam penciptaan dansyariat. Sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang diciptakan AllahTa'ala kecuali ada hikmahnya, baik itu dalam hal mengadakannya ataupunmeniadakannya, dan tidak ada sesuatu pun yang disyariatkan AllahTa'ala kecuali untuk suatu hikmah, baik itu yang diwajibkan, atau yangdiha-ramkan ataupun yang dibolehkan.

Namun kadang-kadang hikmah-hikmah yang tercakup dalam hikmahpenciptaan dan pensyariatan itu kita ketahui, kadang pula tidak kitaketahui dan ada pula yang hanya diketahui oleh sebagian orang sajasesuai dengan ilmu dan pemahaman yang diberikan Allah Ta'ala kepadamereka. Demikianlah, maka kami katakan; bahwa sesungguh-nya AllahTa'ala menciptakan jin dan manusia untuk suatu hikmah yang agung dantujuan yang mulia, yaitu untuk beribadah [menghamba] kepada-Nya,sebagaimana firman-Nya:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya merekamenyembah-Ku. [Adz-Dzariyat: 56].

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamusecara main-main [saja], dan bahwa kamu tidak akan dikembali-kankepada Kami[Al-Mukminun: 115].

Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja [tanpapertanggungjawaban][Al-Qiyamah: 36].

Dan masih banyak ayat-ayat lainnya yang menunjukkan bahwa Allah Ta'alamempunyai hikmah yang agung dalam penciptaan jin dan manusia, yaituuntuk beribadah kepada-Nya.

Ibadah adalah tunduk dan patuh kepada Allah Ta'ala dengan penuhkecintaan dan pengagungan dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya danmenjauhi larangan-larangan-Nya sesuai dengan tuntunan yang ditetapkandalam syariat-syariat-Nya. Allah Ta'ala berfirman,

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah denganmemurnikan ketaatan kepada-Nya dalam [menjalankan] agama yang lurus.[Al-Bayyinah: 5].

Jadi, itulah hikmah penciptaan jin dan manusia. Dan berdasarkan ini,maka barangsiapa yang membelakangi Rabbnya dan enggan beriba-dahkepada-Nya, berarti ia telah mencampakkan hikmah penciptaan para hamba,dan perbuatannya itu berarti persaksiannya bahwa Allah Ta'ala telahmenciptakan makhluk dengan sia-sia, kendati hal itu tidakdinyata-kannya, namun telah menunjukkan keangkuhan dan kesombongannyauntuk taat kepada Rabbnya.

Artikel Tujuan Manusia Diciptakan diambil dari http://www.asofwah.or.id
Tujuan Manusia Diciptakan.

Balasan Orang Yang Takut Kepada Rabb-nya

Kumpulan Artikel Islami

Balasan Orang Yang Takut Kepada Rabb-nya Yahya bin Ayyub berkata, “Ada seorang pemuda diMadinah yang amat dikagumi oleh ‘Umar bin al-Khaththab RA. Suatu malam,seusai shalat ‘Isya, pemuda ini keluar lalu muncullah di hadapannyaseorang wanita yang menyodorkan dirinya sehingga tergoda jugalahhatinya, lalu wanita itu berlalu.

Dia mengikuti jalannya dari belakang hingga sampai ke depan pintunya,lalu melirik-lirik karena malu dengan hatinya dan ketika itulah diateringat ayat Allah [artinya],

“Sesungguhnya orang-rang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-wasdari syaithan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga merekamelihat kesalahan-kesalahannya.” “ [al-A’râf:201], setelahmembacakan ayat itu, dia jatuh pingsan. Lantas, si wanita itu membukapintu dan melihat kondisinya seperti sudah jadi mayat, lantas dibantuoleh pembantu perempuannya, mereka berdua mengangkatnya hingga sampaike pintu rumahnya sendiri.

Tak berapa lama, keluarlah ayahnya dan menyaksikan anaknya tergeletakdi depan pintu. Sang anak kemudian dibawa masuk, lantas tersadar.Kemudian dia menanyakan kepada sang anak,

“Apa yang telah terjadi denganmu, wahai anakku.”

Sang anak tidak memberitahukan kejadian yang sebenarnya namun ayahnyanampak tetap ngotot hingga akhirnya dia menceritakan duduk perkaranya.Ketika sampai pada ayat yang dibacanya tadi, dia kembali jatuh pingsanyang sangat serius hingga menghembuskan nafas terakhir.

Kisah kematiannya ini sampai ke telinga ‘Umar RA., maka dia berkata,“Kenapa kalian tidak memberitahuku perihal kematiannya.” Kemudian diapergi menuju kuburannya, berdiri seraya memanggil,

“Wahai fulan! “ ‘Dan bagi orang yang takut saat menghadap Tuhannyaada dua surga.’ “ [ar-Rahmân:46].”

Lalu dia mendengar suara yang berasal dari dalam kuburan itu, “Wahai‘Umar, Rabbku telah memberinya padaku.”

Terdapat versi lain dari riwayat mengenai kisah ini, yaitu “Adaseorang pemuda pada masa ‘Umar bin al-Khaththab RA., yang selaludatang ke masjid dan beribadah di sana. Lantas suatu ketika, adaseorang pembantu perempuan yang jatuh cinta padanya dan hal itumembuat hatinya tergetar. Kemudian setelah itu, dia ingat kepada Allahdan melihat kesalahan-kesalahannya sehingga membuatnya jatuh pingsan.Lalu datanglah pamannya yang membawanya ke rumahnya. Tatkala siuman,dia berkata,

“Wahai pamanda, pergilah ke hadapan ‘Umar lalu sampaikanlah salamkuuntuknya serta katakan kepadanya, ‘Apa balasan orang yang takut saatmenghadap Rabb-nya.’”

Lalu sang pamanpun memberitahu ‘Umar yang lantas mengunjunginya namunternyata dia sudah meninggal dunia. Maka, berkatalah ‘Umar, “Diamendapatkan dua surga.”

[SUMBER: “al-Maw’id Jannât an-Na’îm“ karya Ibrâhîm bin‘Abdullah al-Hâzimy, h.59-60 sebagai yang dinukil dari kitab

“Rawdlah al-Muhibbîn“ karya Ibn al-Qayyim]

Artikel Balasan Orang Yang Takut Kepada Rabb-nya diambil dari http://www.asofwah.or.id
Balasan Orang Yang Takut Kepada Rabb-nya.